Share

Bab 195

Author: Lilia
Menatap punggung pria itu yang melangkah pergi dengan tegap, alis cantik Wulan berkerut.

"Sumi, menurutmu ... apakah Tuan itu punya perasaan padaku?"

Pelayan yang dipanggil Sumi itu menundukkan kepala. "Putri, hamba ... hamba tidak tahu."

"Semuanya kamu nggak tahu! Kamu bukan bisu, kenapa semua yang kutanya jawabnya cuma nggak tahu?"

Sumi buru-buru berlutut. "Ampun, Putri ... ampunilah hamba ...."

Wulan menatap pelayan yang berlutut di depannya dengan kesal. Sejak Anggi menggantikan dirinya dalam pernikahan itu, hidupnya seolah berubah total.

Apa pun yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan sesuai harapan, bahkan kini hidupnya jatuh hingga pada titik ini. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah melewati Sumi. "Cepat, bantu aku bereskan barang-barang yang perlu kubawa!"

"Baik, Putri."

Di bangunan utama.

Parlin berbaring lemah di ranjang dan memanggil dengan suara parau, "Air ... air ...."

"Mau minum air apa lagi? Kalau kamu cepat mati, bukankah semuanya jadi lebih mudah? Obat
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 198

    Anggi mengangguk menyetujui, "Benar, kita memang benar-benar ditakdirkan bertemu."Aska menyesap tehnya, lalu menatapnya. "Putri masih mengingat hamba, itu sudah menjadi sebuah keberuntungan besar bagi hamba.""Nggak, saat tahu itu kamu, aku ...." Anggi tiba-tiba menampakkan ekspresi lembut. Dia memandang Aska dengan penuh perhatian. "Ada beberapa hal yang membuatku bingung. Aku berharap kamu bisa membantuku menjawabnya."Kling ....Cangkir teh yang diletakkan di atas meja, mengeluarkan suara jernih. Aska berkata, "Putri ingin menanyakan tentang masa depan kediaman ini, bukan?"Anggi tertegun sejenak, lalu mengangguk. "Ya." Entah mengapa, hanya dengan menyebutkannya saja, hatinya langsung berdebar dan gelisah.Anggi penasaran, tapi juga takut mengetahuinya."Masa depan ... bintang takdirnya masih suram, belum terlihat jelas," jawab Aska perlahan sembari menatap Anggi. "Apa lagi yang ingin Putri ketahui?"Mata pria itu hitam pekat dan dalam seperti sumur yang tak berdasar. Aska yang men

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 197

    "Aku baru saja suruh Dika pergi memanggilmu," kata Luis.Aska menjawab dengan tenang, "Hamba baru saja makan di Restoran Batari. Belum sempat tidur siang, hamba sudah bisa meramalkan bahwa Putri ingin menemui hamba."Luis menyipitkan mata. Orang ini benar-benar hebat!Anggi terdiam. Dia menatap langsung pria berjubah putih itu. Saat Aska juga menoleh ke arahnya, mata pria itu tampak seolah menyimpan sesuatu."Tuan benar-benar luar biasa," ucap Anggi sambil mengangguk ringan."Waktu makan tadi sumpitku sempat jatuh, jadi aku iseng meramalnya," jawab Aska santai.Anggi sampai terdiam. Serius? Cuma ramalan iseng saja hasilnya bisa tepat?"Kalau begitu, mari kita bicara di dalam aula," kata Luis sambil bersiap mendorong kursi rodanya ke arah aula utama.Namun, Aska segera berkata, "Pangeran, mohon berhenti di sini.""Apa katamu?" Tatapan Luis yang tajam langsung mengarah padanya. Namun, Aska tidak gentar dan malah mengarahkan pandangannya ke Anggi.Anggi membuka mulutnya, lalu bertanya kep

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 196

    Anggi tertegun di tempat beberapa saat sebelum dia akhirnya bereaksi. "Aska kembali meramal untuk Pangeran?"Luis tersenyum. Anggi menggantikan Dika mendorong kursi rodanya ke dalam ruangan.Luis menjawab, "Benar. Katanya, tahun ini adalah tahun di mana dia paling sering meramal. Padahal ini baru bulan Mei, tapi dia sudah meramalkan tiga kali untukku."Dalam cerita aslinya, Biro Falak adalah lembaga yang sangat sakral. Ramalan mereka hampir tak pernah meleset.Hati Anggi terasa agak cemas. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat.Setelah makan siang.Saat hanya tersisa mereka berdua, Anggi baru bertanya, "Apa Aska pernah meramal yang lain untuk Pangeran? Atau mungkin untuk Wulan, Satya?"Luis duduk di atas dipan sambil menatap mata Anggi yang penuh rasa ingin tahu, lalu mengangguk."Pernah. Aska bilang, bintang nasib mereka telah berubah, seperti keluar dari jalurnya."Keluar dari jalur.Artinya ... mereka masih punya peluang untuk kemb

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 195

    Menatap punggung pria itu yang melangkah pergi dengan tegap, alis cantik Wulan berkerut."Sumi, menurutmu ... apakah Tuan itu punya perasaan padaku?"Pelayan yang dipanggil Sumi itu menundukkan kepala. "Putri, hamba ... hamba tidak tahu.""Semuanya kamu nggak tahu! Kamu bukan bisu, kenapa semua yang kutanya jawabnya cuma nggak tahu?"Sumi buru-buru berlutut. "Ampun, Putri ... ampunilah hamba ...."Wulan menatap pelayan yang berlutut di depannya dengan kesal. Sejak Anggi menggantikan dirinya dalam pernikahan itu, hidupnya seolah berubah total.Apa pun yang dia lakukan selalu saja tidak berjalan sesuai harapan, bahkan kini hidupnya jatuh hingga pada titik ini. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah melewati Sumi. "Cepat, bantu aku bereskan barang-barang yang perlu kubawa!""Baik, Putri."Di bangunan utama.Parlin berbaring lemah di ranjang dan memanggil dengan suara parau, "Air ... air ....""Mau minum air apa lagi? Kalau kamu cepat mati, bukankah semuanya jadi lebih mudah? Obat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 194

    "Tapi, mereka nggak pernah peduli padaku. Jadi, mereka juga bukan kakakku," gumam Anggi pelan.Mina tertegun sejenak. "Ampuni hamba, Putri. Hamba telah lancang." Putri terlalu ramah, sampai-sampai Mina hampir lupa dirinya hanyalah seorang pelayan.Anggi memandangnya dan tersenyum. "Nggak apa-apa. Di kediaman Pangeran ini, aku harus berterima kasih padamu karena masih sering mau bicara denganku.""Putri terlalu memuji. Semua ini hanya karena perintah Pangeran, hamba hanya menjalankan tugas."Hanya saja, meski Pangeran begitu mencintai Putri, entah mengapa sorot mata Putri tetap terlihat kesepian ...."Setidaknya, kamu nggak pernah berniat untuk menyulitkanku," ucap Anggi sambil menurunkan tirai kereta. "Akhir-akhir ini, Keluarga Suharjo memang agak tenang, tapi setelah mereka kembali ... mungkin aku harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah baru."Mina membuka mulutnya, lalu bertanya, "Putri benar-benar nggak mau berdamai dengan Keluarga Suharjo?"Anggi menatapnya. Dia tahu, apa pun y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 193

    Hanya karena satu kalimat itu, Satya langsung kembali percaya diri, "Benar, benar! Dia itu cuma orang cacat!" Selama Anggi bukan orang bodoh, dia pasti tahu harus berdiri di pihak siapa!Dengan membantu Satya mencapai tujuannya, hanya Satya yang bisa memberikan masa depan dan kebahagiaan untuk Anggi kelak.Pandi berkata, "Benar. Tapi hari ini, cara Nona Anggi bisa keluar dari situasi rumit itu rasanya terlalu kebetulan. Luis itu bukan orang bodoh. Bisa jadi anak buahnya berada di tengah keramaian. Bagaimana kalau Pangeran Selatan menyulitkan Nona Anggi?"Bagaimana?Satya sendiri juga tidak tahu jawabannya."Semuanya sudah ditakdirkan. Dia nggak sebodoh itu. Dia pasti tahu bahwa hanya aku yang bisa memberinya masa depan yang gemilang!" Satya mengibaskan lengan bajunya sambil berkata, "Ayo pulang!""Baik." Pandi langsung menjawab dan buru-buru kembali ke dalam ruang VIP untuk membawa Pir.Selama bertahun-tahun mengikuti Satya, dia tahu bahwa tuannya adalah orang yang berambisi. Awalnya d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 192

    "Mina dan Sura sepertinya akan segera kembali. Tuan, aku harus pulang sekarang." Anggi berdiri, lalu memberi salam secara formal pada Satya, meski sikapnya agak setengah hati.Namun, karena posturnya yang ramping dan lemah lembut, Satya malah tidak merasa Anggi bersikap sembrono. Sebaliknya, dia malah tertarik dengan pesona Anggi yang seperti ini."Gigi ...." Dia mengulurkan tangan, lalu menariknya kembali. "Demi masa depan kita, kalau ada hal apa pun yang terjadi pada Luis, kamu harus segera memberitahuku. Aku akan membantumu.""Baik.""Akhir-akhir ini di ibu kota banyak yang bilang kemampuan pengobatanmu tak kalah dari tabib istana. Lalu, apakah kamu sudah melihat kondisi kaki Luis?""Belum ...." Kenapa tiba-tiba dia membahas soal kaki Luis?"Tabib Damar adalah orang dari Permaisuri Dariani, dia sering keluar masuk ke kediaman Pangeran Selatan. Apakah dia yang sedang mengobati kaki Luis?"Padahal Damar dikirim oleh Kaisar dan Dariani untuk merawat kesehatan mereka, sekaligus untuk me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 191

    Wajahnya yang begitu jernih dan anggun itu, tak lagi memandangnya dengan tatapan tergila-gila, juga tak sehangat dulu. Hal ini membuat hati Satya terasa tidak nyaman."Gigi, apakah di hatimu masih ada aku?" tanya Satya dengan wajah muram sambil memeluk Pir yang tidak sempat dia berikan.Di hadapannya, Satya selalu berada di posisi yang unggul, seolah-olah tidak pernah ada yang bisa menandinginyaa. Bahkan sampai hari ini pun, Angga masih menunjukkan rasa superiornya."Kenapa Tuan bilang begitu? Kalau nggak, untuk apa aku datang ke sini?" katanya berpura-pura marah. "Demi bertemu Tuan, aku bahkan sudah menyuruh Mina dan Sura pergi. Tapi Tuan malah menuduhku seperti ini?""Bukan begitu, tapi kenapa kamu menjauh dariku?" Dulu saat dia menarik tangan Anggi, wajah gadis itu tetap tersipu meski tampak enggan. Bukannya bersikap dingin seperti sekarang dan malah membicarakan soal batas antara pria dan wanita."Kenapa?" Wajah Anggi terlihat semakin kesal. "Tuan yang aku sukai dulu itu sosok yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 190

    "Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status