Share

Bab 222

Auteur: Lilia
Sura menghela napas lega. "Baik, hamba berjaga di luar pintu."

"Baik."

Di dalam ruangan, Wulan berseru, "Kalau Kak Anggi nggak mau bicara denganku, aku akan istirahat sejenak. Kak Bayu, tolong Kakak saja yang bicara dengan Kak Anggi."

Bayu ikut menimpali, "Baiklah, kamu istirahat dulu."

"Terima kasih, Kak Bayu." Lalu, dengan bantuan para penjaga berbaju hitam, Wulan memanjat jendela belakang dan pergi. Bayu menoleh ke arah gadis bergaun putih. "Gimana kalau kita duduk dan bicara?"

Jelita mengangguk dan duduk anggun di seberangnya. Dengan suara pelan, Bayu bertanya, "Siapa namamu?"

"Namaku Jelita."

Bayu menghela napas lega dan mulai mengobrol dengannya, walau hanya sepatah dua patah kata.

Lima belas menit berlalu. Di luar, Sura masih merasa gelisah. Saat itu, Mina juga kembali. Dia bertanya, "Apakah Putri masih di dalam?"

Sura mengangguk. "Ya."

"Putri biasanya nggak akur dengan Keluarga Suharjo. Kenapa bisa bicara selama ini?"

Sura merasa tegang seketika. Dia bertukar pandang dengan Min
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 222

    Sura menghela napas lega. "Baik, hamba berjaga di luar pintu.""Baik."Di dalam ruangan, Wulan berseru, "Kalau Kak Anggi nggak mau bicara denganku, aku akan istirahat sejenak. Kak Bayu, tolong Kakak saja yang bicara dengan Kak Anggi."Bayu ikut menimpali, "Baiklah, kamu istirahat dulu.""Terima kasih, Kak Bayu." Lalu, dengan bantuan para penjaga berbaju hitam, Wulan memanjat jendela belakang dan pergi. Bayu menoleh ke arah gadis bergaun putih. "Gimana kalau kita duduk dan bicara?"Jelita mengangguk dan duduk anggun di seberangnya. Dengan suara pelan, Bayu bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Jelita."Bayu menghela napas lega dan mulai mengobrol dengannya, walau hanya sepatah dua patah kata.Lima belas menit berlalu. Di luar, Sura masih merasa gelisah. Saat itu, Mina juga kembali. Dia bertanya, "Apakah Putri masih di dalam?"Sura mengangguk. "Ya.""Putri biasanya nggak akur dengan Keluarga Suharjo. Kenapa bisa bicara selama ini?"Sura merasa tegang seketika. Dia bertukar pandang dengan Min

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 221

    Setelah menarik napas dalam-dalam, Bayu menatap Wulan. Keduanya saling memahami tanpa perlu berkata-kata dan dia menyetujui saran Wulan."Sudahlah, duduklah dan minum teh dulu." Bayu menunjuk ke bangku di samping, memberi isyarat kepada Wulan dan Anggi untuk duduk dan berbicara.Wulan menurut tanpa keberatan, lalu keduanya menatap Anggi.Anggi melirik mereka sekilas. Dia merasa suasana ruangan ini sangat membuatnya tidak nyaman. Seandainya saja dia tahu orang yang mengajaknya ke sini adalah Wulan, kemungkinan besar dia tidak akan datang.Awalnya, dia datang karena mengira pemuda yang dulu pernah dia selamatkan berada di tangan Wulan dan dia khawatir Wulan akan mempergunakannya sebagai ancaman. Oleh karena itulah, dia pun mengikutinya.Namun sekarang ....Jelas sekali, kemungkinan besar giok itu memang berada di tangan Wulan, tetapi gadis itu pasti tidak akan membahasnya lebih lanjut dengannya. Memikirkan hal itu, Anggi mendengus dingin dan berbalik hendak pergi.Wulan panik dan mendoro

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 220

    Bayu duduk di samping meja, mengepalkan tangannya erat-erat. Sikap Anggi yang angkuh itu membuat amarahnya hampir meledak.Dulu, Anggi bahkan tak berani menatap matanya langsung. Namun, sekarang dia berani menatap balik, bahkan dengan sikap yang sombong!"Menipumu?" Bayu menahan amarah. "Sekarang kamu sudah jadi Putri Selatan, jadi melupakan keluarga sendiri ya?""Betul. Sampai sekarang Jenderal Bayu masih belum paham?""Kamu ....""Kak Bayu, lihatlah, Anggi keras kepala sekali!" Wulan cemberut, tampak seperti sedang mengadu."Apa yang bisa kita bicarakan?" Anggi menatap Wulan. "Sekarang kamu bisa jawab, apa liontin giok itu ada padamu?"Wulan berpura-pura sedih, lalu memalingkan pandangannya pada Bayu. Bayu menarik napas dalam-dalam sebelum berkata kepada Anggi."Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menjelaskan pada Ayah dan kakak-kakak kalau yang pandai mengobati di keluarga kita adalah Wulan dan bukan kamu?""Apa? Apa yang baru saja kudengar?" Anggi tersenyum miris, lalu menatap

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 219

    Sura terus mengikuti, tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh.Wulan melihatnya, lalu berkata, "Pengawal Kakak masih mengikuti."Anggi membalas, "Apa sebenarnya yang ingin kamu katakan? Katakan saja langsung."Apa salahnya kalau Sura mengikutinya? Justru itu baru namanya aman!"Kakak benar-benar nggak tahu siapa pemilik liontin giok itu?" tanya Wulan.Anggi menggeleng. "Nggak tahu."Awalnya, dia berniat mencari tahu setelah kembali ke ibu kota. Siapa sangka, baru beberapa hari, liontin itu sudah hilang.Mendengar jawaban tegas dari Anggi, Wulan tersenyum tipis. Dulu setelah kembali dari Uraba, dia menyuruh orang menyelidiki asal-usul liontin tersebut.Setelah mencari ke sana ke sini, akhirnya dia tahu bahwa liontin itu milik Pangeran Selatan. Dengan kata lain, pemuda yang diselamatkan oleh Anggi waktu itu adalah Luis.Jika Luis tahu bahwa orang yang menyelamatkannya dulu adalah Anggi, kemungkinan besar dia akan memperlakukan Anggi jauh lebih baik, 'kan? Hari ini, Wulan hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 218

    Mina sepertinya masih ingin bertanya sesuatu, tetapi Anggi segera berkata, "Nggak perlu banyak tanya, langsung siapkan saja."Melihat wajah Anggi yang terlihat serius, Mina agak bingung. Namun, dia tetap membungkuk. "Baik, hamba akan segera menyiapkannya."Lima belas menit kemudian, majikan dan pelayan itu sudah keluar dari gerbang kediaman. Sura pun berdiri di samping kereta, telah menyiapkan pijakan kaki sejak tadi."Hamba memberi salam kepada Putri. Apa perlu kami mengirim seseorang ke istana untuk memberi tahu Pangeran?" tanya Sura.Anggi menjawab, "Bukankah kalian biasanya selalu melaporkan kepergianku pada Pangeran?"Melihat dari betapa detailnya Luis memantau kegiatannya setiap hari, seharusnya semua tindak-tanduknya selalu berada dalam pengawasan pria itu.Sura menggaruk kepalanya. "Pangeran pernah bilang, kalau Putri melakukan sesuatu yang bukan masalah besar, kami nggak perlu melaporkannya."Anggi berpikir sejenak. Perjalanan ke Kuil Awan cukup jauh, jelas bukan hal sepele. J

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 217

    Anggi mengepalkan tangan dan memukul ringan dada Luis. "Aku percaya padamu, Pangeran. Tapi, menyembunyikan kemampuan itu bukan hal buruk, 'kan? Haruskah kita selalu beradu senjata secara terang-terangan?"Luis mengatupkan bibirnya rapat. Meskipun selama bertahun-tahun ini tubuhnya tak lagi sempurna, kekuatannya tak pernah melemah. Kalau tidak, dengan apa dia bisa bersaing dengan ayah dan anak Kediaman Pangeran Aneksasi untuk memperebutkan kekuasaan negeri ini?Namun, melihat Anggi begitu gelisah, dia pun hanya bisa menahan diri. "Baiklah, suamimu ini akan menurutimu."Suamimu .... Kata-kata itu kini terdengar semakin lancar dari mulut Luis dan di telinga Anggi pun terasa menyenangkan.Anggi berjinjit sedikit, mengangkat kedua tangan untuk memegang wajah pria itu. "Bekas luka di wajah Pangeran sudah jauh lebih bersih."Luis tampak terharu. Anggi melanjutkan, "Apa Pangeran sudah memberi tahu Ayahanda dan Ibunda soal ini?""Belum untuk sekarang."Keduanya berdiri cukup lama, lalu Anggi me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 216

    "Kamu bilang apa? Gadis itu adalah Jelita, yang dibawa pulang oleh Satya ke Kediaman Pangeran Aneksasi?"Begitu Anggi menurunkan kakinya dari pelana untuk turun dari kereta, dia langsung mendengar Sura berkata demikian.Sura menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Benar sekali, Putri. Waktu di Balai Pengobatan Afiat, aku belum begitu yakin. Jadi, aku menyuruh orang untuk menyelidikinya. Hasilnya, kereta itu memang masuk ke Kediaman Pangeran Aneksasi dan Satya memang ada di dalam kereta itu."Anggi tertegun, hatinya timbul rasa waswas dan khawatir yang mendalam.Sesampainya di paviliun utama, Luis tidak ada di ruang tengah, jadi dia pun menuju ke ruang kerja.Torus sedang bersandar sambil mengantuk dengan memegang kocokan ekor kuda di depan pintu ruang kerja. Begitu melihat Anggi datang, dia langsung bersemangat kembali. "Hamba memberi salam pada Putri. Putri ingin ...?"Anggi melirik ke pintu ruang kerja. "Aku ingin bertemu Pangeran.""Masuklah." Sebelum Torus sempat menjawab, suara

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 215

    Meskipun Sunaryo tampak lembut dan sopan, sebenarnya dia adalah orang yang sangat kejam. Dia bahkan membantunya mengurung Parlin di dalam kediaman dan memberinya racun yang mematikan secara perlahan.Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa dipercaya tulus dan berhati baik?"Lanlan, bagaimana kalau kamu ikut aku kembali ke Kediaman Jenderal Musafir saja?" kata Bayu yang masih tenggelam dalam amarah tanpa menyadari ekspresi yang sempat melintas di wajah Wulan, apalagi mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.Wulan tersadar dan menggeleng untuk menolak. "Ayah dan Kak Dimas nggak percaya padaku lagi. Apa gunanya aku pulang?"Dia menatap Bayu dan meneruskan, "Mungkin nanti Kak Bayu juga ikut memihak mereka dan nggak percaya padaku lagi.""Mana mungkin?"Wulan mengepalkan tangannya di atas pangkuannya, saputangan di antara jari-jarinya terpelintir, mencerminkan kecemasan dalam hatinya.Bayu berkata, "Tapi, sepertinya kemampuan medis Anggi memang hebat. Hari ini aku dengar, kini dia adalah t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 214

    Di Penginapan Raya, Wulan berdiri di dekat jendela. Ketika melihat kereta tanpa lambang dari Kediaman Pangeran Aneksasi, dia tak bisa menahan diri untuk mengepalkan tangannya erat-erat.Dia sudah pernah beberapa kali menaiki kereta itu, jadi dia tahu pasti siapa yang sedang duduk di dalamnya saat ini.Mengingat Sunaryo pernah bilang bahwa dia mengirim seorang wanita cantik ke Satya, hati Wulan langsung diliputi rasa tidak nyaman.Cemburu melanda, air mata pun jatuh tanpa bisa dikendalikan. Kemudian, dia melihat Bayu yang menunggang kuda mendekat.Fani yang berada di sampingnya segera menyodorkan saputangan. Wulan menerimanya dan menghapus air matanya. "Fani, sekarang kamu nggak bisa bicara. Nggak ada lagi yang bisa mendengar keluh kesahku."Fani membuka mulutnya, memberi isyarat dengan tangannya. Namun, sayangnya Wulan tak bisa memahami gerakannya."Sudahlah, sekarang Kak Bayu sudah kembali. Ternyata Anggi itu memang sangat hati-hati."Di dalam Penginapan Raya, selain para tamu, masih

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status