Share

Bab 4

Penulis: Mrs.Jeon
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 21:33:47

Melihat Scarlett muncul seperti itu, alis Tristan langsung sedikit berkerut.

Nicole yang awalnya terkejut, segera bangkit dari kursinya dan menyapa Scarlett dengan senyum yang terasa seperti menyinari seluruh ruangan. “Hai, Scarlett.”

Melihat kotak makan siang di tangan Scarlett, senyum Nicole makin melebar. “Kamu bawa makan siang untuk Tristan, ya?”

Lalu, ia berbalik ke arah Tristan sambil tersenyum ramah. “Tristan, karena Scarlett sudah membawakan makan siang untukmu, lebih baik kamu tidak perlu makan diluar. Tidak setiap hari Scarlett ke kantor. Luangkan waktu untuk dia.”

Sikap Nicole yang seolah-olah begitu pengertian membuatnya tampak seperti istri Tristan yang sah, bukan Scarlett. Seakan-akan, memberi kesempatan Tristan untuk makan dari bekal yang dibawa Scarlett adalah kebaikan hati dari Nicole sendiri.

Scarlett pura-pura tak peduli dan membalas dingin, “Nicole, jika kamu memang berani, suruh Tristan lawan ayahnya dan ceraikan aku, atau tunjukin bukti jika aku menjijikan untuknya. Kamu selingkuh tapi sok kalem. Menjijikan sekali!”

Mendengar ejekan Scarlett, wajah Nicole tampak canggung. Ia mencoba menjelaskan, “Scarlett, kamu salah paham. Hubunganku dengan Tristan hanya masalah pekerjaan.”

Setelah itu, sorot matanya meredup. “Kalian mengobrol saja dulu, aku keluar dulu.”

Begitu pintu tertutup, Scarlett melangkah ke meja dan meletakkan kotak makan siang dengan suara keras. Ia menarik kursi di seberang Tristan dan duduk santai seolah tak terjadi apa-apa. “Ibumu menyuruhku untuk membawakan makan siang untukmu.”

Tristan membanting dokumen yang dipegangnya ke meja dan berkata dengan nada dingin, “Scarlett, bisa tidak, kamu berhenti membuat kekacauan?”

Scarlett menatapnya tajam, diam. Sikap Tristan terhadap Nicole dan dirinya benar-benar berbeda.

Memang benar, jika kamu bukan orang yang disukai, semua yang kamu lakukan akan terasa salah. Bahkan saat membawakannya makanan, keberadaannya pun serasa sebuah kesalahan.

Setelah lama saling tatap, Scarlett menyandarkan punggung ke kursi dan berkata, “Dalam situasi seperti ini, aku tidak punya suara. Omongan orang tuamu itu hukum untukku. Aku tidak bisa melawannya.”

Bukan hanya tidak mampu menentang orang tua Tristan, Scarlett juga takut akan air mata dan drama yang di ciptakan ibunya sendiri yang selalu memohon agar Scarlett menjadi anak baik dan penurut.

Saat mereka menikah, Lucian menetapkan aturan ketat untuk Tristan: dia tidak boleh minta cerai, tidak boleh berselingkuh, dan harus berusaha menjalani pernikahan dengan sungguh-sungguh. Jika melanggar, Tristan akan dikeluarkan dari keluarga King, dan semua kekayaan serta bisnis keluarga akan jatuh ke tangan Scarlett.

Jika mereka benar-benar tidak bisa hidup bersama, mereka diminta mencoba selama tiga tahun terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Sekarang, hanya tersisa satu tahun.

Tristan tidak menjawab apa pun, jadi Scarlett berdiri, mengambil sendok, lalu menirukan suara genit Nicole, “Tristan, kata orang, tubuh itu mesin yang butuh bahan bakar. Coba makan sedikit, ya?”

Saat Tristan mendongak untuk melihatnya, Scarlett mengedipkan mata dan menyodorkan sepotong iga ke mulutnya. Terkejut dengan gaya manja Scarlett, Tristan sempat terpaku sejenak sebelum akhirnya membuka mulut seperti tanpa sadar.

Tapi Scarlett justru melempar kotak makan siang ke meja dan berseru kesal, “Sial, kamu benar-benar jatuh ke perangkap Nicole ya.”

Tidak lupa dia melempar sendok ke atas meja yang membuat suara keras dan berkata tajam, “Makan atau tidak, itu urusanmu. Aku Lelah memanjakan dirimu.”

Setelah keluar dari kantor Tristan, Scarlett sempat memberi tahu sekretarisnya agar tidak perlu repot memesan makan malam, karena makanan sudah dikirim dari rumah.

Namun sekitar pukul sembilan malam, Scarlett terbangun oleh telepon dari Audrey yang mengabarkan bahwa Tristan dirawat di rumah sakit karena dehidrasi parah akibat diare.

Jantung Scarlett langsung berdegup kencang. Ia cepat-cepat berpakaian dan meluncur ke rumah sakit. Sesampainya di kamar rawat inap, melihat Audrey yang tampak kelelahan, Scarlett menyuruhnya pulang untuk istirahat.

Kembali ke dalam kamar, Tristan melirik ke arah Scarlett dan menuduh, “Apa kamu berniat menjadi janda dan mencari suami baru? Kamu meracuni makananku?”

Scarlett mendekat sambil merapikan selimut Tristan dan menjawab santai, “Apa yang kamu katakan, apa jarum infus itu menekan kepalamu juga?”

“Kamu masih menyangkal?” tanya Tristan, melemparkan ponselnya ke arah Scarlett, menampilkan rekaman CCTV yang menunjukkan Scarlett masuk ke apotek. Lalu, dia juga melemparkan struk pembelian obat dari apotek itu ke arahnya.

Tertangkap basah, Scarlett hanya diam menahan tatapannya.

Tristan menunggu penjelasan, tapi malah terkejut saat Scarlett berkata pelan, “Jangan lihat aku seperti itu, nanti aku kehilangan kendali.”

“Scarlett,” wajah Tristan menggelap, lalu ia melempar bantal ke arahnya.

Scarlett menangkap bantal itu dan membalas dengan tenang, “Kamu setiap malam pesta sana-sini, sementara aku hampir gila sendiri. Sedikit pembalasan dengan obat pencahar, skor kita sama.”

Mendengar itu, Tristan mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya mendekat, suaranya dalam dan berat, “Kamu cemburu?”

Scarlett terkejut oleh pertanyaan itu, lalu malah tertawa lepas, “Tenang saja, aku lebih pilih makan tanah daripada cemburu sama kamu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 91

    Sebelum Scarlett sempat membalas, Tristan memotongnya, “Scarlett, jangan pernah berpikir tentang perceraian.” Sejak ia menyetujui pernikahan itu, ia tidak pernah sekalipun mempertimbangkan untuk mengakhirinya.Melihat Tristan yang menolak untuk berpisah, Scarlett hanya menatapnya beberapa saat, lalu dengan santai meletakkan sarapannya ke samping. Setelah itu, ia hanya memalingkan wajah ke arah jendela dan terdiam.Lebih dari sepuluh menit kemudian, mobil berhenti di depan gedung firma hukum. Scarlett turun dan berjalan pergi tanpa menoleh.Setelah melihat Scarlett masuk ke dalam gedung, ponsel Tristan berdering—Helen menelepon.Suara Helen terdengar lembut dan halus, “Tristan, bisakah kita bertemu?”Dua puluh menit kemudian, mereka bertemu di kafe yang sama. Helen awalnya duduk di kursi roda, tetapi ketika melihat Tristan mendekat, ia bertumpu pada sandaran tangan dan berdiri, “Tristan, apa kabar?”“Nona, hati-hati,” pelayan yang menemaninya segera menghampiri untuk membantu Helen ber

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 90

    Scarlett mendengarkan pertanyaan Tristan. “Jika kamu khawatir, besok kita pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.”Nada tenang Scarlett justru mengusik hati Tristan. “Kita perlu bicara,” katanya.“Baik, kita bicara di kantor catatan sipil,” jawab Scarlett tanpa ragu.Mendengar kata kantor catatan sipil, Tristan langsung menutup ponselnya tanpa sepatah kata pun. Ini adalah kali kedua ia datang mencarinya atas inisiatif sendiri. Terakhir kali ia datang, itu untuk meminta maaf atas sesuatu yang ia ucapkan dalam kondisi emosi. Namun, Scarlett tetap bersikap keras, dan Tristan berpikir, “Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan ini lagi.” Dengan kesal, ia melemparkan ponselnya ke dashboard, menyalakan mobil dengan wajah masam, berbelok tajam, dan pergi tanpa menoleh.Sudah cukup lama Scarlett tidak kembali ke Bougenville Residence, dan meski banyak hal yang terjadi, ia tetap menginginkan perceraian. Tristan hampir mencapai batas kesabarannya. Ia mengira Scarlett akan melunak seiring waktu,

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 89

    Tristan sebenarnya tidak berniat bertengkar dengan Scarlett malam itu, tapi ketika perempuan itu dengan santainya mengeluarkan berkas perceraian, seolah-olah ia menyalakan api pada amarah Tristan. Tidak pernah terlintas dipikirannya, bahwa ia ingin bercerai dari Scarlett.Di Celestial Manor, begitu Scarlett dan Zoe masuk, ponsel Scarlett berdering. Ketika ia melihat layar dan mendapati itu panggilan dari Tristan, ia langsung menolaknya dan mematikan ponselnya.Pertengkaran mereka sebelumnya masih punya celah untuk berdamai, tapi kali ini Tristan sudah kelewat batas dengan meminta ayahnya Scarlett mundur demi Helen, dan hati Scarlett sudah membeku. Ia tidak sanggup lagi mendengar suara Tristan, apalagi mengingat Helen ternyata masih hidup.Zoe memperhatikan wajah Scarlett yang langsung mengeras setelah mematikan telepon. “Tristan?” tanya Zoe, nada suaranya penuh kekhawatiran.“Ya,” jawab Scarlett datar.Zoe menatapnya lama sebelum berkata, “Kalau kamu ingin mengakhirinya, lakukan saja.

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 88

    Scarlett tak bisa menahan diri untuk tertawa sinis saat ia meletakkan bukunya dan menoleh pada Tristan, matanya memancarkan kilatan mengejek. “Tristan, sejak kapan kamu punya hak untuk meminta ayahku membatalkan sebuah proyek?”Sebelum Tristan sempat menjawab, Scarlett melanjutkan, suaranya terdengar acuh tak acuh, “Dan apa tepatnya hubungan pekerjaan terbaru Helen dengan keluarga Wilson?”Sikapnya yang begitu santai membuat Tristan tak mampu berkata-kata, mulutnya terbuka dan tertutup tanpa suara.Saat tatapan mereka bertemu, Scarlett dengan tenang menyingkirkan tangan Tristan dari lengannya, bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju mejanya. Ia mengambil dua berkas kontrak lalu kembali menatap Tristan. “Karena ayahku sudah berjanji akan memberikan proyek itu padamu, maka meskipun terasa menyakitkan, aku akan menerimanya. Selesaikan administrasinya besok. Mulai sekarang, kita jalani jalan masing-masing dan jangan pernah saling berurusan lagi.”Scarlett merasa ia sudah mengerahka

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 87

    Beberapa hari yang lalu, Chris sudah mendengar bahwa proyek Silverdawn dipimpin langsung oleh Helen — proyek pertamanya sejak ia bergabung dengan perusahaan.Pikiran tentang hubungan masa lalu Tristan dengan Helen, ditambah dengan kembalinya Helen yang begitu tiba-tiba, secara alami membuat Chris merinding.Sebenarnya, ada hubungan apa antara Tristan dan Helen sekarang? Dan bagaimana status mereka? Chris berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu, tetapi ia tidak suka jika urusan pribadi tercampur dengan urusan profesional. Sama seperti beberapa tahun terakhir, meskipun Scarlett sudah menikah dengan Tristan, kedua keluarga tetap menjaga batas antara urusan pribadi dan bisnis.Namun, ketika Tristan datang menemuinya secara langsung, Chris berada dalam posisi yang sulit. Ia hanya menatap Tristan dan bertanya, “Jadi, apa yang sebenarnya kau inginkan, Tristan?”Mendengar pertanyaan itu, Tristan langsung menyampaikan maksudnya tanpa bertele-tele.“Aku berharap Ayah bisa menyerahkan pr

  • Peluklah aku Seperti Dulu   Bab 86

    Sebelum Scarlett sempat mengatakan apa pun, Bruce sudah lebih dulu berbicara, “Dengar, Scarlett. Dalam urusan hati, lebih baik kita segera mengambil keputusan tegas, seperti mencabut plester dengan cepat. Kalau kamu berpisah sekarang, mungkin kamu akan sedih—paling lama satu atau dua minggu. Tapi kalau tidak, rasa sakit itu akan terus ada. Untuk apa kamu menyiksa diri sendiri seperti itu? Lagi pula, kamu bukan tidak punya pilihan lain, bukan?”Saat Bruce terus bicara, ekspresi Melly berubah muram, nyaris seperti awan gelap menjelang badai. Ketika pelayan datang membawa teh dan kue, Melly langsung merebut nampan itu dengan wajah tegang.Tak lama kemudian, Melly masuk ke ruang tamu dengan langkah keras, menaruh nampan di depan Bruce dengan kasar, lalu berkata tajam, “Tuan Bruce, saya ingat Tuan Tristan itu sepupu Anda. Dia tidak pernah berbuat salah pada Anda, bukan?”“Bagaimana mungkin, sebagai sepupunya, Anda datang ke rumahnya dan malah mendorong istrinya untuk bercerai? Maaf kalau s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status