Share

Bab 223

Author: Lilia
Sura bahkan tidak sempat memperhatikan tata krama lagi. Dia langsung menyeret Mina ke atas kereta, lalu segera mengejar kereta dari Kediaman Jenderal Musafir.

Awalnya dia mengira harus mengejar cukup jauh. Tak disangka, kereta dari Kediaman Jenderal Musafir itu melaju dengan tenang dan sama sekali tidak menunjukkan niat untuk meninggalkan mereka.

Mina berkata, "Padahal Putri paling membenci orang-orang dari Keluarga Suharjo, entah apa yang mereka bicarakan hari ini, kelihatannya hubungan mereka malah membaik."

Sura juga tidak tahu pasti. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Mungkin karena mereka memang saudara kandung, hubungan darah tetap menyimpan sedikit perasaan."

Bukan hanya Mina, bahkan dia sendiri juga merasa bahwa kebencian Anggi terhadap Keluarga Suharjo memang terlalu dalam.

Tentu saja, dia bisa memahaminya. Kalau dia berada di posisi Anggi yang dibuang oleh keluarga sendiri, lalu dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti dan dikirim ke Kediaman Pangeran Selatan, dia juga pas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 226

    "Pangeran ...."Dika, Sura, dan semua orang yang berada di sana menyaksikan pemandangan itu dengan mata terbelalak. Melihat Luis berdiri saja sudah cukup mengejutkan bagi mereka. Sekarang, Luis bahkan langsung menunggang kuda!Wajah Luis tampak muram. Dia teringat bahwa beberapa waktu lalu, Dika dan Sura pernah melapor soal seorang wanita yang sangat mirip dengan Anggi.Saat itu, dia bahkan sempat bertanya langsung pada Anggi, seberapa mirip wanita itu dengannya. Namun, Anggi menjawab bahwa dia tidak sempat melihat wanita itu.Luis menatap Sura dan bertanya dengan suara berat, "Wanita yang kalian sebutkan waktu itu, semirip apa dengan Anggi? Mungkinkah dia yang menyamar sebagai Anggi lalu pergi bersama Bayu? Kalian semua tertipu oleh rencana pengalihan perhatian mereka?"Sura sempat tertegun. Sebenarnya, begitu Anggi menghilang, firasat itu memang sempat muncul dalam benaknya. "Tapi ... apakah mungkin mereka menukar pakaian di dalam ruang meditasi dan sengaja menyuruhku dan Mina untuk

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 225

    Lalu, kenapa tidak mengusulkan agar Yohan yang dikirim?Apalagi, dulu saat di Gurun Utara, Yohan juga pernah ikut serta dan bahkan menunjukkan prestasi. Jadi, sebenarnya Yohan lebih cocok dibandingkan Wiranto.Luis menjawab, "Ayahanda, aku nggak berbohong."Luis menyebut dirinya "aku", bukan "saya". Jadi, panggilan ini jadi terdengar lebih akrab.Kaisar sempat tertegun sejenak, merasa pembicaraan dengan Luis hari ini terasa lebih hangat dan dekat dari biasanya.Dulu, saat Luis mengalami kecelakaan yang membuat wajahnya rusak dan kakinya cacat, istana sempat mengalami kekacauan. Banyak pihak mendesaknya untuk menganugerahkan gelar Pangeran Selatan kepada Luis. Padahal, Luis adalah Putra Mahkota.Memberinya gelar Pangeran Selatan saat itu sama saja dengan menurunkan derajat anaknya sendiri secara terang-terangan!Namun waktu itu, Luis menggeledah seluruh negeri untuk memburu wakil jenderal yang mengkhianatinya dan membuat seluruh ibu kota porak poranda. Banyak orang yang tidak bersalah j

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 224

    Pikiran Sura terasa bergemuruh dan langit seakan-akan runtuh! Dia memang sudah merasa ada yang aneh sejak di ruang meditasi tadi. Lalu, di mana Wulan?Sura bertanya, "Saat kalian keluar tadi, hanya ada Bayu dan Putri? Di mana Wulan?""Wulan ... nggak ada Wulan! Dia nggak keluar!" Mina berseru.Sura menatap pemilik toko dengan marah. "Kalau Pangeran meminta pertanggungjawaban tentang kehilangan Putri, kalian nggak akan bisa menanggung akibatnya!"Pemilik toko ketakutan sampai berlutut. "Tuan, hamba benar-benar tidak tahu! Hamba benar-benar tidak tahu kenapa Putri bisa menghilang dari toko hamba!"Sura berjalan menuju tangga dan melihat ada jejak lumpur di atasnya. Saat disentuh, jejak itu masih lembap. Jelas terlihat bahwa Putri memang keluar melalui tangga itu. Namun, kenapa Putri harus menghindar dari dia dan Mina?Ada yang tidak beres! Semuanya terasa janggal!Sura tidak sempat lagi memedulikan Mina. Dia segera melompat dan menggunakan jurus meringankan tubuh, lalu langsung kembali k

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 223

    Sura bahkan tidak sempat memperhatikan tata krama lagi. Dia langsung menyeret Mina ke atas kereta, lalu segera mengejar kereta dari Kediaman Jenderal Musafir.Awalnya dia mengira harus mengejar cukup jauh. Tak disangka, kereta dari Kediaman Jenderal Musafir itu melaju dengan tenang dan sama sekali tidak menunjukkan niat untuk meninggalkan mereka.Mina berkata, "Padahal Putri paling membenci orang-orang dari Keluarga Suharjo, entah apa yang mereka bicarakan hari ini, kelihatannya hubungan mereka malah membaik."Sura juga tidak tahu pasti. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Mungkin karena mereka memang saudara kandung, hubungan darah tetap menyimpan sedikit perasaan."Bukan hanya Mina, bahkan dia sendiri juga merasa bahwa kebencian Anggi terhadap Keluarga Suharjo memang terlalu dalam.Tentu saja, dia bisa memahaminya. Kalau dia berada di posisi Anggi yang dibuang oleh keluarga sendiri, lalu dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti dan dikirim ke Kediaman Pangeran Selatan, dia juga pas

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 222

    Sura menghela napas lega. "Baik, hamba berjaga di luar pintu.""Baik."Di dalam ruangan, Wulan berseru, "Kalau Kak Anggi nggak mau bicara denganku, aku akan istirahat sejenak. Kak Bayu, tolong Kakak saja yang bicara dengan Kak Anggi."Bayu ikut menimpali, "Baiklah, kamu istirahat dulu.""Terima kasih, Kak Bayu." Lalu, dengan bantuan para penjaga berbaju hitam, Wulan memanjat jendela belakang dan pergi. Bayu menoleh ke arah gadis bergaun putih. "Gimana kalau kita duduk dan bicara?"Jelita mengangguk dan duduk anggun di seberangnya. Dengan suara pelan, Bayu bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Jelita."Bayu menghela napas lega dan mulai mengobrol dengannya, walau hanya sepatah dua patah kata.Lima belas menit berlalu. Di luar, Sura masih merasa gelisah. Saat itu, Mina juga kembali. Dia bertanya, "Apakah Putri masih di dalam?"Sura mengangguk. "Ya.""Putri biasanya nggak akur dengan Keluarga Suharjo. Kenapa bisa bicara selama ini?"Sura merasa tegang seketika. Dia bertukar pandang dengan Min

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 221

    Setelah menarik napas dalam-dalam, Bayu menatap Wulan. Keduanya saling memahami tanpa perlu berkata-kata dan dia menyetujui saran Wulan."Sudahlah, duduklah dan minum teh dulu." Bayu menunjuk ke bangku di samping, memberi isyarat kepada Wulan dan Anggi untuk duduk dan berbicara.Wulan menurut tanpa keberatan, lalu keduanya menatap Anggi.Anggi melirik mereka sekilas. Dia merasa suasana ruangan ini sangat membuatnya tidak nyaman. Seandainya saja dia tahu orang yang mengajaknya ke sini adalah Wulan, kemungkinan besar dia tidak akan datang.Awalnya, dia datang karena mengira pemuda yang dulu pernah dia selamatkan berada di tangan Wulan dan dia khawatir Wulan akan mempergunakannya sebagai ancaman. Oleh karena itulah, dia pun mengikutinya.Namun sekarang ....Jelas sekali, kemungkinan besar giok itu memang berada di tangan Wulan, tetapi gadis itu pasti tidak akan membahasnya lebih lanjut dengannya. Memikirkan hal itu, Anggi mendengus dingin dan berbalik hendak pergi.Wulan panik dan mendoro

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 220

    Bayu duduk di samping meja, mengepalkan tangannya erat-erat. Sikap Anggi yang angkuh itu membuat amarahnya hampir meledak.Dulu, Anggi bahkan tak berani menatap matanya langsung. Namun, sekarang dia berani menatap balik, bahkan dengan sikap yang sombong!"Menipumu?" Bayu menahan amarah. "Sekarang kamu sudah jadi Putri Selatan, jadi melupakan keluarga sendiri ya?""Betul. Sampai sekarang Jenderal Bayu masih belum paham?""Kamu ....""Kak Bayu, lihatlah, Anggi keras kepala sekali!" Wulan cemberut, tampak seperti sedang mengadu."Apa yang bisa kita bicarakan?" Anggi menatap Wulan. "Sekarang kamu bisa jawab, apa liontin giok itu ada padamu?"Wulan berpura-pura sedih, lalu memalingkan pandangannya pada Bayu. Bayu menarik napas dalam-dalam sebelum berkata kepada Anggi."Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menjelaskan pada Ayah dan kakak-kakak kalau yang pandai mengobati di keluarga kita adalah Wulan dan bukan kamu?""Apa? Apa yang baru saja kudengar?" Anggi tersenyum miris, lalu menatap

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 219

    Sura terus mengikuti, tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh.Wulan melihatnya, lalu berkata, "Pengawal Kakak masih mengikuti."Anggi membalas, "Apa sebenarnya yang ingin kamu katakan? Katakan saja langsung."Apa salahnya kalau Sura mengikutinya? Justru itu baru namanya aman!"Kakak benar-benar nggak tahu siapa pemilik liontin giok itu?" tanya Wulan.Anggi menggeleng. "Nggak tahu."Awalnya, dia berniat mencari tahu setelah kembali ke ibu kota. Siapa sangka, baru beberapa hari, liontin itu sudah hilang.Mendengar jawaban tegas dari Anggi, Wulan tersenyum tipis. Dulu setelah kembali dari Uraba, dia menyuruh orang menyelidiki asal-usul liontin tersebut.Setelah mencari ke sana ke sini, akhirnya dia tahu bahwa liontin itu milik Pangeran Selatan. Dengan kata lain, pemuda yang diselamatkan oleh Anggi waktu itu adalah Luis.Jika Luis tahu bahwa orang yang menyelamatkannya dulu adalah Anggi, kemungkinan besar dia akan memperlakukan Anggi jauh lebih baik, 'kan? Hari ini, Wulan hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 218

    Mina sepertinya masih ingin bertanya sesuatu, tetapi Anggi segera berkata, "Nggak perlu banyak tanya, langsung siapkan saja."Melihat wajah Anggi yang terlihat serius, Mina agak bingung. Namun, dia tetap membungkuk. "Baik, hamba akan segera menyiapkannya."Lima belas menit kemudian, majikan dan pelayan itu sudah keluar dari gerbang kediaman. Sura pun berdiri di samping kereta, telah menyiapkan pijakan kaki sejak tadi."Hamba memberi salam kepada Putri. Apa perlu kami mengirim seseorang ke istana untuk memberi tahu Pangeran?" tanya Sura.Anggi menjawab, "Bukankah kalian biasanya selalu melaporkan kepergianku pada Pangeran?"Melihat dari betapa detailnya Luis memantau kegiatannya setiap hari, seharusnya semua tindak-tanduknya selalu berada dalam pengawasan pria itu.Sura menggaruk kepalanya. "Pangeran pernah bilang, kalau Putri melakukan sesuatu yang bukan masalah besar, kami nggak perlu melaporkannya."Anggi berpikir sejenak. Perjalanan ke Kuil Awan cukup jauh, jelas bukan hal sepele. J

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status