Share

Bab 4.

Author: Skyy
last update Huling Na-update: 2021-08-10 17:56:41

     “Hahaha... kayanya otongmu kalau dipotong lalu digoreng sepertinya enak. Tapi otong gorengnya yang makan sama kamu saja, kan ini otongmu sendiri. Pasti enak, kamu pasti jadi master chef." Rangga masih tak percaya, apa yang dikatakan oleh Joey. Sungguh gila.

     Joey melepas kedua tangannya, Rangga mengatur nafasnya. Mulutnya tak nyaman sekali, karena masih ada sisa butiran-butiran pasir di dalam rongga mulutnya. Joey menatap dingin ke arah Rangga, Rangga yang ditatap Joey sedikit gemetaran.

     Ia tak menyangka seorang Joey bisa menyiksa untuk membalas dendam. Joey terkekeh, "Hahaha... baru saja ditatap seperti itu sudah gemetaran." Rangga terdiam, ia tak berani menjawab.

     "Kejadian ini jangan sampai diketahui oleh siapa pun, termasuk teman-teman gengmu dan terutama Rifky. Kamu mengerti ?" kata Joey dengan santainya dan bertanya. Namun Rangga terdiam.

     Joey menghela nafasnya, "Kalau kamu diam, berarti kau mengejekku. Tapi terserah kalau kamu cerita, silahkan. Pasti tidak ada yang percaya dengan ceritamu."

     Joey tersenyum polos, "Tapi besoknya, aku akan mencarimu dan membuatmu menjadi gorengan."

      mengambil dompet yang ada di saku celana Rangga, ia mengambil semua isi, semua uangnya ia ambil.

     Rangga terbelalak, "Jangan ambil semuanya," ucapnya, meski agak tak nyaman karena masih ada sisa pasir di rongga mulutnya.

     "Berisik! BUK!” Joey menyuruhnya diam bersamaan menginjak mulut Rangga dengan Alas sepatunya.

     Rangga merasakan sakit tak main yang ia rasakan. Joey mengambil semua uang dari dompet Rangga. Lalu ia melempar dompet itu ke wajah pemiliknya.

     "Aku melakukan apa yang dulu kamu lakukan," ucap Joey.

     Karena di ingatan sang pemilik tubuh, dulu uang Joey selalu dirampas paksa. Dan Rangga 'lah yang melakukannya. Joey melepaskan ikat pinggang yang mengikat kedua tangan Rangga.

     "Ini milikku, kalau mau kedua tanganmu diikat lagi, pakailah ikat pinggangmu sendiri," Rangga hanya diam tak berdaya.

      apa yang ia alami saat ini, ditambah sosok Joey yang benar-benar sangat jauh dari biasanya. Setelah selesai, Joey melepaskan kedua sarung tangannya dan menyimpannya. Karena akan ia buang nanti di tempat yang aman. Karena ia tidak mau sembarang meninggalkan bekasnya.

     Joey pergi keluar dari toilet dengan wajahnya yang bisanya. Dan ia kembali memakai kacamatanya kembali. Dengan penampilan culunnya tidak akan ada yang mencurigai dirinya. Karena Joey sebelumnya memang sudah terkenal culun dan tak berani melawan, dan terkenal penakut.

     ---

     Kelas telah selesai.

     Rifky dan gengnya keluar dan pergi ke kantin. Mereka berempat sudah duduk di kursi, tapi mereka merasa ada yang kurang.

     "Oh iya, Rangga kemana?" tanya Richard, salah satu anggota gengnya Rifky.

     "Bukankah tadi dia ke toilet? Tapi kenapa lama sekali?" Hendrik yang juga bertanya.

     Rifky tak mempermasalahkan itu, yang terpenting ia tetap fokus sebagai ketua gengnya yang ditakuti.

     "Kamu kenapa?" tanya Hendrik kepada Rangga.

     Sebelumnya, Rifky dan gengnya sedang menikmati makanannya di kantin. Hendrik yang ingin membuang hajatnya, ia segera pergi ke toilet. Saat masuk, betapa terkejutnya melihat Rangga yang sudah berantakan dan basah duduk di lantai tak berdaya. Bahkan Hendrik melihat sisa pasir di pakaian Rangga.

     Hendrik membantu Rangga berdiri, dan memapahnya, "Aku diserang." jawab Rangga yang sudah berdiri setelah dibantu Hendrik, dan berdiri dengan punggungnya menyentuh dinding.

      Hendrik mengerut dahinya, "Diserang? Diserang siapa?"

     "Kamu pasti takkan percaya, siapa yang membuatku begini." jawab Rangga.

     "Jadi, siapa yang membuatmu begini?" tanya Hendrik tegas.

     "Joey," jawab Rangga serius.

     "Joey?" sahut Hendrik.

     Rangga menganggukkan kepalanya.

     "Anak culun itu?" Hendrik memastikan, ia masih tak percaya, tapi Rangga mengangguk kepalanya lagi.

     "Tidak mungkin," Hendrik mengelak.

     Padahal kemarin ia sudah memastikan kalau Joey sudah babak belur. Ditambah, Joey tak berani melawan saat dibully atau balas dendam. Rangga pun menceritakan semua yang ia alami beberapa saat tadi.

     Sungguh tak mudah dipercaya oleh Hendrik. Mendengar cerita Rangga, Hendrik semakin tak percaya. Bagaimana tidak? Joey yang terkenal culun bisa melakukan balas dendam.

     “Tidak, yang benar saja.” Itulah isi pikiran Hendrik setelah mendengar cerita Rangga.

     "Sudah kukatakan, kamu pasti takkan percaya." ucap Rangga.

       menatap Rangga dengan serius, tak ada kebohongan di dalam matanya.

     "Jika memang begitu, apa tidak kita balas saja dia?" Rangga terdiam, ia teringat ancaman Joey sebelumnya.

     Memang menakutkan ancamannya, tapi mana mungkin, "Tapi terserah kalau kamu cerita, silahkan. Pasti tidak ada yang percaya dengan ceritamu."

     "Tapi setelahnya, aku akan mencarimu dan kubuat kau menjadi gorengan." Itulah ancaman yang diberikan oleh Joey padanya.

     Rangga sedikit terkekeh mengingatnya, “Dijadikan gorengan? Yang benar saja, mana mungkin ada manusia yang berani menggoreng manusia. Kecuali kalau dia psychopath."

     "Ayo kita lakukan. Tapi, apa perlu kita ajak Rifky dan yang lainnya?" tanya Rangga.

     "Tidak perlu, cukup kita berdua, pasti bisa membuat si culun itu tidak bisa melawan," jawab Hendrik.

     "Baiklah." sahut Rangga tersenyum.

     Rangga percaya, kalau membereskan si culun itu dengan berdua saja, pasti bisa. Secara Hendrik mengusai silat bersabuk hitam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 116

    Ia benar-benar harus membasuh wajah nya dan membersihkan kedua matanya dengan air mengalir. Joey kembali menutup mulut Alan dengan lakban. Ia mengabaikan apa yang dialami oleh Alan. Lalu kini, tatapan Joey beralih ke arah Jerry. Jerry yang dari tadi diam melihat Joey menyiksa dengan sadis kepada dua orang barusan. Joey tersenyum pada nya, lalu ia berjalan mendekati Jerry. Kini Joey berjongkok di hadapannya Jerry sambil menatap nya dengan senyuman khas nya. Jerry sudah berwajah pucat dan ia membayangkan siksaan apa yang ia dapat dari laki-laki ini "Statusmu dengan ibuku masih bersuami istri ya?" ucap Joey sambil mengusap dagu nya seakan ia berfikir. Joey menatap Jerry dengan tatapan terkejut. "Berarti kamu ayah tiriku dong?" Ahh, sungguh rasa nya ingin menjitak kepala Joey. Jerry melotot ke arah nya. Bisa-bisa nya Joey bergurau disaat keadaan seperti ini. Joey menghela nafas nya. "Tapi sayang nya, aku tidak sudi memiliki ayah tiri. Ayahku cukup satu, yaitu ayah kandungku." "Sungg

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 115

    kecepatan untuk mengikuti tuan nya. Joey terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meski jarak sudah dekat, ia tidak ingin membuang-buang waktu nya. Ia mengabaikan rasa lelah agar ia bisa menemukan keberadaan istri lnya. Beberapa lama kemudian, ia telah sampai di lokasi. Dan benar saja, ia telah dibawa ke tempat yang tidak jauh dari pedesaan, banyak sekali pohon, tepat nya bekas pabrik kecil yang sudah lama ditutup. Joey melihat ada dua laki-laki berbadan besar berjaga di depan pintu di sebuah bangunan yang sangat kotor, tepat nya sebuah gudang. Joey segera turun dari mobil nya setelah ia mengambil peralatan nya. Tanpa bersembunyi-sembunyi, Joey berjalan ke arah dua laki-laki itu. Tentu saja kedua laki-laki itu menatap ke arah nya, mereka berdua tidak diam saja. Mereka tidak akan membiarkan orang asing masuk tanpa persetujuan tuan mereka. Joey berjalan mendekati dua laki-laki itu dan perlahan kedua pupil warna matanya menjadi coklat gelap.BKini mereka saling berd

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 114

    "Ada apa?" ucap Joey datar. Dari raut wajah keempat perempuan itu seakan panik. Terutama Salsa, ia yang terlihat sangat panik sekaligus ketakutan. Joey dan Tomy menduga ada yang tidak beres selama mereka pergi. "Kamu tenang dulu." ucap Angelica. "Kenapa?" sahut Joey datar. Angelica menghela nafas nya. Lalu ia berkata. "Anatasya hilang." Joey melangkah mendekat, dan menatap dingin ke arah Angelica. "Kamu bercanda?" "Kamu tenang dulu. Baru saja kak Roni, kak Dika, kak Ragil, kak David bahkan kak Shinta dan kak Selly juga mencari nya." ucap Angelica. Tomy yang berdiri, ia hanya diam, ia juga heran kenapa Angelica tidak memberitahu nya. Begitu juga dengan Nada dan Nadien yang juga ada di dalam ruangan itu. Angelica memejamkan kedua mata nya. Ia menggeleng-gelengkan kepala nya. Sebisa mungkin Joey untuk tetap tidak panik. Ka pun bersuara. "Jadi, kapan hilang nya?" Salsa yang tadinya duduk dan mendengarkan, perlahan ia berdiri dari duduk nya. Ia berjalan mendekati Joey. "Sebenarnya

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 113

    "Cih, sejak lahir aku juga tidak memiliki keluarga." batin Joey. Joey menghela nafas nya. Ya, karena di kehidupan sebelumnya, ia memang tidak memiliki keluarga. Ia tumbuh besar di panti asuhan, namun ia teringat dulu kalau diri nya ingin sekali memiliki keluarga. Dan sekarang pemilik tubuh nya masih memiliki sisa keluarga. Kini semua keadaan tidak begitu tegang seperti sebelumnya. Setelah berfikir, Joey menurunkan ego nya. Kini semua orang duduk di ruang tamu. Joey duduk di sofa dan berhadapan dengan Nada dan Nadien, hanya meja kaca yang membatasi mereka. Sedangkan Jerry, ia diikat lagi dan mulut nya ditutupi lakban oleh Tomy di lantai dekat ketiga orang itu. Dan Tomy yang menjaganya karena awalnya Jerry berontak, dan berteriak kepada Nada dan menyumpahi nya. Seakan ia tak ingin Nadien mendengar nya. Disitulah Joey dan Tomy sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Awal nya Nadien menolak, ia tak ingin Jerry diperlakukan seperti itu. Dan hanya Nada tidak membantah atas apa yang

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 112

    Jerry memandang benci ke arah Joey. "Apa maksudmu, kau telah berani memperlakukanku seperti ini!" "Aku hanya memberimu sedikit pelajaran padamu, agar tidak mencari masalah padaku. Apa kamu kira aku tidak tau kalau kamu telah menyuruh seseorang untuk mencuri data-data perusahaanku?" ucap Joey tersenyum. Jerry terdiam membeku mendengar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki yang berdiri di hadapan bisa mengetahui nya. Joey kembali bersuara. "Tapi sungguh menyedihkan sekali dirimu, orang yang kau suruh belum mendapat bayaran. Apa kamu sudah tidak punya uang?" Jerry melotot ke arah Joey, ia benar-benar malu dikatakan seperti itu. Apalagi ada Nada dan Nadien di dekat nya dan mereka mendengar nya. Sebenarnya perusahaan nya masih berdiri, namun ia lakukan itu karena keserakahan nya. Nada dan Nadien yang sedang merangkul Jerry di sisi kanan dan kiri nya. Menatap Jerry secara bersamaan setelah mendengar kata-kata Joey. Joey tersenyum menyeringai melihat nya. "Setelah apa yang tel

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 111

    Sementara itu, terlihat empat orang gadis berpakaian SMA, baru saja keluar dari kantor polisi. Mereka berempat baru saja melaporkan kejadian yang menimpa mereka. Setelah nya, mereka segera kembali masuk ke dalam mobil. Bela mengambil alih untuk mengemudikan mobil nya, awal nya Nadien dan kedua teman nya lagi menolak. Namun tetap saja Bela ingin mengemudikan mobil nya, ketiga teman nya pun pasrah akan kemauan nya Bela. "Kalau kamu gak sanggup, bilang aku. Biar aku yang mengemudikan mobilmu." ucap Nadien. Ia khawatir kepada Bela. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, namun pasti rasa nya tidak biasa, apalagi di bagian hidung nya. Pasti akan mengganggu konsentrasi nya saat mengemudikan mobil nya. "Kamu tenang saja, luka segini, tidak ada apa-apa. Aku masih bisa." jawab Bela sambil tersenyum. Bela terlihat tersenyum puas, karena ia tak sabar melihat laki-laki berkacamata yang sudah berani memukul nya akan ditangkap. Ditambah laki-laki berkacamata itu, juga memegang senjata pistol. Ia sud

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 110

    Joey tersenyum sinis mendengar kata-kata perempuan itu. Belum sempat membalas, tiba-tiba ada suara perempuan lain yang baru turun dari pintu belakang mobil sisi kanan. "Maaf kak, atas kecerobohan teman saya." Ucap perempuan itu dengan sopan. Perempuan itu tak hanya cantik, panjang rambut nya sebahu, dia baru saja turun dari mobil yang sama. Lalu dari sisi kiri mobil ada 2 temannya yang juga turun dari mobil nya. Joey beralih ke arah perempuan yang berlaku sopan barusan. Dia dan perempuan berambut sebahu itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan dirinya. Joey dan perempuan itu saling bertatapan. Dari sorot tatapan mata perempuan itu, Joey merasa ada kesamaan dengan diri nya. Karena tak ingin berlama-lama, Joey memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu. "Ayo Tomy, disini aku sama saja membuang-buang waktu." ajak Joey, lalu ia membalikkan tubuh nya dan melangkahkan kaki nya. "Baik Tuan Jo." balas Tomy yang juga berbalik dan mengik

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 109

    Baru saja Johnny meraih ponsel nya, si perempuan itu bersujud. "Ampun Tuan. Aku mengaku salah." Dita bersujud sambil menangis ketakutan. Joey menghela nafas nya, lalu membatalkan niatnya. Johnny hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya. Tak menyangka ancaman tuan nya sungguh ampuh. Dita pun mulai bercerita, yang dimana, suatu hari, ada seorang pria dewasa datang ke rumah. Menawarkan kerja sama dan memberi nya bayaran besar. Tentu saja dia mau, ditambah anak nya yang masih berusia 7 tahun tahun tengah sakit. Akhirnya nya dia terpaksa menerima tawaran orang itu. Dita yang merupakan Office Girl, ia menguping kalau data perusahaan tersimpan di ruangan David saat ia mengantar minuman. Malam nya ia melakukan aksi nya. Namun, hingga saat ini, ia belum mendapat bayaran nya dari orang itu. Dita juga menceritakan curi-curi orang itu. "Maaf tuan, jangan laporkan saya. Putri saya sakit, ia menderita leukimia. Saya ingin mendonorkan sumsum saya, namun saya tidak memiliki banyak biaya. Jadi, s

  • Pembalasan Dendam Sang Psikopat   Bab 108.

    "Jangan membunuh lagi." jawab Anatasya. Joey mengangguk-anggukan kepala nya. "Aku tidak membunuh nya, bukankah aku sudah cerita? Kalau tidak percaya, kamu bisa bertanya kepada Roni, dan Tomy." Joey hanya menyuruh anak buah nya untuk membunuh kedua anak buah Andre. Setidak nya ia hanya menyiksa Andre, itulah pemikiran Joey. Meskipun begitu, tetap saja ada pembunuhan. Anatasya hanya tersenyum dan percaya. Meskipun ia sudah tau kalau suami nya sangat pandai bersandiwara, tetapi ia mencoba percaya. Dan ia yakin, suatu saat Joey perlahan bisa menghilangkan sisi gila nya. Hanya membutuhkan proses dan waktu. — Beberapa hari kemudian. Joey yang baru saja pulang dari kuliah nya, kini tengah dalam perjalanan nya ke kantornya. Setelah sampai, ia segera berjalan cepat-cepat ke ruangan nya. Karena sebelum nya, saat jam istirahat kuliah nya, Roni memberitahu hal yang penting. Setelah masuk di dalam ruangan nya, ia melihat Johnny, Tomy, Dika, David, dan Ragil sedang duduk di sofa menunggu ny

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status