Share

Bab 475

Author: Lilia
"Kalau begitu, kita hanya bisa tunggu mereka bertindak dulu?" tanya Anggi.

Luis membalas, "Apa pun reaksiku, mereka tetap nggak akan melepaskan kita. Jadi, kita harus melawan dan bertarung."

Anggi mengangguk. Tidak disangka, setelah musuh terbesarnya sudah meninggal, hari-hari Anggi masih tidak begitu tenang.

Ternyata memang seperti yang dikatakan Aska. Setelah Wulan tiada, mungkin masih ada musuh lainnya. Jadi, yang paling harus diwaspadai tetap saja Satya yang sulit disingkirkan.

"Suamiku, apa akhir-akhir ini ada pergerakan dari Satya?" tanya Anggi. Nama ini sudah lama tidak diungkit. Dia sampai merasa ini seperti urusan di kehidupan lampau.

Satya sudah lumpuh. Memangnya dia masih bisa membalikkan keadaan? Begitu memikirkan ini, sebelum Luis sempat menjawab, Anggi segera melanjutkan, "Kalau yang ada di dalam kandungan Jelita itu benaran anaknya Satya, itu berarti dia masih punya kemungkinan untuk membalikkan keadaan."

Luis mengelus kepala Anggi sembari menenangkan, "Gigi, kamu terlal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 476

    Anggi menoleh ke arah Dika. "Kamu benar-benar nggak ingin memperjuangkannya?"Dika menangkupkan tangannya. "Putri Mahkota juga sudah bilang, ini memang bukan jodoh yang baik. Tapi, keduanya punya status khusus dan kurang cocok dinikahkan jauh."Memang benar status mereka berdua tidak memungkinkan untuk dinikahkan ke tempat jauh.Setelah diam untuk waktu yang lama, Anggi menoleh pada Mina dan memerintahkan, "Kamu tanyakan pada mereka sekali lagi, mau menikah dengan prajurit tua atau tinggal di desa."Kalau dulu, dia masih bisa membiarkan mereka pergi jauh dari sini. Namun, Ajeng terlalu banyak akal. Jika dibiarkan pergi jauh, bisa-bisa suatu hari jadi ancaman. Lebih baik tetap diawasi dari dekat.Mina memberi hormat, lalu pergi bersama Dika. Begitu mereka tiba di Paviliun Mawar dan menyampaikan maksud Anggi, Ajeng langsung berlutut dan bertanya, "Apa nggak ada pilihan lain?"Sementara itu, Gita menoleh dengan ragu ke arah Dika. Dika tentu memahami makna tatapan itu. Namun, gadis dengan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 475

    "Kalau begitu, kita hanya bisa tunggu mereka bertindak dulu?" tanya Anggi.Luis membalas, "Apa pun reaksiku, mereka tetap nggak akan melepaskan kita. Jadi, kita harus melawan dan bertarung."Anggi mengangguk. Tidak disangka, setelah musuh terbesarnya sudah meninggal, hari-hari Anggi masih tidak begitu tenang.Ternyata memang seperti yang dikatakan Aska. Setelah Wulan tiada, mungkin masih ada musuh lainnya. Jadi, yang paling harus diwaspadai tetap saja Satya yang sulit disingkirkan."Suamiku, apa akhir-akhir ini ada pergerakan dari Satya?" tanya Anggi. Nama ini sudah lama tidak diungkit. Dia sampai merasa ini seperti urusan di kehidupan lampau.Satya sudah lumpuh. Memangnya dia masih bisa membalikkan keadaan? Begitu memikirkan ini, sebelum Luis sempat menjawab, Anggi segera melanjutkan, "Kalau yang ada di dalam kandungan Jelita itu benaran anaknya Satya, itu berarti dia masih punya kemungkinan untuk membalikkan keadaan."Luis mengelus kepala Anggi sembari menenangkan, "Gigi, kamu terlal

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 474

    Cuaca begitu panas selama tiga hari berturut-turut. Tepat pada hari pertama musim dingin, seluruh ibu kota seakan-akan berubah total. Saking dinginnya, orang-orang sampai langsung berpakaian tebal.Beberapa hari ini, Anggi terus membaca buku medis. Dia sesekali menyulam bersama Mina.Hari itu, dapur istana sudah menyiapkan jamuan daging kambing utuh. Setelah memeriksa memorandum, Luis membantu Anggi membaca beberapa buku medis. Namun, mereka tetap tidak menemukan penyakit yang mirip dengan kondisi Aska.Sebelum hari menjelang sore, Luis memerintahkan Torus untuk mengundang Aska dan Lukman makan malam di ruang depan.Torus pergi sebentar. Setelah kembali, dia melaporkan, "Lapor, Yang Mulia, Putri Mahkota. Tuan Aska sudah tidur. Katanya nggak akan datang.""Nggak akan datang?" tanya Anggi sambil mengernyit. Saat ini, langit belum gelap. Kenapa sudah tidur?Beberapa hari ini, Anggi sibuk dengan urusan Ajeng dan Gita. Sisa waktunya digunakan untuk membaca buku medis dan sesekali menyulam.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 473

    Jika bisa bertemu dengan pria yang tidak akan memiliki selir seumur hidup seperti Luis dan Dika, mungkin hati Mina juga akan luluh.Anggi tersenyum tipis. Dia juga sedikit tidak mengerti dan hanya berpesan pada Mina, "Kamu sampaikan pada Dika bahwa Gita bukan jodohnya. Sekalian minta dia tanyakan apa di antara pria yang datang hari ini ada yang bersedia menikahi kedua saudari itu.""Baik, hamba segera pergi," sahut Mina. Setelah membungkuk memberi hormat, dia segera menyusul Dika.Di tengah perjalanan, Mina langsung melihat Sura begitu keluar dari paviliun. Dia bertanya, "Dika pergi ke mana?"Sura balik bertanya, "Ada urusan apa mencarinya?"Mina melambaikan tangan sembari membalas, "Gita dan Ajeng mau menikah dengannya. Mungkin hal ini nggak akan terjadi.""Ternyata begitu," kata Sura.Mina mengangguk. Lantaran tiba-tiba teringat sesuatu, dia menengadah menatap Sura, lalu bertanya, "Ajeng jelas-jelas tertarik padamu. Kamu juga belum menikah. Kenapa nggak setuju?""A ... aku ...," sahu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 472

    Oh, iya. Ajeng Dan Gita pernah mengatakan mau menikah dengan pria yang sama. Namun, jelas-jelas tadi mereka memilih pria yang berbeda. Hanya saja, Sura menolak.Anggi menatap Gita, tetapi Gita menunduk sehingga ekspresinya tidak terlihat jelas. Anggi bertanya, "Apa kamu juga tetap mau begitu?"Sebelum Gita sempat memberi tanggapan, Ajeng buru-buru menjawab, "Jawab, Putri. Hamba dan Gita sudah membahas ini sebelumnya."Setelah Ajeng melontarkan perkataannya, Gita juga mengangguk.Sementara itu, Dika yang berdiri di samping tampak kebingungan. Dia menatap Gita sekilas, lalu melihat Anggi dan bertanya dengan bingung, "Putri Mahkota, apa maksudnya?"Anggi menjelaskan, "Mereka berdua masih punya satu permintaan, yaitu mau menikah dengan pria yang sama dan dijadikan setara dengan istri sah."Ini .... Dika menatap Gita lagi. Menurutnya, Gita adalah gadis yang anggun dan lembut. Gadis ini juga berdiri di sana dengan tenang dan santun. Benar-benar tipe gadis yang Dika suka. Ketika melihat Ajeng

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 471

    Gita menoleh ke arah Sura. Sekilas saja sudah bisa terlihat bahwa karakter Sura cukup baik. Namun, pria itu berdiri begitu jauh. Jelas sekali dia tidak berniat untuk mengikuti perjodohan ini.Sementara itu, Dika memang kelihatan dingin. Namun, begitu tahu hari ini Anggi mau menjadi mak comblang untuk Ajeng dan Gita, dia khusus mengganti pakaian yang rapi. Ini cukup membuktikan bahwa dia benar-benar ingin menikah dan menganggap penting perjodohan ini."Kita sudah sepakat untuk menikah dengan pria yang sama. Tapi, sekarang kamu sepertinya lebih menyukai Tuan Dika," kata Ajeng menggenggam tangan Gita. Dia bertanya, "Gimana ini?"Gita mengernyit sembari menjawab, "Tapi, menurutku Sura sepertinya nggak tertarik dengan perjodohan ini. Dia ....""Nggak masalah. Lagi pula, Putri Mahkota yang memutuskan. Kita lihat nanti," balas Ajeng. Dia diam sejenak sebelum meneruskan, "Kalau memang nggak bisa menikah dengan pria yang sama, mereka tetap orang dari Kediaman Putra Mahkota. Ke depannya, kita be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status