LOGINAnggi mengibaskan tangannya dan berpesan pada Daud, "Sekarang, dia takut dingin. Kamu perhatikan, jangan biarkan tangannya keluar.""Oh," sahut Daud dengan linglung. Kemudian, dia menyelipkan tangannya ke dalam selimut.Sura buru-buru membawa bubur sayur. Anggi menerimanya. Dia makan sambil berjalan keluar untuk melihat keadaan Luis.Daud melirik ke sana. Kecuali dirinya yang terkejut, Anggi dan Sura tampak biasa saja.Astaga, ini terlalu mengejutkan. Daud bertatapan dengan Sura. Sura menatap sekilas ke arah dipan pemanas, lalu berjalan mendekati Daud dan berbisik, "Tuan Aska sudah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Kaisar. Saat ini, kondisinya masih dalam bahaya."Setelah melontarkan itu, Sura menceritakan semua kejadian di Kediaman Rusli kepada Daud. Dia berucap, "Anggap saja nggak melihat apa-apa."Daud tersadar dan mengangguk sambil menimpali, "Pantas saja, Permaisuri begitu mencemaskan Tuan Aska."Rasa terima kasih serta hubungan mereka sudah melampaui batas hidup dan mati.
Daud menangkupkan kedua tangan seraya membalas, "Ja ... jawab Permaisuri, kurang lebih sudah beres. Mayat parasit yang tertangkap juga sudah dibakar di tempat. Nggak ada bahaya yang tersisa."Bagaimanapun, tidak ada yang tahu apakah ada mayat parasit yang lolos dari pengejaran, karena keadaan saat itu benar-benar kacau. Namun, yang berhasil kabur berjumlah sekitar 20 mayat parasit.Sementara itu, pasukan mereka ribuan kali lipat lebih banyak. Jadi, memburu dan membasmi para mayat parasit itu masih bisa mereka tangani."Baguslah kalau begitu. Tapi, ingat untuk tetap waspada. Belasan hari ini, perketat patroli, peringatkan rakyat untuk memperhatikan makanan dan minuman. Selain itu, bagi siapa pun yang melaporkan hal mencurigakan, akan diberi imbalan 100 tahil emas," ucap Anggi.Daud mengangguk sembari menyahut, "Baik, Permaisuri."Daud tahu tindakan seperti ini dilakukan untuk mencegah ada mayat parasit yang terlewat. Jika rakyat tidak segera melapor, takutnya akan menimbulkan lebih bany
Sura pun mengatur posisi selimut agar tidak sepenuhnya menekan tubuh Aska, lalu buru-buru makan beberapa suap dengan lahap. Yang dipikirkannya adalah cepat-cepat bergantian dengan Anggi untuk menjaga Aska.Siapa sangka, Anggi sama sekali tidak mau makan atau minum. Dia hanya menjaga Aska dan sesekali melihat Luis."Permaisuri harus makan dan minum sesuatu. Kalau tubuh Permaisuri lemah, siapa yang akan menjaga Kaisar dan Tuan Aska?" bujuk Sura. Lantaran tidak tahu harus bagaimana membujuk Anggi, dia terpaksa menyebut nama Aska.Anggi melirik sekilas sebelum membalas, "Aku benar-benar nggak berselera." Dia diam sebentar, lalu berucap, "Kamu pergi buatkan bubur sayur untukku saja."Sura benar. Jika tidak makan, bagaimana bisa tetap kuat?"Baik, Permaisuri," sahut Sura. Setelah melihat sekilas Aska yang berbaring di ranjang, dia berbalik pergi."Gigi ...."Tiba-tiba, Anggi mendengar Aska memanggil, lalu bergumam entah apa. Sama sekali tidak jelas. Yang pasti, ekspresi Aska sangat tegang. K
"Tuan Aska sangat berjasa," ucap Torus.Damar menyeka keringatnya sambil mengangguk setuju.Anggi menghela napas. Ketegangan barusan seakan-akan menguras seluruh tenaganya. Dia bersandar di bahu Luis, lalu melambaikan tangan pada Torus, Damar, dan Puspa. Ketiganya pun pergi.Anggi meneteskan air mata, tidak tahu harus berkata apa dan hanya berharap agar Aska segera bangun. Dia takut terjadi sesuatu pada Aska. Namun, ilmu medisnya sama sekali tidak cukup untuk mengobati serangan balik Aska.Semua buku medis yang ada sudah dibaca berkali-kali.Selama ini, Anggi tidak pernah berhenti membaca buku medis. Dengan harapan, suatu hari dirinya bisa menemukan cara yang ampuh untuk mengobati penyakit Aska. Sayangnya, sampai sekarang dia belum menemukan satu pun cara yang efektif.Jika Aska terus mengalami perubahan gejala dalam waktu sesingkat ini, dia bisa tersiksa sampai mati oleh panas dan dingin yang menyerang secara silih berganti."Suamiku, aku harus bagaimana? Kak Aska itu orang baik. Kena
Satu jam kemudian, Aska mulai demam lagi. Anggi langsung tegang. Dia memerintah, "Sura, cepat. Dia demam."Sura segera menggendong Aska, lalu memasukkannya ke dalam tong air. Anggi mendesak, "Cepat cari Pati. Esnya nggak bisa bertahan lama.""Oh, oke," sahut Sura. Selesai bicara, dia langsung mencari Pati.Saat kembali, Pati sudah membawa mangkuk obat. Dia berucap, "Obatnya sudah dimasak."Jika Anggi menyingkir, Pati yang menyuap Aska minum obat.Anggi mengambil mangkuk obat sambil berkata, "Biar aku saja. Cepat ambil es.""Oke," sahut Pati. Dia keluar dari kamar mandi setelah memberikan mangkuk obat kepada Anggi.Anggi berjalan ke belakang Aska, lalu menyandarkan kepala Aska ke bahunya. Dia berujar dengan mata memerah, "Kak Aska, minum obat. Buka mulutmu."Sambil bicara, Anggi mengangkat mangkuk obat dan membuka mulut Aska untuk menyuapnya minum obat. Untung saja, Aska meminum obatnya.Sura masuk dengan membawa potongan es yang diikat dengan tali jerami. Dia terkejut melihat Anggi men
Pati menggendong Aska yang sudah memakai jubah keluar dari kamar mandi, lalu meletakkannya di tempat tidur. Kemudian, Pati menyelubungi tubuh Aska dengan beberapa selimut.Anggi melihat Pati dan bertanya, "Maksudmu, sebelumnya gejalanya nggak akan berubah begitu cepat ya?"Pati mengangguk. Semua orang di kamar merasa tertekan. Pati baru teringat tadi dia terlalu cemas sampai-sampai melepaskan baju Aska di depan Anggi.Namun, Pati tidak ingin menjelaskan. Bagaimanapun, situasi tadi sangat mendesak.Anggi yang lelah berujar, "Siapkan obat pemulihan yang ringan. Apa obat pemulihan yang kuberikan kepada Kak Aska sebelumnya masih ada?""Permaisuri, obat pemulihan itu masih ada. Saya masak obat sekarang," sahut Pati. Selesai bicara, dia langsung pergi.Sura melihat Anggi yang memperhatikan Aska, lalu menoleh untuk melihat ke arah layar pembatas. Samar-samar terlihat Puspa sedang menjaga Luis.Damar sudah membawa para tabib istana datang, Torus juga ikut. Satu per satu tabib istana memeriksa






