Share

Bab 5.

     Jam Kampus telah selesai.

     Rifky dan gengnya telah keluar dari kelasnya. Rangga sudah muncul di hadapan Rifky dan lainnya. Rifky tak mempedulikan itu, hanya saja anak buah gengnya saja yang mempertanyakan Rangga.

      beberapa saat menghilang, Rangga hanya menjawab ada urusan. Rangga berasalan seperti itu, karena tak ingin membuatnya malu. Jika ia cerita pasti teman-teman gengnya menertawainya secara Rangga bisa kalah dikerjai oleh Joey yang terkenal culun di kampusnya.

     Hendrik hanya diam, tapi ia punya rencana, setelah pulang, ia akan menetap di kampus bersama Rangga.

     Dan mencari keberadaan Joey. Masalah Joey tidak kelihatan semenjak pagi, "Apa, kamu yakin si culun itu tadi ada di kampus?" tanya Hendrik.

     "Aku sangat yakin," jawab Rangga serius.

     Anehnya Joey tak kelihatan setelah menyiksa Rangga tadi di toilet. Rifky dan teman-teman gengnya pulang duluan. Hendrik dan Rangga tidak ikut dengan alasan ingin bertemu seorang gadis.

     Hari telah sudah sore, dan jam sudah menunjukkan jam setengah 4. Kampus masih ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi mengikuti jam sore. Hendrik dan Rangga sudah berjalan, mencari, dan berkeliling di kampusnya. Joey masih tak ditemukan, mereka memilih untuk duduk di kantin yang sudah mulai sepi.

     Keadaan kantin yang sudah sepi tak ada yang berjualan, karena memang waktu mereka berjualan hanya sampai jam 3 sore. Hendrik yang mendadak ingin ke toilet untuk buang hajat.

     "Mau kutemani?" tanya Rangga.

     "Brengsek! Tidak perlu, nanti dikira kita homo," sahut Hendrik bercanda.

     "Aku cuma khawatir kalau si culun itu tiba-tiba ada di toilet," kata Rangga.

     Mengingat dirinya di serang tiba-tiba oleh Joey sebelumnya.

     "Tenang, mana mungkin, aku pasti bisa menghajarnya," jawab Hendrik sedikit angkuh, ya karena ia mantan pesilat.

     Rangga memutar bola matanya, Hendrik pun meninggalkan Rangga sendirian. Tinggalah Rangga sendirian di kantin seorang. Sambil menunggu Hendrik, ia memainkan ponselnya.

     "Halo..."

     Deg. Rangga diam membeku. Perlahan pandangannya beralih dari ponselnya ke sumber suara yang menyapanya. Ia yakin, suara itu tak asing di indra pendengarannya. Rangga terpaku seketika melihat Joey sudah duduk di depannya sambil tersenyum polos di hadapannya.

     "K-kau..."

     “JLEB!”

     “Argh! Bre...”

     Belum selesai berucap, tangan Rangga, Joey menusuk punggung tangan Rangga menggunakan garpu. Rangga yang akan berteriak, mulutnya langsung dibekap oleh Joey.

     "Sstttt..." sambil meletakan jari telunjuknya di mulutnya sendiri.

     "Jangan berisik, nanti ada yang lihat, aku sedang petak umpet," bisik Joey polos.

     "Lain kali jangan letakan tanganmu di meja. Karena itu sangat mudah untuk diserang." ucap Joey dengan wajah polos yang dibuat-buatnya seakan-akan ia memberi saran yang baik.

     Rangga hanya terdiam, benar-benar terkejut, ternyata Joey sungguh menakutkan. Joey melepaskan tangannya yang membekap mulut Rangga. Mata Rangga melihat kedua tangan Joey mengenakan sarung tangan.

     "Ahh... tadinya aku ingin sekali menggoreng jarimu. Tapi sayangnya persediaan minyak goreng di kantin ini telah dibawa pulang semua sama pemiliknya." ucap Joey sambil memijit pelipisnya, seakan-akan ia frustrasi.

     Joey bangkit dari duduknya, "Aku pulang dulu. Kamu hati-hati di jalan." Joey pun pergi meninggalkan Rangga begitu saja tanpa dosa sama sekali.

     Rangga hanya bisa meringis kesakitan, perlahan ia mencabut garpu yang masih tertancap di punggung tangannya.

     "Argh!" Rangga berteriak setelah melepasnya, ia menahan darahnya agar tidak keluar banyak.

      pun datang, "Kamu kenapa?" tanya Hendrik terkejut tak main melihat Rangga.

     "Kenapa kamu lama sekali!" Rangga membentak kesal.

     "Mengapa kamu membentakku, kamu kira buang air besar itu cepat?" jawab Hendrik yang juga kesal.

     "Ada apa dengan tanganmu?" tanya Hendrik.

     "Joey," sahut Rangga sambil menahan rasa sakitnya, "Dia yang melakukan ini," lanjutnya.

     Hendrik melihat tangan Rangga yang terluka, "Ayo kita ke klinik terdekat."

     Rangga menganggukkan kepalanya, dengan pikirannya campur aduk mereka pergi ke klinik. Sungguh hari ini, ia di buat kejutan oleh Joey. Sedangkan Hendrik, sambil menyetir mobilnya, pikiran entah ke mana.

     Mau percaya mau tidak percaya, tetap saja kelakuan Rangga membuatnya penasaran. Apa karena Rangga yang sudah kehilangan kewarasannya sehingga menyiksa dirinya sendiri. Sedangkan Hendrik sendiri tak melihat Joey semenjak terakhir ia membullynya.

     ---

     Joey tengah naik sebuah minibus, karena sudah waktunya ia pulang. Keadaan dalam bis cukup ramai, ia sendiri berdiri berdesakan. Lalu ia melihat sebuah tangan dari pria di depannya, seorang pria yang ternyata pencopet.

     Dia akan mengambil dompet dari dalam tas milik seorang gadis yang terlihat seperti anak SMA. Joey tersenyum menyeringai, lalu tangannya juga ikut bergerak. Saat tangan pencopet itu berhasil mengambil dompet milik gadis itu, dengan ahli dan cepat tangan Joey sudah lebih dulu mengambil dompet si pencopet.

     Joey telah sampai di kos-kosnya, ia juga telah selesai mandi. Kini ia tengah duduk di kasur sambil menghitung uang dari dompet si pencopet.

     "Hahaha... uangnya banyak juga."

     ---

     Disisi Lain, seorang pria tengah frustasi. Bagaimana tidak? Ternyata dompet yang terlihat bagus yang ia copet tak ada uangnya sama sekali. Hanya berisikan kertas-kertas contekan dan kartu pelajar.

      parahnya, dompet pribadinya sendiri pun malah hilang entah ke mana. Padahal dompetnya berisi semua uangnya yang telah ia kumpulkan selama ia menjadi pencopet.

     ---

     Keesokan Harinya.

     Jam Kuliah belum dimulai, Rifky dan gengnya berkumpul di parkiran. Saat melihat tangan Rangga yang diperban, tentu saja membuat mereka terkejut.

     "Tanganmu kenapa?" tanya Sandi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status