Share

Bab 394

Author: Lilia
Mina diam-diam menghela napas lega.

Tuan rumah menghadiahkan pelayan kepada tamu bukanlah hal yang aneh, bahkan bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan umum.

Dulu saat Mina dan Naira pertama kali ditempatkan di sisi Luis, mereka sempat berharap. Namun, Luis tidak tertarik pada perempuan, wataknya dingin dan sulit ditebak. Lambat laun, mereka pun mengubur keinginan itu.

Ditambah lagi, Luis telah menikahi beberapa kali, tetapi tidak satu pun dari mereka memiliki akhir yang baik. Sejak saat itu, baik Mina maupun Naira benar-benar tak berani lagi berharap.

Kini, Anggi dan Luis saling mencintai. Mana mungkin Luis akan meliriknya lagi? Jadi, yang Mina inginkan hanyalah tetap berada di sisi Anggi, melayani dengan baik, dan hidup tenang di hari tua.

Beberapa sesaat kemudian, mereka tiba di Paviliun Pir. Naira keluar sambil mengusap bahunya. Begitu melihat Anggi, dia segera mendekat untuk memberi salam, "Hamba memberi hormat pada Putri Mahkota."

Anggi melihat tubuh Naira agak menggigil, lalu bert
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuni Bibah Deha
ini anggi kapan hamilnya thor?? kan gak lucu klo duluan jelita yang hamil
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 536

    Semua orang saling berpandangan.Pratama yang sependapat pun menimpali, "Wanita memang makhluk pencemburu. Nggak aneh kalau para gadis menyukai Putra Bangsawan Satya yang begitu berbakat.""Cemburu mungkin bisa menjadi salah satu alasan, tapi jelas nggak sesederhana itu," kata Dimas."Kenyataannya memang begitu. Ayah dan Ibu selama ini cukup baik pada siapa pun. Kapan mereka pernah menyinggung orang lain?" ujar Bayu dengan tegas.Benarkah selama ini mereka berperilaku baik? Dimas rasa tidak demikian. Dia langsung menuturkan semua yang terjadi hari ini dengan detail, "Pelayan senior yang memberitahuku. Kalian pasti nggak akan menyangka kalau alasan Ibu membenci Anggi adalah karena Ibu nggak menyukai Nenek. Karena membenci ibu mertuanya sendiri, Ibu melampiaskannya pada Anggi.""Apa katamu?" seru Pratama sambil menuding Dimas. Pijakan kakinya goyah dan sekujur tubuhnya gemetar.Dimas menatap lurus ke ayahnya, tidak takut untuk mengungkapkan kebenaran. Dia melanjutkan dengan tegas, "Aku b

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 535

    Angin di musim dingin seakan-akan bisa menemukan celah untuk masuk.Dimas duduk di aula utama. Meskipun sudah menyalakan perapian terbaik, hatinya tetap terasa dingin.Langit hampir gelap. Pratama dan Yohan baru pulang. Dimas menghampiri mereka, lalu berujar, "Ayah, Kak Yohan, kita bicara di ruang baca saja." "Untuk apa Anggi datang hari ini?" tanya Pratama. Ketika masuk ke rumah, pengawal penjaga pintu sudah memberitahunya."Kita bicara di ruang baca saja," sahut Dimas.Mereka bertiga menuju ke ruang baca. Pratama dan Yohan minum teh dulu. Setelah melihat keduanya duduk, Dimas baru menjelaskan, "Hari ini, Putri Mahkota datang untuk tanya apa kita ada musuh bebuyutan.""Musuh bebuyutan?" Pratama bergumam sejenak, lalu segera membantah, "Nggak ada. Kenapa dia tanya seperti itu?"Yohan bertanya, "Apa kedatangannya kali ini berarti dia bersedia berdamai dengan Keluarga Suharjo?"Dimas mendengus sinis sebelum membalas, "Mana mungkin? Dia nggak akan mungkin berdamai dengan kita.""Kalau ng

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 534

    "Ibu, kalau selain Anggi?" tanya Dimas.Selain Anggi, Ayunda tidak terpikirkan orang lain. Dia tidak pernah menyinggung siapa pun seumur hidupnya. Begitu juga dengan Pratama.Ayunda berpesan, "Kamu harus dengar kata ayahmu dan Kak Yohan untuk mengabdi pada Keluarga Bangsawan Aneksasi dengan baik. Suatu hari nanti, Anggi dan Luis pasti akan mati tragis."Melihat kondisi Ayunda seperti ini, ada beberapa hal yang tidak jadi dikatakan oleh Dimas. Dia berujar, "Ibu istirahat saja dengan baik."Ayunda menatap punggung Dimas sambil berteriak, "Dimas, kamu ingat ya!"Dimas sangat kesal. Setelah keluar, dia melihat pelayan pribadi Ayunda di halaman. Dia berjalan mendekat dan memanggil, "Bibi."Pelayan senior seketika terkejut. Saking gugupnya, suaranya bergetar. Dia menyapa, "Tu ... Tuan Dimas.""Bibi sepertinya sedang takut," kata Dimas."Ah. Nggak. Nggak kok," balas pelayan senior."Benaran nggak?" tanya Dimas lagi. Dimas bisa menduduki posisi sebagai Kepala Pengadilan Agung bukan karena meng

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 533

    Anggi awalnya memang tidak memiliki hubungan dekat dengan anggota Keluarga Suharjo.Kala ini, Anggi menggertakkan gigi dengan marah dan menyindir, "Keluarga Suharjo sial sekali memiliki ibu yang nggak bermoral seperti Nyonya Ayunda. Siapa yang tahu semua itu akibat perbuatan jahat Nyonya Ayunda sendiri?"Anggi mendengus dingin sebelum meneruskan, "Baru Wulan saja yang meninggal, itu belum seberapa. Menurutku, selama ada kamu, suatu hari Keluarga Suharjo akan kehilangan semua keturunannya!""Ka ... kamu!" pekik Ayunda menunjuk Anggi. Saking marahnya, dia sampai gemetaran dan tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat.Anggi menegaskan, "Daripada tanya aku, lebih baik tanya dirimu sendiri. Apa kamu pernah lakukan hal jahat sampai dapat karma!""Ka ... kamu!" teriak Ayunda dengan mata terbelalak. Kepalanya miring, lalu langsung jatuh pingsan."Ibu!" seru Dimas dengan kaget. Dalam kepanikan, dia berharap Anggi mau memberikan pertolongan.Menurut Anggi, Dimas memang agak dingin, tetapi dia

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 532

    "Kamu takut? Setelah melakukan begitu banyak hal yang menyakiti kakak dan adik kandungmu, kamu takut dapat karma?" sindir Ayunda. Tatapannya pada Anggi penuh kebencian.Jika saat ini Anggi bukan Putri Mahkota yang terhormat, apa yang akan dilakukan Ayunda? Memukul Anggi dengan kayu, mengurungnya, atau mencekiknya sampai mati?"Abaikan dia," ucap Aska. Tepat di saat Anggi sedang menggertakkan gigi dengan marah, suara lembut pria di sampingnya menariknya kembali ke kenyataan.Anggi memandang Aska. Aska tersenyum lembut sembari menasihati, "Manusia pada dasarnya mudah menyimpan dendam. Tapi terkadang, melepaskan adalah bentuk penyelamatan diri."Kata-kata bijak itu mudah sekali untuk diucapkan. Namun, berapa banyak orang di dunia yang sanggup melakukannya?Saat ini, Dimas keluar dengan tergesa-gesa. Dia berkata, "Ibu, jangan nggak sopan pada Putri Mahkota."Sampai sekarang, Dimas juga sangat bingung kenapa ibunya sebenci itu pada Anggi. Padahal jelas-jelas Wulan yang salah.Ayunda melirik

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 531

    "Tuan Dimas itu orang yang cerdas. Hari ini, aku kemari untuk tanya apa Keluarga Suharjo ada musuh atau semacamnya?" tanya Anggi.Dimas menggeleng sembari menjawab, "Nggak ada."Anggi tersenyum tipis dan membalas, "Jawabannya lugas sekali. Apa Tuan Dimas nggak percaya padaku?""Bukan begitu. Hamba memang nggak tahu," sahut Dimas."Kalau begitu, nggak ada lagi yang mau kukatakan. Jelita itu nggak selemah yang terlihat. Kalau suatu hari dia mendapatkan kekuasaan, dia belum tentu akan melepaskan kalian," ucap Anggi mengingatkan.Selesai berbicara, Anggi berdiri. Aska yang duduk di samping juga berdiri dengan tubuhnya yang lemah. Dia batuk berkali-kali hingga hampir jatuh pingsan.Anggi buru-buru memapahnya. Jika tahu akan seperti ini, dia tidak akan membiarkan Aska datang. Dia bertanya, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Aska menggeleng. Dia menatap Dimas sembari berkata, "Aku pernah meramal takdir Keluarga Suharjo. Seluruh keluarga akan musnah. Kalau mau menghindari takdir ini, sebaiknya Tuan D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status