Share

Bab 4.

     “Hahaha... kayanya otongmu kalau dipotong lalu digoreng sepertinya enak. Tapi otong gorengnya yang makan sama kamu saja, kan ini otongmu sendiri. Pasti enak, kamu pasti jadi master chef." Rangga masih tak percaya, apa yang dikatakan oleh Joey. Sungguh gila.

     Joey melepas kedua tangannya, Rangga mengatur nafasnya. Mulutnya tak nyaman sekali, karena masih ada sisa butiran-butiran pasir di dalam rongga mulutnya. Joey menatap dingin ke arah Rangga, Rangga yang ditatap Joey sedikit gemetaran.

     Ia tak menyangka seorang Joey bisa menyiksa untuk membalas dendam. Joey terkekeh, "Hahaha... baru saja ditatap seperti itu sudah gemetaran." Rangga terdiam, ia tak berani menjawab.

     "Kejadian ini jangan sampai diketahui oleh siapa pun, termasuk teman-teman gengmu dan terutama Rifky. Kamu mengerti ?" kata Joey dengan santainya dan bertanya. Namun Rangga terdiam.

     Joey menghela nafasnya, "Kalau kamu diam, berarti kau mengejekku. Tapi terserah kalau kamu cerita, silahkan. Pasti tidak ada yang percaya dengan ceritamu."

     Joey tersenyum polos, "Tapi besoknya, aku akan mencarimu dan membuatmu menjadi gorengan."

      mengambil dompet yang ada di saku celana Rangga, ia mengambil semua isi, semua uangnya ia ambil.

     Rangga terbelalak, "Jangan ambil semuanya," ucapnya, meski agak tak nyaman karena masih ada sisa pasir di rongga mulutnya.

     "Berisik! BUK!” Joey menyuruhnya diam bersamaan menginjak mulut Rangga dengan Alas sepatunya.

     Rangga merasakan sakit tak main yang ia rasakan. Joey mengambil semua uang dari dompet Rangga. Lalu ia melempar dompet itu ke wajah pemiliknya.

     "Aku melakukan apa yang dulu kamu lakukan," ucap Joey.

     Karena di ingatan sang pemilik tubuh, dulu uang Joey selalu dirampas paksa. Dan Rangga 'lah yang melakukannya. Joey melepaskan ikat pinggang yang mengikat kedua tangan Rangga.

     "Ini milikku, kalau mau kedua tanganmu diikat lagi, pakailah ikat pinggangmu sendiri," Rangga hanya diam tak berdaya.

      apa yang ia alami saat ini, ditambah sosok Joey yang benar-benar sangat jauh dari biasanya. Setelah selesai, Joey melepaskan kedua sarung tangannya dan menyimpannya. Karena akan ia buang nanti di tempat yang aman. Karena ia tidak mau sembarang meninggalkan bekasnya.

     Joey pergi keluar dari toilet dengan wajahnya yang bisanya. Dan ia kembali memakai kacamatanya kembali. Dengan penampilan culunnya tidak akan ada yang mencurigai dirinya. Karena Joey sebelumnya memang sudah terkenal culun dan tak berani melawan, dan terkenal penakut.

     ---

     Kelas telah selesai.

     Rifky dan gengnya keluar dan pergi ke kantin. Mereka berempat sudah duduk di kursi, tapi mereka merasa ada yang kurang.

     "Oh iya, Rangga kemana?" tanya Richard, salah satu anggota gengnya Rifky.

     "Bukankah tadi dia ke toilet? Tapi kenapa lama sekali?" Hendrik yang juga bertanya.

     Rifky tak mempermasalahkan itu, yang terpenting ia tetap fokus sebagai ketua gengnya yang ditakuti.

     "Kamu kenapa?" tanya Hendrik kepada Rangga.

     Sebelumnya, Rifky dan gengnya sedang menikmati makanannya di kantin. Hendrik yang ingin membuang hajatnya, ia segera pergi ke toilet. Saat masuk, betapa terkejutnya melihat Rangga yang sudah berantakan dan basah duduk di lantai tak berdaya. Bahkan Hendrik melihat sisa pasir di pakaian Rangga.

     Hendrik membantu Rangga berdiri, dan memapahnya, "Aku diserang." jawab Rangga yang sudah berdiri setelah dibantu Hendrik, dan berdiri dengan punggungnya menyentuh dinding.

      Hendrik mengerut dahinya, "Diserang? Diserang siapa?"

     "Kamu pasti takkan percaya, siapa yang membuatku begini." jawab Rangga.

     "Jadi, siapa yang membuatmu begini?" tanya Hendrik tegas.

     "Joey," jawab Rangga serius.

     "Joey?" sahut Hendrik.

     Rangga menganggukkan kepalanya.

     "Anak culun itu?" Hendrik memastikan, ia masih tak percaya, tapi Rangga mengangguk kepalanya lagi.

     "Tidak mungkin," Hendrik mengelak.

     Padahal kemarin ia sudah memastikan kalau Joey sudah babak belur. Ditambah, Joey tak berani melawan saat dibully atau balas dendam. Rangga pun menceritakan semua yang ia alami beberapa saat tadi.

     Sungguh tak mudah dipercaya oleh Hendrik. Mendengar cerita Rangga, Hendrik semakin tak percaya. Bagaimana tidak? Joey yang terkenal culun bisa melakukan balas dendam.

     “Tidak, yang benar saja.” Itulah isi pikiran Hendrik setelah mendengar cerita Rangga.

     "Sudah kukatakan, kamu pasti takkan percaya." ucap Rangga.

       menatap Rangga dengan serius, tak ada kebohongan di dalam matanya.

     "Jika memang begitu, apa tidak kita balas saja dia?" Rangga terdiam, ia teringat ancaman Joey sebelumnya.

     Memang menakutkan ancamannya, tapi mana mungkin, "Tapi terserah kalau kamu cerita, silahkan. Pasti tidak ada yang percaya dengan ceritamu."

     "Tapi setelahnya, aku akan mencarimu dan kubuat kau menjadi gorengan." Itulah ancaman yang diberikan oleh Joey padanya.

     Rangga sedikit terkekeh mengingatnya, “Dijadikan gorengan? Yang benar saja, mana mungkin ada manusia yang berani menggoreng manusia. Kecuali kalau dia psychopath."

     "Ayo kita lakukan. Tapi, apa perlu kita ajak Rifky dan yang lainnya?" tanya Rangga.

     "Tidak perlu, cukup kita berdua, pasti bisa membuat si culun itu tidak bisa melawan," jawab Hendrik.

     "Baiklah." sahut Rangga tersenyum.

     Rangga percaya, kalau membereskan si culun itu dengan berdua saja, pasti bisa. Secara Hendrik mengusai silat bersabuk hitam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status