Share

Bab 393

Penulis: Lilia
Jari-jarinya benar-benar hangat.

Anggi berkata, "Hmm, masih perlu perawatan lanjutan untuk tahu hasilnya."

"Baik," jawab Aska.

Luis menambahkan, "Walaupun aku nggak mengerti ilmu kedokteran, bahkan dari jarak sejauh ini, aku bisa merasakan hawa dingin yang menyelimuti."

Anggi menoleh padanya. "Apa ucapanmu nggak berlebihan?" Dia sendiri tidak merasa begitu.

Sebenarnya selain ujung jarinya yang sedikit dingin saat menyentuh pergelangan tangan Aska, Anggi justru merasa Aska seperti penyejuk alami di tengah cuaca panas yang menyengat. Berada di dekatnya terasa sejuk, bukan dingin.

Aska mengangkat alisnya. "Ya, Putri Mahkota nggak merasakannya?"

"Aku ... aku cuma merasa suhu tubuhmu dingin, tapi nggak sampai membuatku merasa diselimuti hawa dingin." Anggi menarik kembali tangannya.

Aska tersenyum agak canggung, "Yang dikatakan Putri Mahkota benar, lebih baik pelan-pelan saja. Nanti setelah terapi berlanjut, baru tahu hasilnya."

Anggi mengiakan, lalu menoleh ke arah Pati di sampingnya dan b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
adriana24.ascii
marathon baca , lanjur thorr semangattt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 532

    "Kamu takut? Setelah melakukan begitu banyak hal yang menyakiti kakak dan adik kandungmu, kamu takut dapat karma?" sindir Ayunda. Tatapannya pada Anggi penuh kebencian.Jika saat ini Anggi bukan Putri Mahkota yang terhormat, apa yang akan dilakukan Ayunda? Memukul Anggi dengan kayu, mengurungnya, atau mencekiknya sampai mati?"Abaikan dia," ucap Aska. Tepat di saat Anggi sedang menggertakkan gigi dengan marah, suara lembut pria di sampingnya menariknya kembali ke kenyataan.Anggi memandang Aska. Aska tersenyum lembut sembari menasihati, "Manusia pada dasarnya mudah menyimpan dendam. Tapi terkadang, melepaskan adalah bentuk penyelamatan diri."Kata-kata bijak itu mudah sekali untuk diucapkan. Namun, berapa banyak orang di dunia yang sanggup melakukannya?Saat ini, Dimas keluar dengan tergesa-gesa. Dia berkata, "Ibu, jangan nggak sopan pada Putri Mahkota."Sampai sekarang, Dimas juga sangat bingung kenapa ibunya sebenci itu pada Anggi. Padahal jelas-jelas Wulan yang salah.Ayunda melirik

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 531

    "Tuan Dimas itu orang yang cerdas. Hari ini, aku kemari untuk tanya apa Keluarga Suharjo ada musuh atau semacamnya?" tanya Anggi.Dimas menggeleng sembari menjawab, "Nggak ada."Anggi tersenyum tipis dan membalas, "Jawabannya lugas sekali. Apa Tuan Dimas nggak percaya padaku?""Bukan begitu. Hamba memang nggak tahu," sahut Dimas."Kalau begitu, nggak ada lagi yang mau kukatakan. Jelita itu nggak selemah yang terlihat. Kalau suatu hari dia mendapatkan kekuasaan, dia belum tentu akan melepaskan kalian," ucap Anggi mengingatkan.Selesai berbicara, Anggi berdiri. Aska yang duduk di samping juga berdiri dengan tubuhnya yang lemah. Dia batuk berkali-kali hingga hampir jatuh pingsan.Anggi buru-buru memapahnya. Jika tahu akan seperti ini, dia tidak akan membiarkan Aska datang. Dia bertanya, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Aska menggeleng. Dia menatap Dimas sembari berkata, "Aku pernah meramal takdir Keluarga Suharjo. Seluruh keluarga akan musnah. Kalau mau menghindari takdir ini, sebaiknya Tuan D

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 530

    Anggi seketika terdiam. Aska benar-benar tidak bisa disinggung."Oke," sahut Anggi.Begitu memutuskan untuk pergi, Aska langsung mengenakan dua jubah hangat tambahan dan mantel bertudung, lalu pergi bersama Anggi.Pati sangat khawatir. Dia bertanya, "Tuan, apa tubuh Tuan bisa tahan?"Aska menimpali, "Ada Putri Mahkota. Aku nggak akan kenapa-kenapa."Benar juga. Anggi adalah obat bagi Aska.Kali ini, Anggi tidak membawa Mina. Dia hanya membawa Sura. Sura dan Pati mengendarai kereta kuda, jadi lebih praktis. Setelah 45 menit, kereta kuda berhenti di depan Kediaman Jenderal Musafir.Begitu melihat kereta kuda dari Kediaman Putra Mahkota, pengawal yang menjaga pintu langsung berlutut di tanah. Ada yang buru-buru pergi melapor.Anggi dan Aska tidak turun dari kereta kuda, melainkan menunggu kapan anggota Keluarga Suharjo akan keluar. Tak lama kemudian, Dimas keluar menyambut."Hamba datang untuk menyambut," kata Dimas menangkupkan tangan memberi hormat.Anggi menoleh ke arah Aska. Mereka be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 529

    "Tapi, cara kematian Parlin sama sekali nggak seperti yang tertulis di dalam buku asli. Dia baru membalas dendam setelah naik takhta. Kenyataannya, Wulan dan Sunaryo bekerja sama untuk membunuh Parlin," timpal Anggi."Kalau Sunaryo menggantikan Parlin?" tanya Aska."Apa maksudnya?" balas Anggi.Aska berpikir sejenak sebelum menjelaskan, "Di dalam buku asli, Satya juga memanfaatkan Parlin, lalu membalas dendam setelah naik takhta. Tapi sekarang, Sunaryo juga ada di posisi yang sama dengan Satya."Anggi menimpali, "Benar. Waktu itu, aku juga bertemu Sunaryo di istana. Sekarang, dia itu Wakil Komandan Pasukan Pengawal Istana."Aska berujar, "Benar. Kalau begitu, kita analisis lebih lanjut. Jelita ini ...."Aska mencoba mengingat kehidupan sebelumnya dengan cermat. Dia juga tidak ingat ada tokoh bernama Jelita."Yang jelas, Jelita ada hubungan dengan Sunaryo." Aska menuangkan secangkir teh untuk Anggi, lalu berkata, "Jangan buru-buru. Kita uraikan pelan-pelan."Aska mengangkat cangkirnya d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 528

    Wawan menyimpan botol pil dengan baik sebelum menyahut, "Baik. Putra Mahkota tenang saja."Melalui Wawan, Luis akhirnya paham bahwa Kaisar sudah berada di jalan buntu. Dia bergegas ke ruang baca istana dan menemukan dekret yang dikatakan oleh Wawan.Kaisar bahkan sudah menyiapkan dekret penyerahan takhta. Jelas sekali Kaisar sudah menyadari sejak awal bahwa suatu hari situasi akan tidak terkendali. Di dalamnya, juga ada dekret pengampunan khusus untuk Wawan.Setibanya di Kediaman Putra Mahkota.Anggi bertanya, "Kalau Ayahanda tahu semuanya, kenapa nggak langsung memerintahkan untuk hukum mereka, atau kamu saja yang langsung bertindak?"Luis menimpali, "Masalahnya, 30 ribu Pasukan Pengawal Istana ada di bawah kendali Satya. Selain itu, Keluarga Bangsawan Aneksasi sudah bercokol di ibu kota selama bertahun-tahun. Sebagian menteri di pengadilan juga orang-orang mereka."Luis diam sejenak sebelum melanjutkan, "Apalagi, Ayahanda sudah lama dikendalikan oleh racun. Apa di antara menteri itu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 527

    Bagi Jelita, Kaisar hanya seorang kakek tua yang menyebalkan.Yasa menasihati dengan nada pelan, "Nyonya, saat ini, Keluarga Bangsawan Aneksasi masih belum dikuasai sepenuhnya. Kaisar nggak boleh sampai kenapa-kenapa. Lagi pula, dia juga nggak bisa lari dari genggaman kita. Hanya semangkuk sup saja. Nggak masalah memberikannya untuk tetap hidup."Jika sampai terdesak, Kaisar tidak mau bekerja sama, lalu langsung berseru bahwa dirinya dijebak serta dikendalikan oleh Jelita dan lainnya, mereka akan benar-benar tamat.Melihat ekspresi Yasa, Jelita perlahan-lahan juga menyadarinya. Meskipun tergila-gila dengan sup kambing buatan Jelita, tua bangka itu malah sangat rasional saat sadar. Bagaimanapun caranya, dia tetap tidak mau mengeluarkan dekret untuk mencabut posisi Luis sebagai Putra Mahkota.Setelah berpikir cukup lama, Jelita berujar, "Putra Mahkota baru pergi hari ini. Aku nggak percaya tua bangka itu bisa bertahan."Yasa bisa melihat dengan jelas bahwa Jelita ingin mencoba lagi. Jeli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status