Home / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 6. Tuan muda Makky

Share

6. Tuan muda Makky

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-05-30 21:34:11

Hanya dapat tersenyum ketika melihat wajah-wajah bahagia teman-teman seangkatannya mendapatkan gelar dan berbagi kebahagiaan bersama dengan keluarga beserta orang terdekat mereka sedangkan gadis itu hanya duduk di ujung menunggu sesi pemotretan jika tidak mungkin gadis itu telah melarikan diri dari hiruk-pikuk ini. Tidak ada rasa iri maupun penyesalan karena Laiba sudah memilih jalan ini tentunya tidak berharap berbagi kebahagiaan atas kelulusannya.

"Keluargamu tidak datang?" tanya seorang teman seangkatannya hanya saja Laiba tidak mengetahui namanya hanya tahu karena dia cukup populer.

"Rumahku jauh." Itu jawaban yang mudah dan tidak akan ada banyak pertanyaan lainnya.

Di saat sesi pemotretan ada kehebohan di sekitarnya Laiba sama sekali tidak tertarik pada apa yang membuat teman-temannya heboh hingga sesi pemotretan itu tidak kondusif karena mereka saling berbisik. Tapi setelah melihat kemana asal muasal para wanita di sekelilingnya heboh Laiba mengerti dan mengangkat kedua alisnya sambil memandangi seorang pemuda yang berdiri tidak jauh dari kelompok mahasiswa yang baru saja lulus ini dengan membawa sebuah buket bunga Peony berwarna pink berukuran besar.

"Anak itu," gumam Laiba mengejek ke arah pemuda itu namun di susul dengan sebuah senyuman kepuasan.

Sesi pemotretan itu berakhir namun mereka menolak untuk pergi semuanya masih menunggu wanita mana yang beruntung mendapatkan buket indah itu dan terpenting pemuda itu sangat menyenangkan untuk di pandang membuat banyak mata iri. Laiba tidak berpikir sejauh itu setelah tugasnya di sini selesai tentunya akan menghampiri Makky yang sudah menunggunya ketika Laiba mengambil langkah menuju Makky para hadirin itu begitu heboh dan Laiba mengabaikan desas-desus di belakangnya.

"Selamat," ucap Makky menyerahkan buket ditangannya. Laiba menerimanya namun tidak dapat menyembunyikan tawa kecilnya sampai pundaknya terangkat dan kepalanya tertunduk.

"Ada yang lucu?" tanya Makky heran. Laiba menggeleng masih dengan tersenyum.

"Tidak takut orang mengira jika aku kekasihmu?"

"Sejak kapan aku memikirkan pendapat orang lain?" Makky malah balik bertanya.

Ini adalah kali pertama mereka bertatap muka setelah berpisah kala itu tidak ada yang berubah Laiba hanya merasa pemuda di depannya itu nampak lebih dewasa dan auranya jauh lebih keluar.

"Kapan kamu kembali?"

"Kemarin."

"Langsung terbang ke sini?"

"Eemm," gumam Makky sambil berbalik dan Laiba pun mengikutinya.

Laiba tahu jika Makky akan datang menemuinya setibanya di tanah air untuk memperkenalkannya pada seseorang yang memiliki butik terkenal di Surabaya yang nantinya akan menjadi tempat kerja Laiba namun tidak menyangka jika Makky akan datang hari ini di hari wisudanya.

"Terimakasih," ucap Laiba sambil mencium buket di tangannya Makky tidak mengatakan apapun pemuda itu hanya melirik sekilas ke arah gadis di sampingnya yang nampak bahagia.

Sebelum bertemu dengan pemilik butik mereka terlebih dahulu pulang ke rumah Laiba rumah yang ditinggali sendirian selama berkuliah. Laiba membuatkan secangkir kopi untuk Makky dan mempersilahkan duduk di dekat jendela sedangkan dirinya segera berganti pakaian tidak butuh waktu lama Laiba sudah keluar dengan pakaian formalnya bagaimanapun hari ini akan melamar pekerjaan setidaknya harus nampak sedikit serius. Laiba memanaskan makanan untuk mereka berdua awalnya Makky menolak namun Laiba mengatakan jika dirinya lapar membuat pemuda itu mau menemaninya makan.

"Tidak buruk," gumam Makky sambil mengunyah.

"Tenang saja aku memiliki banyak bakat aku akan menghasilkan banyak uang nanti untukmu."

Makky tersenyum mengejek mendengar kesombongan Laiba namun kesombongan itu bukanlah omong kosong, Laiba memiliki banyak kelebihan terlebih gadis ini cantik tentunya dengan bakat dan ketekunannya mencari pekerjaan bukanlah hal yang sulit untuknya. Meja itu kembali diam keduanya tengelam dengan pikiran mereka masing-masing Laiba yang tiba-tiba teringat ketika Makky menghubunginya di saat mabuk mengatakan banyak rahasia yang membuka mata Laiba, pemuda di depannya ini sebenarnya menyimpan banyak luka dan masa lalu kelam Laiba berjanji pada dirinya sendiri jika tidak akan mengecewakan kepercayaan pemuda ini dan membantunya mencari kebahagiaan entah dengan cara apapun.

Pertemuan yang sudah di atur itu berjalan lancar tidak perlu ada yang di takutkan ketika Makky sudah turun tangan tidak ada hal yang tidak akan berjalan lancar.

"Kapan kamu pergi?" tanya Laiba ketika mereka berjalan bersama setelah dari butik.

"Malam ini."

"Cepat sekali?"

"Aku bukan pengganguran," timpal Makky sambil memperhatikan kawasan di sekitar yang sangat ramai.

"Bram juga sudah kembali?"

Makky tidak langsung menjawabnya terlebih dulu melirik ke arah Laiba kemudian menggumam sebagai jawabannya.

"Cari apartemen dekat sini," Makky mengalihkan pembicaraan.

"Untuk apa?"

"Rumah itu cukup jauh dari sini."

"Aku sudah nyaman tinggal di sana lingkungannya cukup baik."

"Kontrak di sana mahal, aku tidak akan memperpanjang kontrak."

"Ohh ... kini bisa pelit juga," sahut Laiba seakan tidak senang.

"Mulai saat ini aku akan perhitungan denganmu."

"Baik tuan muda Makky," jawab Laiba sambil menangkupkan kedua tangannya di perutnya dan menekuk sedikit kedua kakinya sebagai tanda hormat pada Makky, cara penghormatan ini biasanya dilakukan seorang pelayan pada tuannya oleh bangsa Tiongkok.

"Terlalu drama," umpat Makky namun setelah itu tersenyum kecil namun menyembunyikan itu dari Laiba.

Mereka menghabiskan waktu bersama berkeliling sebelum Makky kembali ke kota asal merasa sebagai tuan rumah Laiba menjadi pemandu yang baik mengantarkan Makky ke banyak tempat yang menurutnya menarik namun pada akhirnya mereka hanya duduk di bandara sambil bermain catur. Keduanya memiliki kepribadian yang cukup mirip daripada berkumpul dengan banyak orang lebih baik duduk dalam ketenangan mereka duduk hampir dua jam tanpa banyak membahas sesuatu.

Laiba seorang yang lugas tidak dapat berbasa-basi begitupun Makky yang selalu menghemat tenaga hanya akan membicarakan sesuatu yang penting saja.

"Apa yang akan kamu kerjakan setelah kembali?" Laiba memecah kesunyian.

"Membantu Bram di perusahaan."

Laiba mengangguk kecil sambil menjalankan bidak di depannya karena reaksi Laiba yang tenang malah membuat Makky merasa aneh seharusnya Laiba menaruh curiga pada umpan yang di berikan oleh Makky. Awalnya Makky ingin berterus terang sedikit tentang hubungannya dengan keluarga Bram namun reaksi Laiba yang tidak sedikitpun terkejut membuatnya bertanya-tanya.

"Kamu tahu sesuatu?" tanya Makky dengan tatapan mengintrogasi.

"Apa?"

"Aku dan Bram."

"Sedikit."

"Dari mana?"

Laila tidak menjawab hanya menunjuk kepada pemuda di depannya.

"Kapan?"

"Aku hanya menembaknya, kalian bersahabat sejak kecil pasti memiliki hubungan lebih dari sekedar teman."

"Bohong. Kamu tidak pandai berbohong," Makky nampak kesal dibodohi oleh Laiba.

Laiba tidak terganggu dengan kemarahan Makky, menggunakan satu tangannya untuk menopang wajahnya menatap kembali pemuda yang terus mencoba mengintimidasi dengan tatapnya yang tajam itu.

"Aku tahu dari mana? Kita sudah lama kenal tapi aku sama sekali tidak tahu menahu tentangmu lagipula aku juga tidak berniat mencampuri urusan pribadimu aku sudah cukup sibuk dengan diriku sendiri."

Makky tidak bergeming nampaknya cukup sulit menyenangkan pemuda ini. "Aku hanya tahu sedikit orang awam pun akan tahu bagaimana hubungan baik kalian berdua hanya dengan melihatnya."

"Laiba!"

Laiba sedikit terkejut dengan bagaimana Makky memanggilnya ini adalah kali pertamanya pemuda itu memanggil namanya dan Laiba tidak lagi dapat mempermainkan pemuda yang nampak sangat serius itu saat ini.

"Kamu mabuk saat ulang tahun Bram," Dengan cepat Laiba mengatakan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    90. Babak baru

    Ali cukup terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya namun lebih terkejut lagi melihat Laiba yang hanya diam melihat Dedalu menciumnya, mulut Ali sudah terbuka namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya sebuah tawa kering membalas senyuman Dedalu padanya setelah menyapa Laiba dengan sebuah kecupan ringan di pipi."Apa yang sedang kalian obrolkan?" tanya Dedalu langsung mengambil duduk di samping Laiba.Laiba hanya diam tidak merespon barulah Ali yang angkat bicara. "Tidak ada hanya mengobrol biasa," jawab Ali yang sedikit canggung. Ini adalah pertama kalinya Ali merasa canggung bicara dengan sahabatnya yang telah belasan tahun berteman."Kamu tidak bekerja?" tanya Dedalu pada Laiba namun Laiba masih cuek dan malah mengambil minumannya namun kopi itu belum mencapai bibirnya Dedalu sudah lebih dulu merebutnya dan meminumnya sendiri alhasil Dedalu langsung membatalkan niatnya meminum kopi itu ketika rasa pahit menyebar ke rongga mulutnya."Minuman apa yang kamu suguhkan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    89. Saksi mata

    "Kamu?" Laiba menatap tajam kearah Dedalu. "Saat itu kamu masih bersama dengan Ayana bagaimana kamu memiliki pemikiran seperti itu. Apalagi saat itu kalian akan bertunangan?""Aku memang laki-laki bejat dan aku lebih suka kamu memaki aku daripada terus acuh," sahut Dedalu dengan cepat."Pergilah," ucap Laiba sambil berpaling dan menutup matanya, tiba-tiba kepalanya terasa berat memikirkan bagaimana bisa dirinya yang dulu begitu tergila-gila terhadap pria ini.Akan tetapi Laiba segera membuka matanya ketika jemari laki-laki itu memegang sisi wajahnya dan lagi-lagi mencuri sebuah ciuman darinya. Kejadian itu begitu cepat Laiba sampai lupa untuk menghindar bahkan setelah ciuman itu selesai."Bisakah kita bersama lagi? Aku berjanji tidak akan menyakitimu seperti dulu."Laiba membuang napas melalui mulutnya menatap mata laki-laki itu yang nampaknya begitu serius dengan ucapannya namun Laiba sulit untuk dibujuk."Aku tidak mau," jawab Laiba datar."Kenapa? Apakah aku tindak pantas untukmu a

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    88. Kehabisan energi

    Laiba meminta Namu untuk mengantarkan dirinya kembali ke butik lebih baik menunjukkan tempat kerjanya daripada memberitahukan namun tempat tinggalnya pada orang asing yang baru dikenalnya sehari, sepanjang perjalanan Laiba hanya mengiyakan ataupun menggeleng tiap kali laki-laki itu mengajukan pertanyaan. Senyuman merekah pria itu terus terpancar dari mereka keluar dari kediaman Baswara sampai mobil itu berhenti di depan butik."Kamu tahu Laiba aku sangat senang bisa mengenalmu," ucap Namu sambil menyetir menoleh sekilas pada Laiba menunjukkan senyumannya."Matamu tidak buta bahkan jika kamu tidak mengatakannya itu sudah terpampang nyata di wajahmu," sahut Laiba dalam hati namun mulutnya masih tertutup rapat hanya tersenyum tipis pada Namu.Mobil itu akhirnya berhenti didepan butik, Laiba segera bersiap untuk turun. "Terima kasih," ucap Laiba sambil melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya."Aku akan menghubungimu," sahut Namu.Laiba yang sudah akan keluar kembali lagi ke tempat dudukny

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    87. Masih menjadi yang terbaik

    Dahayu belum puas mengintrogasi Laiba, Laiba masih penasaran kenapa perempuan didepannya ini mau-maunya datang kemari padahal di hari pernikahannya Dahayu melihat dengan kepala matanya sendiri bagaimana Bram nampak begitu menyukai Laiba meskipun demikian terang-terangan sudah ditolaknya."Jika kamu tahu jika mereka ayah dan anak, kamu masih akan datang kemari?"Aku akan datang," jawab Laiba lirih, energinya sudah hampir habis setelah melayani 4 orang terlebih Una yang mengajaknya berdebat."Kenapa?" tanya Dahayu tidak percaya dengan jawaban Laiba."Kenapa harus kenapa? Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Bram kami hanya teman tidak perlu merasa takut pada keluarganya karena aku tidak melakukan kesalahan apapun? Aku hanya sedang bekerja," sahut Laiba dengan tidak senang mungkin juga terpengaruh oleh rasa lelahnya, tubuhnya tidak lelah namun perasannya yang lelah ketika banyak orang yang menganggap jika dirinya pernah memiliki hubungan dengan tuan muda itu.Melihat Laiba yang suda

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    86. Sesi interogasi

    Orang pertama yang diukur tubuhnya adalah Bas yang memiliki nama panjang Baswara laki-laki itu berdiri tegak dan Laiba mengucapkan kata maaf dan permisi sebelum menyentuh tubuh laki-laki itu. Laiba merasa jika Baswara adalah Bram versi tua namun menurut Laiba aura laki-laki ini jauh terpancar dari pada anak itu."Apakah pekerjaan yang kamu geluti melelahkan?" tanya Baswara membuka pembicaraan saat Laiba mengukur panjang lengannya."Semua pekerjaan melelahkan tuan," jawab Laiba pelan dan sopan."Diusia mu sudah waktunya menikah cari laki-laki yang mapan dan kamu hanya perlu menjadi istri dan ibu yang baik tidak perlu bekerja keras lagi."Laiba hanya tersenyum menanggapinya, jika itu orang lain mungkin Laiba akan mengutarakan isi otaknya jika tidak sependapat dengan pemikiran ini namun orang yang bicara adalah orang terpandang terlebih ayah dari orang-orang itu maka Laiba memilih untuk diam dan tersenyum melanjutkan pekerjaannya."Kebetulan Namu sedang mencari seorang istri, dia generas

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    85. Keluarga Baswara

    Asisten Laiba yang bernama Zumi membawa seorang wanita berpakaian formal ke ruang Laiba, Laiba tidak mengenal wanita itu akan tetapi wanita itu nampak sudah tidak asing dengan dirinya. Wanita memperkenalkan dirinya sebagai asisten Pak Bas dan datang karena pemerintah laki-laki itu barulah nama Bas di sebut Laiba mengerti, orang penting dan sibuk seperti itu tidak mungkin memiliki banyak waktu luang untuk datang sendiri lagi ke tempat ini seperti terakhir kali."Atas permintaan tuan besar saya datang untuk mengundang nona ke rumah besok malam secara langsung," ucap wanita itu dengan sangat sopan."Ada keperluan apa?""Tuan besar mengatakan sebelumnya sudah memberitahukan jika akan menggunakan jasa nona untuk acara penting tuan muda.""Aku ingat itu." Laiba mengingatnya jika pak Bas memang pernah mengatakan tentang itu ketika berkunjung beberapa waktu yang lalu."Saya akan datang secara pribadi.""Mobil jemputan akan datang jam 8 malam.""Terima kasih."Setelah berpamitan wanita itu per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status