เข้าสู่ระบบMereka berdua mengangkat Tuan Gatot dengan hati-hati, membantu dia duduk sedikit, lalu memberikan ramuan itu melalui mulutnya perlahan-lahan. Tuan Gatot menelan dengan susah payah. Beberapa tetes ramuan bahkan tumpah dari sudut bibirnya. Tapi 5 menit kemudian, efeknya mulai terlihat. Bercak hitam kebiruan di kulitnya mulai memudar sedikit. Napasnya menjadi sedikit lebih teratur. "Berhasil," ujar Lin Mei dengan lega. "Racun Phantom Vine mulai dinetralisir." "Jangan lega dulu, kita belum selesai," ujar Bima. "Sekarang kita harus tangani 3 racun lainnya secara bersamaan. Kalau kita tangani satu per satu, pasien tidak akan tahan." Lin Mei mengangguk. "Aku mengerti. Aku akan buat antidot untuk Racun Ular dan Arsenik. Kamu tangani Racun Oleander dengan akupunktur untuk stabilkan jantungnya." "Oke. Kita mulai." Mereka bergerak dengan cepat dan saling terhubung. Lin Mei mulai meracik ramuan antidot untuk Racun Ular berbasis herbal anti-venom alami seperti Indian Snakeroot dan
15 booth besar sudah disiapkan di arena. Setiap booth berisi tempat tidur medis, dua meja kerja, dan peralatan lengkap untuk dua tabib. Bima dan Lin Mei berjalan menuju booth nomor 7. Mereka tidak bicara sepatah kata pun. Meski sesekali Lin Mei pasti akan mencuri-curi pandang kepada kepadanya. Begitu masuk booth, mereka melihat pasien yang sudah berbaring di tempat tidur. Seorang pria tua berusia sekitar 60 tahun dengan kondisi yang sangat buruk. Kulitnya pucat kehijauan, napasnya sangat lemah, tubuhnya berkeringat dingin, dan yang paling mengkhawatirkan, ada bercak-bercak hitam kebiruan di kulitnya. Panitia memberikan file medis. Pasien: Tuan Gatot (62 tahun) Gejala: Keracunan berlapis, gagal organ multipel, syok toksik Riwayat: Terpapar racun tidak diketahui 3 hari lalu, kondisi memburuk dengan sangat cepat Diagnosis awal rumah sakit: Keracunan kompleks dengan minimal 3 jenis racun berbeda Status: Kritis, harapan hidup kurang dari 24 jam tanpa treatment segera Bi
Pagi tiba dengan langit mendung. Bima terbangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya masih terasa berat setelah menggunakan kekuatan penuh kemarin untuk menyelamatkan anak kecil itu. Dia duduk di tepi tempat tidur, menatap tangannya yang masih sedikit bergetar. Energi Mana hitam keunguan sempat muncul sekilas, lalu menghilang. 'Aku hampir kehilangan kontrol kemarin,' pikirnya dengan serius. 'Kalau aku tidak hati-hati, Racun Keabadian bisa memakan tubuhku dari dalam.' Tok tok tok. Irene masuk dengan membawa sarapan. Dia tersenyum melihat Bima sudah bangun. "Selamat pagi. Aku sudah pesan sarapan untukmu," ujarnya sambil meletakkan nampan di meja. Bima tersenyum dan berdiri. "Terima kasih, sayang." Bima mengecup kening Irene. Mereka sarapan bersama dalam diam yang nyaman. Irene sesekali melirik Bima dengan tatapan khawatir, tapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah sarapan, Kevin menelepon. "Bima, aku dapat informasi penting," ujar Kevin dengan nada serius. "Hari ini adalah
Bima mengangguk. "Aku tahu. Ini adalah insiden yang Master Feng maksud." Dia menatap ke arah tribun penonton. Di sana, di sudut yang gelap, seorang wanita berambut panjang dengan mata hijau berdiri sambil tersenyum tipis. Salah satu kelompok Bulan Sabit. Wanita itu mengangkat tangan dan bertepuk tangan perlahan, seolah memberi applause untuk pertunjukan Bima. Lalu dia berbalik dan menghilang di antara kerumunan. Bima mengepalkan tangannya. 'Beraninya mereka mengujiku,' pikirnya. 'Rupanya mereka ingin melihat seberapa kuat aku saat ini.' MC akhirnya sadar dari keterkejutannya dan naik ke podium. "Hadirin sekalian, apa yang baru saja kita saksikan adalah penyelamatan yang luar biasa!" ujarnya dengan suara masih bergetar. "Peserta Bima dari Nusantara baru saja menyelamatkan nyawa seorang anak dengan kecepatan dan ketepatan yang hampir tidak mungkin!" Tepuk tangan kembali meledak. "Karena insiden ini, kami akan menunda kompetisi selama 30 menit untuk melakukan pemeri
Bima belum selesai. Dia mengeluarkan beberapa ramuan herbal: Ginseng Merah untuk memperkuat Qi jantung Hawthorn Berry untuk melancarkan sirkulasi darah Dan Shen (Red Sage) untuk menghilangkan sumbatan di pembuluh darah Gan Cao (Licorice Root) untuk mengharmoniskan semua ramuan Dia mencampur ramuan dengan air panas, membuat teh herbal yang aromanya harum. "Paman Zhang, minum ini perlahan," ujar Bima sambil membantu Tuan Zhang duduk. Tuan Zhang minum teh herbal itu perlahan. Ekspresinya berubah, matanya sedikit melebar. "Ini sangat enak. Dan tubuhku terasa hangat dan nyaman." Bima tersenyum. "Itu efek dari ramuan. Paman akan merasa jauh lebih baik dalam beberapa menit." Benar saja, 5 menit setelah minum teh, kondisi Tuan Zhang semakin membaik. Dia bahkan bisa duduk tegak tanpa bantuan. Monitor menunjukkan: Tekanan darah: 130/85 (normal) Detak jantung: 72 bpm (normal dan teratur) Saturasi oksigen: 98 persen (sangat baik) Treatment selesai dalam 25 menit. J
Bima mengangguk. "Terima kasih, Kevin." Kevin menatap Irene. "Nona Irene, sebaiknya kamu duduk di area VIP bersama Tuan Besar. Area itu paling aman." Irene mengangguk. "Baik." Bima menggenggam tangan Irene sebentar. "Hati-hati. Jangan pergi ke mana-mana sendirian." "Kamu juga hati-hati," jawab Irene sambil tersenyum meski matanya terlihat khawatir. Mereka berpisah. Bima menuju area peserta, Irene dan Kevin ke area VIP. Di area peserta, Bima melihat Lin Mei sudah berdiri di sana. Wanita itu menatap Bima dengan ekspresi yang sulit dibaca, campuran antara menyesal dan frustrasi. Bima mengabaikannya dan mencari tempat duduk. MC naik ke podium dengan senyum lebar. "Selamat pagi, semuanya! Selamat datang di Babak ketiga, Live Treatment!" Tepuk tangan meriah memenuhi arena. "Hari ini, 70 peserta akan menghadapi ujian sesungguhnya, mengobati pasien nyata dengan kondisi kritis di hadapan kalian semua!" Layar LED menampilkan aturan detail selanjutnya. Aturan Babak Keti







