Share

Bab 5

Author: Lilia
"Memahami? Atas dasar apa?" Anggi melirik Wulan dengan sinis.

Wulan sama sekali tidak menyangkan Anggi akan menjawab seperti ini. Setelah tercengang beberapa saat, Wulan menambahkan dengan sedih, "Kakak masih marah padaku, ya? Apa yang harus aku lakukan biar Kakak bisa memaafkanku?"

Anggi tidak menjawab, melainkan cuma memandang Wulan dengan ekspresi datar.

Wulan menyeka air matanya. "Apa Kakak harus memaksaku hingga mati? Aku tahu, Ayah dan Ibu menyayangiku sejak kecil, begitu juga para kakak laki-laki lainnya."

"Walaupun semuanya agak mengabaikan Kakak, Kakak tetap anggota Keluarga Suharjo, bukan? Lagi pula, pernikahan Kakak dengan Pangeran Selatan juga bukan hal buruk. Bagaimanapun, dia adalah bagian dari kerajaan yang statusnya terhormat."

"Kalau Kakak marah karena aku dijodohkan dengan Kak Satya, aku ... aku boleh membatalkan perjodohan ini. Asalkan Kakak senang." Sambil berkata, tubuh lemah Wulan terhuyung.

Anggi mengernyit. Dia merasa ada yang tidak beres.

Tidak mungkin Wulan berlari kemari cuma untuk menyampaikan kata-kata ini.

Dia pasti merencanakan sesuatu di balik ini.

Sebelum Anggi memahaminya, Wulan berteriak sebentar sembari terjatuh ke tanah. Pada saat yang sama, Wulan juga menampar wajahnya sendiri dengan kuat.

Kulit Wulan sangat halus karena dirawat dengan sepenuh kasih oleh Keluarga Suharjo. Tamparan ini langsung membuat pipinya menjadi merah dan bengkak.

Anggi segera mengernyit.

Tidak mungkin Wulan bertindak seperti ini kalau bukan karena ada orang lain di sekitar ....

Berhubung dirinya tidak mati, alur cerita novel ini jadi melenceng. Oleh karena itu, Anggi juga tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang.

Pada saat ini, terdengar derapan kaki yang terburu-buru. Sesaat kemudian, Anggi didorong seseorang dengan kasar hingga hampir terjatuh. Sebuah sosok tegap yang tidak asing berdiri di depan Anggi, lalu membungkuk untuk memapah Wulan.

Setelah itu, pria itu menatap Anggi dengan galak. "Anggi! Sekalipun kesal, mana boleh kamu menyakiti Lanlan?"

"Karena masalahmu, Lanlan terus menyalahkan dirinya. Kemarin dia menangis terus-terusan. Padahal dia begitu mengkhawatirkan keadaanmu di Kediaman Pangeran Selatan, kenapa kamu malah menamparnya?"

Anggi menatap pria itu. Dia adalah kakak sulung mereka, Yohan Suharjo.

Saat mereka kecil, Anggi sangat akrab dengan Yohan. Hanya saja, entah sejak kapan, sikap Yohan terhadapnya menjadi semakin ketus, bahkan lama-kelamaan jadi terkesan membencinya.

Sebelumnya, Anggi merasa sangat heran. Setelah kematian sebelumnya, dia jadi tahu bahwa Wulanlah yang telah menghasut Yohan selama ini.

Menghadapi Yohan yang pernah dia hormati, Anggi merasa hampa. "Kalau Kak Yohan merasa aku menamparnya, ya sudah."

"Tapi Kak Yohan harus ingat. Sekalipun aku menamparnya, nggak ada yang boleh menyalahkan aku. Aku ini Putri Selatan." Usai berkata, Anggi melangkah ke hadapan Wulan dan Yohan.

Yohan mengernyit dan menatap Anggi dengan waspada.

Sementara itu, Wulan mendekap di pelukan Yohan dengan menunjukkan ekspresi lemah.

Anggi mengayunkan tangan, lalu menampar pipi Wulan dengan keras. Tamparan itu begitu keras, hingga kukunya menggores wajah Wulan yang lembut. Wulan sontak berteriak dan menutupi wajahnya.

Satu sisi wajah Wulan terasa begitu panas. Dia langsung meneteskan air mata dan menatap Anggi dengan kesal.

Saat ini, bahkan Yohan juga tercengang. Dia tidak menyangka Anggi akan langsung menampar Wulan.

"Kamu!"

Saat Yohan hendak membalas Anggi, sesosok bayangan segera menghalang di hadapan Anggi. Orang itu adalah pengawal pribadi yang terus melindungi Anggi secara tersembunyi, Dika.

Dika mendapat perintah dari Luis untuk mengantarkan Anggi kembali ke Kediaman Pangeran Selatan dengan selamat. Oleh karena itu, dia harus menghentikan siapa pun yang mau mencelakai Anggi.

Saat bertemu dengan Dika, Yohan lantas menatap Anggi dengan tidak percaya.

Setahunya, Luis adalah orang kejam yang sering menghukum mati bawahannya. Semua orang yakin, Anggi tidak akan hidup selama lebih dari dua hari setelah menikah ke Kediaman Pangeran Selatan.

Awalnya, Yohan merasa tidak tega pada Anggi yang harus menjadi pengantin pengganti ke sana. Dia terpaksa mengeraskan hati saat teringat dengan betapa lemahnya Wulan.

Namun dilihat dari situasi sekarang, ternyata perlakuan Luis terhadap Anggi termasuk lumayan. Luis bahkan mengutus pengawal rahasia untuk Anggi. Untuk sesaat, ekspresi Yohan tampak rumit.

Sementara itu, Anggi tidak lagi menghiraukan mereka. "Dika, ayo pergi."

"Dik ...." Yohan memanggil tanpa sadar saat melihat Anggi yang hendak pergi.

Entah kenapa, Yohan merasa sedikit sedih saat melihat kepergian Anggi. Dia seolah-olah sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

"Kak Yohan ...." Suara isak Wulan menarik kembali perhatian Yohan. Saat ini, dia baru menyadari luka di wajah Wulan. Wajah yang begitu lembut, kini menjadi bengkak dan merah.

"Kenapa parah sekali?" Yohan terkejut. Dia segera membawa Wulan untuk merawat lukanya.

Saat ini, Anggi telah keluar dari Kediaman Suharjo dan menaiki kereta kuda. Dia membuka tirai untuk melihat rumah yang mengisi kenangan selama 16 tahun ini untuk terakhir kalinya.

Pada akhirnya, dia menutup tirai dengan sorot mata dingin. Mulai sekarang, dirinya sudah tidak memiliki hubungan dengan Keluarga Suharjo lagi.

Kalaupun bertemu, mereka akan dia anggap sebagai orang asing.

Semua ikatan mereka, sudah sirna sejak jasadnya ditelantarkan di depan pintu dan menjadi mangsa anjing liar.

Kereta kuda yang dinaiki Anggi memasuki Kediaman Pangeran Selatan. Kemudian, para pelayan memindahkan kotak yang dibawa kereta kuda itu ke kamar Luis dan Anggi.

Anggi membuka kotak tersebut dan terdiam saat melihat isinya.

Beberapa dupa ini diracik Anggi untuk Ambar, Nyonya Tua di Kediaman Suharjo. Semasa mudanya, Ambar banyak menderita sehingga sering sakit kepala dan tidak bisa tidur di malam hari. Oleh karena itu, Anggi membaca banyak buku dan menemukan formula dupa penenang.

Anggi menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan tangannya banyak terluka sampai akhirnya berhasil membuat dupa penenang ini.

Sejak saat itu, Ambar bisa tidur dengan nyenyak, gejala sakit kepalanya juga membaik.

Obat-obatan lainnya juga dia sediakan untuk ayah dan kakak laki-laki lainnya. Mereka sangat membutuhkan obat-obatan seperti ini karena sering terluka.

Selain itu, juga ada obat-obatan untuk masuk angin, nyeri tulang, dan sebagainya ....

Kotak besar itu terisi penuh rasa cinta untuk semua anggota Keluarga Suharjo. Setiap usaha yang dia kerahkan, terlihat seperti lelucon sekarang.

Saat ini, Dika telah kembali ke sisi Luis dan melaporkan semua kejadian di Kediaman Suharjo.

Luis hanya tertawa sinis.

Keluarga Suharjo benar-benar pandai membuat rencana. Mereka tahu bahwa Satya sedang naik daun. Kelak, dia pasti bisa menjadi orang paling berpengaruh di bawah Kaisar. Oleh karena itu, mereka ingin menikahkan putri mereka dengannya.

Sayangnya, tujuan mereka tidak akan tercapai kali ini.

"Coba periksa, apakah Anggi pernah pergi ke Gurun Utara tiga tahun lalu?" Luis menunduk untuk membaca buku perang yang ada di tangannya. Suaranya tidak mengandung emosi dan terkesan cuek.

Dika segera mengangguk, lalu sosoknya berkelebat dan menghilang dari pandangan.

Di dalam ruangan itu, samar-samar tercium aroma dupa yang dibakar.

Kalau Anggi di sini, dia pasti langsung mengenali ini adalah aroma dupa penenang yang dia racik untuk mengobati sakit kepala Ambar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Mona MONA
Awal cerita yg menarik
goodnovel comment avatar
Dewi R Dance
mana lanjutannya kak
goodnovel comment avatar
Kristina
makin menarik ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 801

    Luis yang mengenakan jubah hitam duduk di dipan bersama Aska sambil memainkan catur. Ekspresinya tampak serius sekaligus santai.Setelah bidak hitam menang, Aska berkata, "Sudah tiga ronde, Kaisar selalu menang."Luis menjawab, "Aku memegang bidak hitam dan melangkah lebih dulu, itu hanya bisa dibilang mendapat sedikit keuntungan dari langit."Aska tersenyum tipis, "Kaisar terlalu merendah.""Bukan merendah. Aku datang tengah malam begini ... kamu pasti tahu apa tujuanku." Luis menatapnya, kali ini dia memilih bidak putih dan membiarkan Aska melangkah dulu.Aska langsung mengerti. Dia tak punya pilihan selain mengambil bidak hitam lebih dulu. "Hamba tentu saja tahu."Luis berkata, "Tapi yang tak bisa kupahami, kenapa dia bisa punya masalah dengan Nona Najwa?"Pandangannya mengarah pada tangan kiri Aska yang selalu dia sembunyikan, serta Bola Heksagram yang tergantung di pinggangnya.Bola Heksagram itu adalah pemberian Anggi. Luis tahu benar akan hal itu. Melihat Aska membawanya ke mana

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 800

    "Jangan ...."Najwa teringat jelas, tadi tubuh Risa penuh bekas, bahkan di lehernya ada bekas ciuman. Kalau Daud benar-benar menyalakan lilin, bukankah semua akan ketahuan?"Kalau begitu, apa yang kamu inginkan?""Sayang, kamu terlalu perkasa ... tadi aku cuma bercanda. Lebih baik kita segera beristirahat.""Terserah kamu saja, Sayang ...."Daud memang sudah sangat letih, sehingga dia kembali merebahkan diri. Aroma wanita di sisinya terasa agak berbeda dari yang dia rasakan saat mabuk sebelumnya, tetapi dia terlalu lelah untuk mencari tahu lebih jauh. Dalam sekejap, dia kembali terlelap.Najwa sendiri berbaring dengan gelisah dan sulit terlelap.Hasrat yang sempat menguasai dirinya perlahan memudar, berganti dengan kecemasan. Dia mulai memikirkan apakah malam ini Junaryo sudah berhasil membawa Nandaka keluar dari kota dan menyelundupkan anak itu pergi ....Jika dihitung-hitung waktunya, seharusnya sudah tiba saatnya. Dia mengambil saputangan yang sudah dibasahi obat bius, lalu menahann

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 799

    Meskipun Najwa sudah mengatakan bahwa Daud tidak akan bisa membedakan suara mereka setelah meminum obat, Risa tetap tidak berani bersuara.Suara gesekan kain terdengar samar-samar.Tak lama kemudian, tubuh Risa sudah ditindih oleh pria itu ........Sejam kemudian.Rintihan pun akhirnya berhenti.Najwa yang bersembunyi di balik tirai, jelas-jelas mendengar suara nikmat itu dengan begitu nyata.Sejak kecil tubuhnya sudah rusak oleh obat-obatan, sehingga membuatnya sangat sensitif. Mendengar desahan itu, tubuhnya pun melemah, lalu terjatuh duduk di lantai.Sampai keduanya berhenti dan Daud benar-benar terlelap.Barulah Risa yang hanya mengenakan pakaian dalam tipis, berjalan mendekat dengan pelan. "Nona ...," bisiknya lirih, "Sudah tidur."Dalam temaram cahaya, Risa melihat Najwa duduk lemah di lantai. Dia segera menunduk membantu mengangkatnya.Najwa menatap wanita di hadapannya. Kalau bukan karena Daud sudah menelan obat racikan, siapa tahu malam ini akan berakhir seperti apa. Hanya me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 798

    Mata Najwa berkaca-kaca menatap Daud dengan penuh kepolosan. Suaranya pun serak menahan tangis, "Jenderal Daud ... apa kamu hanya menikahiku karena merasa bertanggungjawab setelah menyelamatkanku, bukan karena menyukaiku?"Dari sorot mata hingga setiap perubahan kecil di wajahnya, semua seolah-olah sengaja dirancang untuk memikat hati orang. Daud yang menatapnya pun merasakan dadanya mengencang sesaat.Kemudian, dia pun menggeleng. "Nggak. Aku merasa, pertemuan kita adalah jodoh yang dianugerahkan langit.""Aku juga merasa demikian," ucap Najwa pelan. Dia kembali menuang arak, lalu mengundang Daud untuk minum bersama.Daud menatapnya sejenak, lalu mengangkat cawan dan meneguk bersamanya. Mereka berbincang sambil minum, seakan semua kekhawatiran Daud di hadapan Najwa hanyalah bayangan semu.Tatapan mata Najwa yang berkaca-kaca dan penuh kepolosan membuat belas kasih Daud mencapai puncaknya. "Menikahimu berarti aku ingin bersamamu seumur hidup. Aku nggak akan pernah menikahi selir.""Kam

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 797

    Najwa sendiri pun merasa ada yang janggal. Dia terpaksa bersuara, "Suamiku? Apa itu kamu?"Suara lembut perempuan itu yang penuh dengan harapan akan kebahagiaan, mengetuk pelan di hati Daud.Dulu, memang Daud yang menyelamatkan Najwa. Dia juga yang terlebih dulu menyatakan ingin menikahi Najwa. Namun ... mengapa Aska pernah berkata bahwa pernikahan ini mungkin bukanlah cinta yang benar-benar diinginkannya?"Ini aku," jawab Daud singkat.Pria itu duduk di sampingnya. Kedua tangannya terletak di atas lutut. "Najwa, aku sangat senang bisa menikahimu."Sangat senang? Kalau begitu, kenapa nada bicaranya terdengar semuram itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi?Najwa tidak tahu. Dia hanya bisa mencoba berbicara dengannya. Hanya dengan komunikasi, dia bisa memahami apa yang ada di hati lelaki ini dan dari sanalah jalan untuk menaklukkan hatinya."Sayang, aku juga sangat senang. Hanya saja, kudengar suaramu sepertinya ... nggak terlalu bahagia." Sikap lembut dan pengertian Najwa membuat Daud sek

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 796

    Risa menggigit bibirnya erat-erat.Beberapa waktu terakhir, Najwa memang pernah berkata akan mengangkatnya menjadi selir Jenderal Daud. Karena itu, diam-diam Dia merasa gembira.Namun, dia tidak menyangka Najwa akan memintanya untuk mewakili menjalankan malam pertama di hari pernikahan ini.Kalau Jenderal Daud sampai tahu .... Hanya membayangkannya saja sudah membuatnya ketakutan."Risa, perutku tiba-tiba sakit. Aku nggak boleh mengecewakan Jenderal di malam ini. Tolonglah aku, nanti kita berdua bukan lagi hubungan majikan dan pelayan, tapi kita akan jadi saudara yang saling menjaga. Kamu juga akan membantu memperbanyak keturunan Jenderal ...."Risa menelan ludah, lalu mengangguk dengan takut-takut. "Hamba ... hamba akan menurut apa yang diperintahkan Nona Najwa." Dia ragu sejenak, lalu menambahkan, "Hanya saja ... bagaimana mungkin hamba bisa menipu Jenderal tanpa ketahuan?"Jelita menariknya berdiri. "Tadi aku sudah merias wajahmu. Ayo, berdirilah dan lihatlah sendiri." Dia mendorong

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status