Share

4. "Apa Yang Bisa Kamu Jelasin?"

Mendengar hal itu, Dean berbalik dengan wajah terkejut, cih! Bukan hanya Dean, Dera pun ikut berbalik dan terkejut dengan cara serupa dan Dean lah yang langsung mendekat ke hadapan Linar.

Linar melengos dan duduk di sofa empuk berwarna putih. Menegakkan tubuh.

"Kenapa cuma berdiri? Silahkan duduk!" titah Linar berhasil menstabilkan suaranya.

"Apa yang bisa kamu jelasin, Mas?" tanya Linar bernada lemah dengan tangan bergetar yang ditutupi dengan tas tangannya.

Dera dengan mengenakan lingerie minim terbalut handuk kimono minim berjalan enggan, ia mengambil tempat tepat disebelah Dean yang terduduk tegang. 

Nafas Linar bergemuruh melihatnya. Dan Dera merasa benar mengambil posisi berdekatan dengan Dean. Dean yang  menyadari sedang diperhatikan oleh Linar segera bangkit untuk duduk di sofa yang sama yang digunakan Linar.

Namun itu tak berarti apapun bagi Linar, menahan sesak di dada. Linar menunduk kewalahan lantaran dada dan kepalanya semakin pening menyerang bersamaan.

"Linar?"

Linar mengangkat tangannya memberi kode pada Dean agar tidak menyentuhnya meski dalam kondisi lemah.

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" tanya Dean panik mengabaikan larangan Linar. Dean menyentuh bahu Linar agar menghadapnya merangkum wajahnya dengan telapak tangannyayang besar dan menahan wajah Linar agar tetap menatapnya.

"Hah, kamu sadar ngga, sih? Barusan kamu manggil aku 'sayang' di depan jalang kamu. Nggak takut dia merajuk dan nggak kasih kamu jatah malam ini, eh?" tanya istrinya mengejek dengan mata berkaca-kaca serta suara yang bergetar.

Dean membuka mulutnya dan langsung menutupnya lagi, dengan tatapan kaget dan kecewa, ia berkata lirih "Maafin aku, Lin." 

Deg!

Dean bahkan tak mengelak atau marah dan menjelaskan apapun yang mungkin saja kesalah pahaman.

Hah!

Linar menepis kasar kedua tangannya yang merangkum rahangnya, dan menoleh pada Dera yang menatap ia cemburu.

"Jadi, apa yang mau kamu jelasin, Mas?" 

"Dari mana kamu tahu aku di sini, hah?"

"Aku yang bertanya lebih dulu! Kenapa bisa kamu pulang ke hotel wanita ini, dengan dia yang memakai lingerie merah berbalut jubah minim dan kamu yang berpenampilan santai berduaan di kamar tertutup, di jam selarut ini. UNTUK APA? UNTUK BERTAMU, HAH?!"

Dean mundur dua langkah. Kembali ia menjenggut rambutnya frustasi.

"Seharusnya kamu nggak di sini, Lin! Harusnya kamu berada di rumah, bukan di sini!" erangnya kian frustasi.

Linar memandangnya kecewa dan lelah. 

Tentu saja. Ia frustasi akibat perbuatan bejatnya telah terbongkar.

"Maksud kamu? Menurut kamu harusnya aku tetap jadi istri yang bego! Yang mudah ditipu dan tetap jadi istri yang baik untuk melayani kamu di rumah, gitu? Dengan kamu yang curang! Bersenang-senang dengan perempuan lain di belakang aku, gitu Mas?!" tantang Linar geram. 

Dean menunduk kalah. Sedangkan Linar tersenyum masam, menahan sakit tatkala melihat suaminya, yang tak juga menyangkal

Kemudian aku menoleh pada Dera yang kedua tangannya bersedekap di atas perut dengan wajah yang dibuang ke samping.

Dalam kemarahannya Dera menatap Dean, menilai reaksi dan menuntut perlindungan dari Dean, namun hatinya kian kecewa mendapati Dean yang tak berkutik.

Linar mengadahkan kepalaku ke atas, menahan air mata yang hendak mengalir lalu bertanya lirih, "Kenapa harus berselingkuh, Mas? Apa yang kamu cari, apa alasannya?" 

"Lin!"

"Jelasin dong, Mas! biar aku paham, apa kurangku dan apa alasan kamu! Semuanya karena ada alasannya, 'kan?" 

"Ngga ada, Lin! aku cuma lagi bermain-main karena ... karena, Aku masih cinta sama kamu!" sentaknya frustasi. 

Linar beralih menatap lurus wanita itu, sengaja demi memantau apa pun reaksi wanita itu. Terlebih setelah apa yang Dean katakan barusan.

Dera menipiskan bibirnya kesal, mendengar pengakuan tanpa hati dari Dean, sejak awal ia tahu jalannya akan lebih sulit dari sebelumnya, ia mendongak membalas tatapan nyalang dari Linar.

"Sudah berapa lama kamu bermain-main sama jalang ini, dan curangin aku, Mas?"

"Sialan! Aku bukan wanita jalang! Kamu harus tahu satu hal, ya. Linar! Dean datang padaku karena kamu yang nggak bisa memuaskannya, karena Dean masih cinta sama aku!" bentak Dera melotot.

"Dera, diamlah!" sentak Dean balas melotot. 

"Jadi yang mana yang benar dari ucapan wanita itu, Mas. Yang pertama atau kedua-duanya?" tanya Linar parau.

"Lin, dengar! Ayo kita pulang dan selesaikan ini di rumah, lagi pula kamu kelihatan lemas dan pucat, ayo kita pergi!" bujuk Dean dengan suara lebih lembut.

Dean mengambil tangan istrinya dan bangkit berdiri menariknya penuh hati-hati.

"Jadi ketika kamu pulang larut itu karena kamu singgah ke sini lebih dulu, Mas? Bermain-main?" Lagi-lagi suaminya hanya diam, sambil menundukkan wajahnya, dia melemahkan pegangannya.

Suara Linar semakin sumbang dan aku tak mampu berbicara dengan baik. Ia menghapus air mata yang mengalir deras dengan tangannya yang bebas, dan memaksa menegakkan badan, berusaha tetap tegar. 

 Linar mendongak melihatnya "Kamu masih cinta sama aku ngga, sih Mas?"

Dean menunduk membalas tatapan Linar sesaat dan mengangguk lemah.

"Ya  terus kenapa kamu selingkuhin aku, Mas? 'Kan kamu tahu aku benci isu perselingkuhan! dan sulit memaafkan perbuatan 'khilaf' itu!" ucap Linar sembari tersenyum meringis. 

"Aku ngga ada maksud untuk nyakitin kamu kayak gini, Lin. Aku bersumpah!"

"Tapi aku benci dicurangin gini, Mas, dan kamu tahu itu!"

"Lin, ayo kita pergi dari sini! kita bicarakan semuanya di rumah, tolong berhenti keras kepala. kayak gini, Lin!"

"Dan melepaskan dia begitu aja?! cih! Mudah banget jadi dia, setelah apa yang udah dia lakukan sama kamu, sama aku, PADA PERNIKAHAN KITA, MAS!"

"OK! JADI MAU KAMU, APA, HAH?" tanya Dean tersulut emosi. 

"Mau aku? Aku mau kamu putuskan hubungan sama dia! Kamu tinggalin dia demi aku, sekarang juga! Sanggup?"

"Dean!" sentak Dera merajuk pada Dean.

"Sampai kapanpun kamu akan tetap jadi istriku, Linar!" tukas Dean tegas.

Dera berdecih kesal membuang wajahnya ke samping. kesal pada Dean yang mengabaikannya dan cukup jantan untuk menjawab kepastian.

 Linar mengangguk, masih tersenyum getir, "Jadi, jawabannya adalah?" 

Dean menghela napasnya gusar. "Ya, aku akan meninggalkannya, asalkan kamu mau memaafkan aku dan nggak mengungkitnya lagi."

"Kenapa harus ada permintaan lain. Seperti apa yang akan kamu lakukan sama aku, kalau aku melakukan hal yang sama. Selingkuh di belakang kamu yang aku yakini. Ini bukan pertama kalinya kamu di hotel berduaan, berzinah sama dia. Lantas apa kamu masih bisa meminta itu sama aku?"

"Lin, dengar! aku bisa jelaskan semuanya, tapi bukan di sini ayo!" penggalnya gusar meraih lenganku.

"Kenapa nggak di sini aja? Bukannya aku juga harus mendengarkan versi simpananmu itu juga. biar lebih adil!" seru Linar mengejek. 

"Linar," panggil Dean memelas

Linar menoleh pada Dera. "Nadera William, itu 'kan ya, nama asli kamu? jadi sudah berapa lama kamu berhubungan dengan suamiku?"

Linar bisa melihat dari ujung mata Dean yang melepaskan tangan keduanya, dan beralih menjenggut rambutnya sendiri. Frustasi dengan mata terpejam.

"Menurut lo, sudah berapa lama kami berhubungan?" ejek Dera yang sudah berbalik demi membalas Linar. 

"Dera!" desis Dean mengancam.

Linar mengerling sedih, tenggorokannya sedetik tercekat, tapi aku menolak terlihat lemah. 

"Mungkin belum genap setahun, jadi tepatnya sudah berapa lama?" tebak Linar enggan.

Dera menyunggingkan bibirnya sebelah menatapku mengejek. "Kami jadi lebih intim sejak lima bulan yang lalu, setelah lama dekat." 

"Dera! Hentikan, kamu diam aja!" sambar Dean.

"Apa? Dia sendiri yang menuntut bertanya, dan aku udah muak selalu jadi pihak yang mengalah dan bersikap seolah nggak terjadi apa-apa, aku capek terus bermain di belakang dia!" sentak Dera pada Dean.

"Ah, iya udah pasti. Selama lima bulan kalian harus memakai banyak topeng di depan banyak orang, pasti melelahkan dan sudah mendarah daging jadi munafik, ya?" ejek Linar melirik mereka berdua.

"Sial!" umpat Dera yang masih terdengar jelas.

"Ayo kita pulang Linar, sekarang!" tegas Dean yang segera ditepis kasar oleh Linar berbalik menyorot memusuhinya.

"Dan kenapa kamu mau aja dijadikan mainan tepat di belakang aku? selama lima bulan pula! udah terlanjur nyaman ya? Jadi pelakor dan perempuan murahan, hah! apa karena kamu sudah nggak laku lagi sampai mau dijadikan mainan sama suami orang, eh?" tanya Linar mengejek sembari menahan getir.

Linar balas pelototi Dera yang kian membara di matanya, tahu harga dirinya terusik dengan pertanyaan yang aku lontarkan barusan.

"LINAR! AKU BILANG AYO PULANG!" bentak Dean menarik tanganku memaksa.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ujung2nya si linar juga dicampakkan.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status