Share

5. Melawan Pelakor

Author: Intans Ranum
last update Last Updated: 2023-09-02 10:16:24

"LINAR! AKU BILANG AYO PULANG!" bentak Dean menarik tangan istrinya, memaksa.

Linar mengaitkan kakinya pada kaki meja mencoba menahan tarikannya. Dean menoleh mencari tahu apa yang membuat tubuh Linar tertahan. 

Linar mendongak dengan berani "Kamu membentak aku di depan jalang simpananmu, Mas? Jadi, kamu baru aja membuatku malu dan membuat dia tersenyum meremehkanku, begitu?" ucap Linar jengah.

Linar menyela balasannya dengan memberikan kode untuk berhenti tanpa kata dan menjulurkan kepalaku ke arah Dera.

"Selamat, Dera! Kamu udah sukses menabung banyak dosa, karena udah berzinah, dan menghancurkan rumah tangga orang. Aku berdoa kamu akan mendapatkan karmanya atau pada keluargamu juga bisa aja sih terjadi!" ucap Linar terkekeh di ujung kalimat dengan air mata yang berlinang di pelupuk mata.

"Kamu sudah selesai? Ayo kita pulang!" kali ini Dean terdengar begitu jengah dan emosional. Mungkin tersinggung mendengar istri sah mendoakan jalangnya, begitu pula dengan Linar yang tersakiti bak kembali tertusuk hingga ke ulu hati. 

Sakit!

Dengan kesakitannya, Linar mendapat kekuatan yang sempat lari entah ke mana. Linar menghentakkan tangannya sembari menahan laju mereka.

"Sakit!" Linar mengadu jujur, melihat genggaman yang berubah jadi cengkraman menyakiti tangannya terasa seperti akan dipatahkan.

Dean hanya meregangkan sedikit, tapi tetap menari tangannya menuju pintu keluar, dan Linar merasa belum puas, bahkan tambah kesal karena diabaikan.

Dengan kesal Linar mencakar tangan Dean menancapkan kuku semampunya bermaksud menyakiti dan berhasil membuatnya berhenti dan menoleh dengan wajah yang memerah penuh amarah. 

"Lepas!" desis Linar.

Dean melihat ke arah tangan Linar yang ditariknya telah memerah maka ia merenggangkan cengkeramannya, dan di situlah Linar menampar pipi kirinya yang tengah menunduk membuat jangkauannya lebih mudah. Linar sudah mengerahkan sisa tenaga Linar karena memakai tangan kiri yang lebih lemah dari tangan kanannya.

Dean terperanjat menatap lawan bicaranya bertanya, bola matanya menampilkan tatapan tak percaya, tentu saja. Selama mereka saling kenal hingga menikah. Tak pernah ada dari keduanya serangan fisik yang menyakiti.

"Lepas, brengsek!" desis Linar melotot.

Dean melepaskan dengan sorot mata kalah, seolah jadi pecundang di medan perang. Atau ia masih terkejut atas makian yang dilontarkan oleh istrinya. 

Linar bergerak mundur, mencoba menormalkan tarikan nafas yang sempat memburu. Secara halus Linar mundur mendekati Dera karena tak rela pergi tanpa gertakan atau pembalasan, bukan? 

Dari tempat Linar berdiri, ia menatap dalam mereka yang bereaksi hampir sama, membuang wajah ke samping dengan raut wajah jengah dan emosi tertahan.

Linar menyeringai sinis, dan Linar berbalik, hanya butuh tiga langkah dan Linar menampar dengan tangan kanan yang lebih kuat menampar. 

Plak!

Tarikan bibir Linar diangkat lebih tinggi. Mengejek dan menakuti semampunya sambil melotot. "Apa jalang?" 

"Sialan!" 

Dengan sigap Linar mundur dengan langkah yang besar, sudah menebak reaksinya mengingat cara bicaranya yang merendahkan dan ia bersyukur mengingat adegan penting dalam film bisa Linar praktekkan. 

Wajah Dera merah padam karena kesal harus menggampar angin dengan amarah yang meluap dan terkejut menjadikan dia lebih sembrono.

"Heh! harusnya lo sadar diri kenapa kau diselingkuhi oleh suami lo, kenapa dia lebih memilih mendatangiku daripada lo istrinya sendiri, dan semua orang juga tahu kalau gue lebih terpandang, cantik, jadi lebih pantas jadi istri Dean Sandhoro. Lo paham sekarang?!" jeritnya berisik.

Deg! 

Sesekali Linar melirik ke arah Dean yang terlihat sibuk dengan emosinya, ia bertolak pinggang dan sesekali menunduk dan melihat ke atas marah, sedangkan Dera masih emosional dan Linar tetap siaga dari ingatannya di beberapa film drama perselingkuhan rumah tangga, seorang pelakor yang sedang terpojok seperti ini akan berbalik melawan tanpa tahu malu.

Linar mengangguk sekali, ia mengangkat satu alis memandang Dera meragukan.

"Dean sudah nggak butuh kamu, jadi harusnya kamu sadar diri dan mundur sebelum di usir, paham!"

"Diam lah, Dera!" 

"Dean!" sentak Dera merajuk. 

"Aku bilang. DIAM!" 

Deg … Deg ... Deg! 

Degup jantung Linar berdetak cepat, ia terkesiap karena nada tinggi Dean bergema ke seluruh ruangan. Namun ia menolak dikendalikan.

"Apa lagi?" tanya Linar rendah, tapi sukses dapat perhatian mereka berdua.

"Apa lagi menurut kamu yang membuat suamiku tega menduakan aku, sampai dia mengkhianati ikrar yang di ucapkan padaku di hadapan Tuhan dan keluarganya sendiri, sampai dia mau menghinakan dirinya sendiri. Hah?"

"JELASIN SAMA AKU!! KENAPA? DAN APA YANG KALIAN TERTAWAKAN TENTANGKU, HAH, APA?!" tambah Linar menjerit.

"LINAR!" penggal Dean berteriak. 

Bibir Linar bergetar menahan isak tangis, bulir demi bulir air mata berlinang di pipi. Kedua tangan Linar yang panas karena habis menampar tambah panas, dengan deru napas yang memburu, terlebih bentakan Dean yang menggelegar membuat orang-orang terkejut, dan Linar menyadari telah begitu emosional.

Dean berdiri tepat di depan Linar menghalangi sosok Dera yang terkejut pasif di belakangnya, ia meremas bahu istri sahnya tanpa menyakiti.

"Maaf!"

Deg ... Deg .. deg ... 

Linar membuka mulutnya jengah, napasnya  masih memburu. Hingga terasa tak kuat lagi, ia mendongak menahan air mata yang menggumpal di lensa matanya hingga menghalangi penglihatannya dan tak sudi menunjukkan air matanya pada mereka.

Linar menggeleng kalah. Ini pertama kalinya Linar mendengar Dean meminta maaf menyesal dengan gestur tubuh kalah.

"Ayo!" Dean menarik tangan Linar pelan ke arah nakas TV mengambil barang miliknya dan Linar memandang wajahnya yang datar, namun masih memerah, lalu menoleh pada Dera yang menatap mereka nyalang.

Wajah dan bola matanya pun sama memerah, menahan kuat isak tangis dan teriakan yang  diyakini akan ia lepaskan setelah mereka keluar.

Dari pancaran matanya ada kemarahan dan api cemburu. Linar menyeringai kecil saat Dera fokus menatap tangan Linar yang ditarik tegas namun tak menyakiti, kami pun meninggalkannya, keluar dari kamar hotel sendirian.

Sesaat mereka keluar dari pintu hotel, Linar menarik tangannya di genggamannya setengah tenaga yang tak digubris oleh Dean.

Bibirnya tersenyum masam, amarah itu masih membara. Linar menghentakkan tangannya kasar namun, Dean masih tak bergeming, mengabaikan rajukan Linar sepenuhnya.

"Hah!" dengus Linar menghela kasar.

Dean menoleh di balik bahunya, Linar menatapnya lurus "Lepas!" 

Dean menatap lawan bicaranya kesal tahu arti tekad pada mata Linar.

"Sakit, Mas! Aku bukan anak kecil yang bisa kamu tarik-tarik begini!" 

"Ok! Tapi tolong kamu ikut aku tanpa perlu merajuk, jangan sampai kita jadi pusat perhatian orang di sini!" 

"Oh ya, tentu. Bakalan sangat memalukan kalau sampai banyak orang yang akhirnya tahu kalau kamu berani berselingkuh, merendahkan martabat kamu sendiri dan keluarga besar kamu, image kamu pasti langsung anjlok, 'kan? Kalau fakta ini sampai viral?!" 

Sontak mata Dean menggelap, "Apa maksud kamu?" 

"Bukan apa-apa, aku butuh waktu sendiri. Jadi tolong lepasin tangan aku!" seru Linar merendah, karena ada orang lain yang sedang melintasi kami.

"Mau ke mana, kamu?"

"Ke mana aja asal jauh dari kamu!"

Cengkraman Dean menguat, spontan Linar mengaduh sakit, karena ia menarik tangan Linar menjauhi lift. Dia membuka sebuah pintu tangga darurat dan menghempaskan Linar ke dinding disertai suara berdebum pintu yang ditutup tepat di samping telinga.

"Aku nggak suka cara kamu menatap aku dengan penuh penentangan kayak gini, ya! Kamu itu istri aku. Aku tahu aku salah, tapi kita bisa selesaikan baik-baik! Bukannya kamu langsung menentang semua omongan aku. Paham!"

Linar mengangguk kecil menanggapinya, dan tersenyum masam, lalu mendongak menatapnya. "Ada alasannya, 'kan? Dan aku yakin kalau kamu ada di posisi aku sekarang, pasti kamu bakal melakukan hal yang sama. Menunjukkan ketegaran hati yang di buat-buat, asalkan aku bisa melampiaskan kekesalan aku sekaligus dapat jawaban dari perlakuan kamu kenapa ... kamu-" Linar menahan isak tangisnya atau suara sumbangnya akan semakin terdengar pilu. 

Linar menunduk sembari menghela napas, "Kenapa kamu sampai hati menduakan aku, Mas? Di saat kamu yang meminta aku untuk jadi istri yang baik, dan kamu tuntut aku untuk menuruti semuanya, saat itu juga kamu nyakitin aku, sekian hebatnya! Kenapa, Mas? Jawab!" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   Promo , Terjerat Kontrak Cassanova

    Silahkan Mampir Cerita Lainnya, Peringatan Cerita 19+Genre Adult Romance, Kontrak dg CEO yg bergaya Cassanova. Alur dan permasalahannya lebih real dan relate kehidupan normal. BlurbJavas mengerang karena bergairah, semakin merengkuh tubuh Zehra pada tubuh tegapnya yang membuat pipi Zehra memerah karena ikut merasakannya, dengan mata berkilat Javas mengusap pipi Zehra. "Jadi dari mana aja kamu seharian ini?""Cuma di rumah, mengemas semua barang aku. Kamu ingat 'kan? Ini jadi hari terakhir-""Aku berubah pikiran, ayo kita bertunangan!" Zehra mendorong dada Javas pelan, "Maaf, aku nggak bisa karena kontrak kita udah selesai, benar 'kan?"Tentang dua manusia yang tak pernah bersilang jalan sebelumnya kini terus dipertemukan hingga memantik rasa penasaran Javas Wira Sastro yang sudah muak dengan hidupnya, mencoba bermain api hingga memanfaatkan Zehra Deris yang terhimpit masalah.Mereka setuju untuk terikat dan tanpa sadar saling terbakar. Namun terlalu banyak perbedaan, drama serta

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   137. Extra Part V (Akhir Sempurna)

    Empat Tahun Kemudian “Elkan sudah berusia enam tahun, sudah agak telat buat punya adik, tapi kenapa masih belum?” pupil mata Tante Ambar membesar, dengan reaksi dramanya ia melanjutkan. “Apa kalian cuma berencana punya satu anak atau ada masalah dengan rahim kamu lagi, Lin?”Pertanyaan terakhir adalah yang paling sensasional terbukti semua mata tertuju pada Linar yang tengah menuangkan air ke dalam gelas kosong. Ia menyadarinya tapi tak cukup ada alasan untuk menghentikan gerakannya. Ia memang langsung haus saat Tante Ambar kembali kumat.“Ambar! Jaga ucapan kamu!” peringat Om Soepomo.“Aku cuma tanya, kita ini ‘kan keluarga. Wajar dong kalau saling terbuka lagipula lebih baik bertanya langsung dari pada ngomongin di belakang ‘kan?”“Memangnya Tante Ambar masih ngomongin aku di belakang, ya?” tanya Linar berpura-pura ingin tahu.Tante Ambar mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengulas senyum sambil mengedikkan bahunya. “Kadang-kadang aja, kamu terlihat awet muda sih,”“Aku ‘

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   136. Extra Part IV

    "Dia pasti tahu itu, Roland pasti sudah cerita tentang itu ke dia." Linar bersedekap layaknya petugas biro interogasi, "Maryn tahu kamu sudah punya anak?" Dean menghela napasnya kasar. “Aku nggak tau, kami jarang ketika bertemu, ngobrol urusan pribadi seperti itu.” Linar memutuskan untuk tidak berhenti, ia mengikuti suaminya. "Lantas, mau apa dia menghubungi kamu selarut ini?" Dean memandang Linar lama, mencoba merangkai kata dengan penjelasan yang ia pilih. "Maryn memastikan aku hadir di pestanya Roland. Akan banyak yang datang dan mungkin akan menjadi acara semacam reuni." "Kamu memang pasti hadir 'kan? Secara dia sahabat kamu. Lagian acara pernikahannya masih dua minggu lagi, jadi kenapa dia harus memastikan kamu hadir sampai segitunya?" Dean terlihat frustrasi dengan enggan ia menambahkan. “Bukan acara pernikahannya tapi…semacam pesta lajang di tempat yang sudah di booking sama yang punya acara.” “Pesta lajang? Dimana?” “Di salah satu pulau Bali.” “Hah, pesta sendirian sek

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   135. Extra Part III

    Braaak! Dean memejamkan matanya, coba menahan keluhan lantaran pintu mobilnya yang baru saja dibanting oleh istrinya. Ia melirik pada Linar yang masih cemberut mengotak atik ponselnya.“Sebentar lagi jam sebelas, kita sekalian makan siang aja ya, jadi kamu pulang jam satu aja.” buka Dean sembari menjalani mobilnya keluar garasi.“Nggak bisa, ‘kan aku udah bilang aku nggak tega ninggalin Elkan terlalu lama.” balas Linar.“Makanya aku udah bilang tadi, bawa Elkan dan susternya sekalian.” bantah Dean santai namun dibalas delikkan oleh Linar.“Justru karena aku mikirin posisi kamu di kantor. Gimana kalau tantrumnya kambuh? Udah pasti mengganggu kesejahteraan kantor kamu.” ucap Linar sewot.Dean memejamkan matanya lelah. Tangannya mengusap wajahnya gusar. Dia mencoba mendekati Rere. “Aku minta maaf, ok. Berhenti ketus saat bicara sama aku, Lin.” Hening…Linar menyadari jika Dean sudah mulai tersinggung dan mengambil sikap tegas dan dinginnya.“Aku pikir kita udah baik-baik aja. Aku bena

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   134. Naik Turun Kepercayaan (Extra Part II)

    "Maaf, Buk. Pak Dean sedang tidak ada di tempat.""Oh ya, bukannya kurang dari setengah jam, baru tiba jam istirahat?""Betul, Buk. Tapi sejam dua jam yang lalu Pak Dean keluar kantor untuk menghadiri event peluncuran salah salah satu karya kami, dan Bapak bilang akan kembali ke kantor sekitar jam dua nanti." jawab sekretaris Dean. Linar mengangguk kecil, ada perasaan menyesal karena sudah semangat mempersiapkan bekal makan siang sejak jam sembilan pagi. "Tadi kamu bilang, event peluncuran produk? Apa itu artinya Buk Dera William dan Pak Roland juga ikut?" pancing Linar. ***Linar merengut kesal, perasaan was-was masih saja menganggunya selama masih ada Dera yang menjadi salah satu partner kerja suaminya artinya Dera masih berputar di dunia suaminya. Peluang mereka untuk bertemu, dekat dan kembali nyaman terlalu besar. Dan terbukti ada kecocokan tempat diantara mereka. Dean baru saja memberitahu lewat telpon jika ia tengah berada di restoran ternama dan memakai ruang makan tertut

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   133. Extra Part I

    "Iya, nanti di dalam kamarnya jangan terlalu lama, ya. Biar kamu bisa ikut foto bersama nah, setelah itu kita bahas acara ulang tahun Ista, nanti. Kamu tahu 'kan sebentar lagi giliran Ista, adik ipar kamu yang berulang tahun. Jadi kamu harus ikut diskusi, ya!""Ok, Tante. Yaudah aku ke kamar dulu, ya. Elkan udah merengek terus."Linar masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai dasar. la duduk di sisi ranjang dan mulai menurunkan gaunnya di bagian dada dan melepas kancing bra. Sejak melahirkan Elkan, Linar selalu memakai bra dengan kancing di bagian depan agar memudahkannya untuk menyusui.Linar segera menempatkan bibir Elkan di puncak dadanya. Elkan yang sudah lapar dan haus, segera menghisap dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian, mata bayi laki-laki sehat itu terpejam. Linar menatap Elkan dengan penuh kasih sayang. Tangannya bergerak pelan dan lembut untuk mengelus kepala anaknya yang berambut lebat seperti Dean. la tersenyum tipis. Perjalanan rumah tangga yang dulu terasa

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   132. Usaha Memantaskan Diri

    Dean menelengkan kepalanya. "Kenapa bisa nggak seger lagi?""Ya, karena aku udah mandi dari setengah jam yang lalu," ucap Linar cemberut."Ya, terus kenapa kamu nggak langsung samperin aku aja, hmm?" "Niatnya 'kan mau kasih kejutan, lagian kamu kelihatan serius banget kerjanya, jadi aku pilih skincare-an deh, sambil nungguin." Dean mendengus ketika kedua lengan Linar mengalungi lehernya. “Bukan karena kamu sibuk cari alasan supaya aku nggak marahin kamu, hm?” sindir Dean tajam. Meski begitu, kedua tangannya bergerak pasti memeluk pinggang Linar.Linar tersenyum geli, kakinya sedikit berjinjit agar bisa mengecup sebentar bibir Dean. "Jangan marah dong, 'kan akunya ga jadi seminggu disana.""Kesepakatannya kamu dan Elkan cuma tiga hari disana, ingat.""Tapi kamu tau sendiri, Mamah aku protes karena aku nggak ikut bantuin acaranya. Dan kamu udah izinkan aku, ingat?""Amat sangat terpaksa, karena mamah kamu yang minta." dengus Dean. “Tapi Mas, kamu suka nggak?” bisiknya tepat didepa

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   131. Solusi Setiap Masalah

    "Cium!" bisik Linar ragu, "Dia cium bibir aku, Mas."Jawaban Linar cukup membuat Dean lega, hanya saja egonya terlanjur luka. Ia kecewa manakala di saat mereka berpisah, ia masih meyakini Linar masih mencintainya, dan kepercayaan Linar adalah perempuan yang pandai menjaga dirinya. Sejujurnya ia pun banyak membiarkan Dera. "Tumben, kamu mau. Padahal hubungan kalian setengah tahu pun belum?""..." Linar tak mampu memandang wajah suaminya.Dean berbalik, "Aku kecewa, aku pikir kamu nggak akan semudah itu berpaling.""Mas..." Linar menahan lengan Dean, "Waktu itu kita udah bercerai, Mas.""Secepat itu kamu berpaling? Apa kamu memang tipikal nggak bisa kesepian? Jangan - jangan kalau aku tinggal dinas lama di luar kota, kamu cari pelukan pria lain.""Aku nggak kaya gitu, Mas. Bukannya banyak kesempatan yang aku buktikan ke kamu, ya? Aku yang selalu nungguin kamu di kamar yang dingin sendirian, Mas! Aku selalu setia sama kamu….” Linar menggigit lidahnya, dan membuang wajahnya ke samping.D

  • Pembalasan Elegan Sang Mantan Istri   130. Diam Salah Paham

    Dean mengetahui jika Linar sudah lama bersahabat dengan Tita tapi dengan Andaru, pria yang dikenalnya sebagai kekasih dari Tita, sejauh apa istrinya dekat dengan Andaru? Dan apakah Tita mengetahui kedekatan mereka berdua hingga dengan santainya Andaru membuat janji temu dan makan bersama, bahkan mengirim pesan selarut ini. Berbagai macam pertanyaan dan pikiran negatif bersemayam dibenaknya dengan cara yang menjengkelkan. Ia curiga, khawatir dan mungkin cemburu. Namun kali ini Dean ingin menguji istrinya.***Tok.. Tok.. "Masuk,"“Mas, ini udah jam makan siang lho, makan yuk!”Dean tersenyum kecil saat menemukan Linar yang melangkah menuju meja kerjanya. Ia memundurkan kursinya dan menyamankan posisi duduknya dengan kaki yang terbuka lebar.Linar berdiri di sampingnya, menyandar di pinggir meja setelah meletakkan tas di atasnya. Tangannya memainkan rambut Dean. “Lunch bareng aku yuk, ada resto recommended yang mau aku coba bareng kamu," Dean mengangguk setuju, menikmati tangan Linar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status