Share

Sentuhan Hangat

Author: Risca Amelia
last update Huling Na-update: 2025-10-02 00:30:27

Ketika Moza masih bimbang dengan perasaannya sendiri, terdengar suara berat seorang pria dari ambang pintu.

“Abi, jangan sembarangan memanggil orang lain sebagai Mama.”

Semua kepala menoleh serempak.

Di pintu, berdiri seorang pria mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung sampai siku. Tingginya sekitar 185 cm, memiliki postur tegap, bahu yang lebar dan jari-jemari panjang.

Wajahnya simetris, dilengkapi dengan sepasang mata berwarna hitam pekat. Ekspresi pria itu dingin, tetapi ada kilatan kelembutan saat ia menatap Abigail.

Moza mengenali dia sebagai Rezon Limantara, putra kedua keluarga Limantara. Dokter bedah sekaligus kepala Limantara Medika, lelaki yang namanya sering muncul di majalah medis internasional sebagai "The Silent Healer".

Ketika Rezon melihat Abigail memeluk pinggang Moza, kedua alis tebalnya langsung menukik tajam.

“Abi, lepaskan tanganmu,” katanya datar, tetapi cukup tajam untuk didengar semua orang.

Abigail menatap sang paman dengan wajah cemberut, tetapi akhirnya bersedia melepaskan pelukannya.

Refleks, Moza mundur selangkah. Tanpa sengaja, matanya beradu pandang dengan manik hitam Rezon dalam sepersekian detik. 

Entah mengapa Moza merasakan tatapan Rezon mampu menembusnya, bagaikan dua jiwa yang pernah saling menyentuh di alam mimpi. 

Malam itu, meski kedua matanya tertutup, ia dapat merasakan melalui indera peraba, pendengaran, dan penciuman. Napas yang hangat, desahan yang dalam, serta suara parau dari pria yang menjamah tubuhnya. Dan, suara itu memiliki kemiripan dengan nada rendah Rezon.

Akan tetapi, Moza segera menepis pikiran itu. Ia tidak boleh gegabah dan terburu-buru dalam menarik kesimpulan. Toh, dia belum bertemu dengan Dastan, pewaris utama dari takhta Limantara, serta si bungsu, Kageo.

“Jangan anggap setiap wanita yang masuk ke mansion sebagai calon mamamu, Abi. Nanti Papa Dastan akan marah,” tegur Rezon kepada sang keponakan.

Mendengar peringatan dari Rezon, Abigail memanyunkan bibir. “Tante ini cantik, cocok jadi mamaku! Dan, aku pernah lihat wajah Tante ini di lukisan milik ….”

Sebelum kalimatnya selesai, Rezon sudah menempelkan jari telunjuknya ke bibir Abigail dengan gerakan cepat.

Diam-diam, Moza memperhatikan reaksi Rezon yang terlalu waspada. Seakan, Abigail hampir membocorkan suatu rahasia yang harus ditutupi.

“Cukup. Tunjukkan saja gambarmu kepada Opa Markus.”

Abigail menghela napas dramatis, lalu berlari ke arah ranjang Tuan Markus. Ia mengangkat gambar seekor putri duyung dengan rambut merah menyala, terbang di atas ombak biru.

Tuan Markus tertawa pelan, matanya berbinar. “Wah, bagus sekali! Sepertinya, kau mewarisi bakat melukis dari Kageo."

Setelah mendapat pujian dari kakek buyutnya, Abigail berbalik dan berlari kecil ke arah Moza.

“Siapa nama Tante? Apa Tante akan tinggal di sini?

Moza membungkuk sedikit, sebelum menjawab pertanyaan gadis kecil itu. “Kamu bisa memanggil Tante, Moza. Tante akan tinggal di mansion untuk memasak dan bersih-bersih.”

“Yesss!” Abigail melompat-lompat. “Berarti aku bisa ketemu Tante setiap hari! Nanti malam, Tante harus membacakan dongeng untukku.”

Sebelum Moza sempat menanggapi, Thalia sudah menggandeng tangan Abigail dengan sikap tegas.  

“Nona Kecil, ayo, ganti baju dulu bersama Lena.” 

Tanpa memberi kesempatan Abigail untuk protes, Thalia menyerahkan gadis kecil itu kepada pengasuhnya yang sudah menunggu di depan pintu. 

Sementara itu, Rezon berjalan mendekati ranjang Tuan Markus. Tatapannya berubah teduh, penuh kekhawatiran.

“Bagaimana kondisi Opa hari ini? Mau kuperiksa?"

“Tidak perlu,” jawab Tuan Markus mengibaskan tangannya, lalu menunjuk ke arah mangkuk sup. 

“Aku merasa lebih bersemangat setelah memakan sup buatan Moza. Cobalah, Rezon.”

Rezon menatap mangkuk di hadapannya beberapa detik dengan ekspresi datar. Moza bisa melihat keraguan di mata pria itu, seolah dia enggan mencicipi tetapi terpaksa melakukan demi menyenangkan hati sang kakek.

Dengan sendok perak, Rezon akhirnya mengambil sedikit sup lantas menyesapnya perlahan. Matanya menyempit, alis tebalnya naik sedikit, tetapi pria itu tidak mengatakan apa-apa.

Seolah mampu membaca situasi, Thalia bergerak maju sembari membungkuk hormat kepada Tuan Markus.

“Jika Tuan Besar mengizinkan, saya akan membawa Moza ke kamar pelayan supaya dia bisa menyimpan barang-barangnya. Saya juga akan mengajarinya peraturan dan tata krama yang berlaku di mansion.”

Tuan Markus mengangguk. "Baik, bereskan juga makanan ini. Ingatkan Moza untuk membersihkan kamarku setiap pukul tujuh pagi.”

“Saya mengerti, Tuan.”

Dengan lirikan mata dan gerakan kepala, Thalia pun memberi isyarat pada Moza agar mengambil nampan di hadapan Tuan Markus. 

Tanpa menunda lagi, Moza segera mendekati meja lipat untuk mengambil sisa makanan. Namun, saat ia hendak meraih tepi nampan, tangannya mendadak bersentuhan dengan tangan kokoh Rezon. Sentuhan itu terasa hangat, bagai aliran listrik yang menyambar tulang belakang Moza.

Spontan, Moza menarik tangan. Hampir saja ia menjatuhkan nampan itu bila saja Rezon tidak menahannya dengan sigap.

Belum hilang keterkejutan Moza, Rezon tiba-tiba mengambil puding delima yang tersisa di atas nampan. Ia mengamatinya sejenak, sebelum mengalihkan pandangan kepada Moza.

“Buatkan puding seperti ini untuk Kageo dan antar ke kamarnya. Delima sangat baik untuk sistem imun tubuh.”

Moza mengangguk, tetapi pikirannya berputar kencang.

Perintah pertama dari Rezon telah membuka kesempatan baginya untuk bertemu dengan Kageo Limantara, tuan muda yang memiliki kepribadian paling misterius di antara keempat saudaranya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Si Bungsu yang Misterius

    Usai keluar dari kamar Tuan Markus, Moza mengikuti langkah Thalia yang cepat dan tegas. Seiring dengan langkah mereka menuju paviliun, terlihat lampu gantung sederhana yang menyala redup di setiap jarak sepuluh meter. Lantainya bukan terbuat dari marmer, melainkan keramik abu-abu bermotif garis. Di sekelilingnya terdapat tembok tinggi yang dicat putih bersih. “Ini adalah asrama pelayan,” kata Thalia tanpa menoleh. “Tamu dari luar tidak boleh masuk. Bahkan para Tuan Muda jarang sekali kemari, kecuali ada urusan penting.” Thalia tetap berjalan di depan Moza, menyusuri lorong yang lebih rendah dari lantai utama mansion. Di sepanjang sisi kiri dan kanan, berjejer pintu-pintu kecil dengan nomor dan nama pelayan yang tertulis di papan kayu. “Akan kutunjukkan letak kamarmu. Kopermu sudah dibawa oleh Ninda kemari,” pungkas Thalia dengan suara datar. Mereka terus melangkah sampai di ujung koridor, di mana hanya ada satu pintu yang tersisa. Thalia merogoh saku bajunya, lalu mengeluarkan

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Sentuhan Hangat

    Ketika Moza masih bimbang dengan perasaannya sendiri, terdengar suara berat seorang pria dari ambang pintu.“Abi, jangan sembarangan memanggil orang lain sebagai Mama.”Semua kepala menoleh serempak.Di pintu, berdiri seorang pria mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung sampai siku. Tingginya sekitar 185 cm, memiliki postur tegap, bahu yang lebar dan jari-jemari panjang.Wajahnya simetris, dilengkapi dengan sepasang mata berwarna hitam pekat. Ekspresi pria itu dingin, tetapi ada kilatan kelembutan saat ia menatap Abigail.Moza mengenali dia sebagai Rezon Limantara, putra kedua keluarga Limantara. Dokter bedah sekaligus kepala Limantara Medika, lelaki yang namanya sering muncul di majalah medis internasional sebagai "The Silent Healer".Ketika Rezon melihat Abigail memeluk pinggang Moza, kedua alis tebalnya langsung menukik tajam.“Abi, lepaskan tanganmu,” katanya datar, tetapi cukup tajam untuk didengar semua orang.Abigail menatap sang paman dengan wajah cemberut, tetapi akhir

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Tante, Jadilah Mamaku!

    “Saya akan menjaga rahasia itu selama tidak melanggar hukum atau menyakiti orang yang tidak bersalah. Karena loyalitas adalah harga diri seorang pelayan.”Mendengar jawaban Moza, Elbara duduk kembali di kursinya dengan tenang. Kini, giliran Elzen yang beranjak. Pria itu bersandar santai pada tepi meja sembari melipat tangannya di depan dada.“Giliranku yang mengajukan pertanyaan. Bagaimana kamu bisa membedakan kami berdua, terutama saat Elbara tidak pakai kacamata, dan kami memakai baju yang sama?” tantang Elzen dengan ekspresi serius.“Jika kamu salah panggil, atau salah melayani, itu bisa menimbulkan konflik internal. Apalagi, masih ada dua kakak kami, Dastan dan Rezon, serta adik kami, Kageo. Kami semua memiliki hak atas pelayanan yang tepat.”Moza diam sejenak. Ia mengamati keduanya—wajah yang identik, postur yang sama, bahkan gerakan tangan yang hampir sinkron.Tidak sia-sia ia mengumpulkan informasi mengenai keluarga Limantara. Inilah saatnya dia menggunakan pengetahuan tersebut

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Pertemuan Pertama dengan Tuan Muda

    Dengan langkah lebar, Thalia memimpin Moza keluar dari ruang tamu. Mereka pun tiba di dapur belakang, yang dilengkapi peralatan masak stainless steel canggih, oven berteknologi tinggi, dan dua pelayan muda yang sedang memotong sayuran.“Ini Moza. Calon pelayan. Dia akan membuat sup dan puding untuk Tuan Markus. Kalian diam saja. Biarkan dia bekerja.”Tanpa membuang waktu, Moza segera memakai apron dan mencuci tangan. Dengan cekatan, ia mencuci bersih sirip ikan hiu berkualitas tinggi dari lemari pendingin. Merebusnya selama dua jam dengan air jahe segar, daun pandan, dan potongan akar lotus untuk menghilangkan bau amis dan meningkatkan sirkulasi darah.Kemudian, Moza menumis bumbu rempah dan mencampurnya ke dalam kaldu sirip ikan. Moza mengaduk perlahan dengan sendok kayu, agar tekstur kaldu tetap halus dan tidak pecah.Untuk puding, Moza menggunakan biji delima segar yang sudah disiapkan Thalia. Ia mencampurnya dengan susu almond, gelatin alami, dan madu hutan, lalu menuangkannya ke

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Tiga Tahap Seleksi

    Setelah telepon dari Reva terputus, Moza tidak menyia-nyiakan waktu. Sesudah menyerahkan Kayden pada bibinya, ia segera masuk ke kamar dan membuka. Jemari Moza mengetik cepat meski hatinya berdebar-debar. Formulir lamaran yang dikirim Reva telah ia isi dengan data yang disamarkan. Ia tidak menyebutkan nama suami sebelumnya, tidak mencantumkan alamatnya dulu di ibu kota. Hanya riwayat pendidikan, pengalaman memasak dan membuat kue, serta kota kecil tempat ia tinggal saat ini.Sesudah mengunggah kartu identitas dan foto terbaru, Moza menekan tombol ‘kirim’.Ia pun menarik napas panjang, seperti melepas beban yang ditahan bertahun-tahun. Ini bukan sekadar melamar pekerjaan. Ini adalah tiket masuk ke sarang harimau, tempat di mana kebenaran tersembunyi di balik kemewahan dan kekuasaan. Dengan tekad baru, Moza membuka lemari kayu tua di kamar. Meski belum tahu apakah lamaran pekerjaannya akan diterima, Moza mulai berkemas. Ia memasukkan baju-bajunya ke dalam koper kecil bekas warisan ib

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Menyamar Sebagai Pelayan Lugu

    Anak laki-laki berusia empat tahun berlari dengan seragam sekolah yang sedikit kusut. Rambut hitam tebalnya acak-acakan, wajahnya berseri-seri. Moza langsung berjongkok, membuka lengan, dan menyambut pelukan hangat Kayden. Anak itu melompat ke pelukannya, mencium pipi Moza dengan senyum polos. “Mama, hari ini aku dapat bintang lima dari Bu Guru karena rajin!”Moza tertawa kecil, hatinya meleleh. Meski tubuh Kayden sudah mulai besar, Moza menggendongnya dan membawa bocah lelaki itu ke kamar. “Wah, hebat sekali anak Mama. Sekarang, ganti baju dulu.”Di kamar, Moza membantu Kayden melepas seragamnya, lalu menggantinya dengan kaos bergambar dinosaurus. Ia duduk di tepi tempat tidur, menarik Kayden ke pangkuannya.Kayden memang memiliki wajah yang sangat tampan. Alisnya tebal, matanya tajam, hidungnya mancung, dan bibirnya tipis seperti lukisan alami. Setiap kali Moza menatapnya, ada sesuatu yang menusuk hatinya, campuran antara rasa syukur dan luka yang tak pernah sembuh.‘Kamu lahir d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status