Share

Bab 2

Melihat hal itu, Intan merasa panik.

Dia segera menjauhkan Jessy dari Franz.

Masih teringat jelas sang suami yang menjambak rambutnya.

Di sisi lain, Jessy yang turun dari tubuh Franz menekuk wajah chubby-nya penuh kekecewaan.

"Jessy, Sayang. Papi masih sakit. Jangan marah, ya cantik!" ucap Intan berbicara dengan nada lembut.

Jessy menganggukan kepala. Tampaknya, anak itu mencoba paham meski terkejut.

Hal ini membuat Intan merasa lebih tenang.

Selesai berbicara, Intan langsung mengambilkan bekal untuk mereka. Namun tetap saja, di dalam mobil, Franz tetap dingin.

'Apakah amnesia dapat mengubah karakter seseorang?' batin Intan bingung.

Wajahnya memang milik suaminya. Namun, mengapa sikapnya sangat berbeda?

Intan berharap suaminya yang dulu kembali.

Sayangnya, meski satu minggu telah berlalu, Franz masih dingin dan kasar.

Hubungan keluarga kecil itu semakin renggang. Intan sudah berusaha keras untuk membuat suaminya ingat akan keluarga kecilnya.

Namun ketika ditanya, Franz malas menjawab,

"Alahhhh..., ngomong apa sih kamu! Bikin pusing saja!"

"Mas, sampai kapan kamu akan seperti ini? Cobalah mengingatnya demi Jessy," ucap Intan dengan penuh harap. Bola matanya berkata seraya berkaca-kaca. Sesungguhnya Ia sangat merindukan suaminya yang dulu. Tentu saja merindukan kasih sayang dan perhatian dari Franz.

Pria di hadapannya terdiam. Acuh. Seolah Intan hanya orang asing.

Melihat celah ini, Intan pun memberikan album kenangan ketika mereka pergi berwisata masa lalu.

Franz tampak membuka album itu.

Lembar demi lembar dia buka. Ada setitik harapan di mata Intan.

Belum selesai album dilihat, album foto itu sudah Franz lempar dihadapan Intan.

Bugh!

"Berani-beraninya kamu mengajari saya! Apa kamu sudah merasa pintar?" bentaknya, "jangan buang-buang waktuku!

Matanya melotot. Dia berbicara seraya Jarinya menunjuk-nunjuk Intan.

"Mas, aku hanya ingin membantumu, " belum selesai berbicara, sebuah tangan melayang di pipinya.

Plak!

"Berani kamu teriak-teriak padaku? Berhenti mengguruiku! Atau kamu akan mati!"

Franz mendadak menampar dan membentak Intan.

Wanita itu terdiam. Dia terkejut sang suami bisa sekasar itu.

Intan harap Franz menyesal. Namun setelah itu, dia justru pergi begitu saja, tanpa meminta maaf.

Intan sangat takut. Meski demikian, dia tak menyerah demi Jessica.

Hari demi hari, dia berusaha mengembalikan ingatan suaminya.

Bahkan, malam ini, Intan sampai tidak bisa tidur.

Ia berpikir kembali bagaimana cara agar Franz bisa kembali seperti dulu?

"Baklava?" Intan teringat makanan kesukaan sang suami.

Setiap Intan membuat makanan itu, suaminya selalu memuji. Ia sadar semenjak pulang belum pernah lagi memasak Baklava.

Baklava itu terbuat dari adonan tepung. Bentuknya kotak-kotak kecil dan berlapis-lapis. Teksturnya empuk, kriuk pada bagian luar serta creamy pada bagian dalam. Sehingga sekali gigitan, rasa manisnya langsung meluber ke mulut.

"Kalau di ingat, aku jadi lapar?" gumam Intan seraya memegang perutnya.

Sebenarnya Intan sangat sibuk, ia harus mengurus rumah, Jessy bahkan saat ini suaminya yang suka membantu harus sakit. Cara membuatnya mudah, hanya waktunya saja yang sedikit.

Intan melamun. Ia mengingat aktivitasnya sepanjang hari. Ia berusaha mencari celah.

"Hanya Baklava, apapun akan aku lakukan untukmu, mas Franz!"

Baklava sebenarnya sederhana, biasanya mas Franz lebih suka kacang-kacangan pistachios dan sirup manis yang khas. Kemudian sirupnya menggunakan gula, air, dan perasan lemon, sehingga kaya cita rasa. Selain itu juga sehat.

Mungkin saja dengan itu, kondisi Franz akan sedikit membaik. Intan sudah memikirkan semuanya. Ia akan bangun lebih awal esok hari.

Berbagai harapan positif berada di kepala Intan. Bahkan ia sempat membayangkan suaminya kembali seperti dulu. Hingga ia senyum-senyum sendiri membayangkannya.

***

"Pagi sayang, lihat aku bawa apa?" ucap Intan dengan sumringah.

Dia seolah melupakan kejadian kemarin begitu saja.

Sayangnya, Franz tidak merespon. Dia datar. Dia fokus mengetik di laptopnya.

Intan sudah biasa dengan hal itu selama beberapa hari ini. Jadi, ia menyiapkan makanannya di atas meja. Lalu Intan menyuruhnya segera makan karena makanan masih hangat.

"Sayang, cobain ya. Aku yakin kamu akan suka, aku jamin deh,"

Intan tersenyum saat Franz menggigit makanan itu. Ia tidak sabar pujian dari suaminya yang selalu di lontarkan padanya.

Tapi kemudian, Franz memutahkannya.

"Makanan macam apa itu? Tidak enak!" makinya.

Intan mengerutkan alisnya. Senyumnya memudar. Hatinya terasa perih kembali. Intan beranjak berdiri meraih piring di atas meja.

"Apakah benar makanan ini rasanya tidak enak?"

Intan yakin betul semua bahannya sama, bahkan dalam kondisi masih baru. Apalagi ia memilih kualitas bahan yang bagus. Setelah memikirkan hal itu, ia mencicipi masakannya.

"Rasanya masih sama," bathin Intan.

Ia mengulang kembali mencicipi rasa masakannya. Lalu Intan memberanikan diri menyahut.

"Mas, apa yang salah dengan masakanku? Sungguh, ini rasanya sama dengan yang biasa kamu makan?"

Franz diam. Intan tahu suaminya mendengarkannya.

"Ya! Tapi aku sudah bosan!" ucapnya dingin dan ketus.

Setelah mendengar penuturan suaminya. Intan sangat kesal. Sedikitpun dia tidak memujinya, namun malah sebaliknya, Franz memaki makanannya tidak enak.

"Seandainya saja dia tau, seberapa susah payahnya aku memasak makanan itu untuknya," ucap Intan di dalam hati.

Usahanya gagal lagi!

"Mau dibawa ke mana rumah tanggaku kalau seperti ini?"

Intan menahan engap di dadanya. Rasanya sangat muak. Berhari-hari ia sudah menahan sabar. Sampai kapan?

"Baiklah. Aku tidak akan memasak ini lagi!"

Intan tampak tegar. Tapi hatinya betul-betul rapuh saat ini. Di depannya, suaminya tidak sedikitpun berkata-kata lagi, akhirnya Intan pergi dengan air mata yang pada akhirnya jatuh di pipi.

Tapi, Franz tetap saja acuh tak acuh melihat istrinya yang menangis.

Bahkan, Pria itu justru langsung menelpon seseorang.

"Aku janji kepadamu. Aku akan pergi sekarang juga!" ucap suaminya lembut.

Intan sontak terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetar!

Bila diminta untuk mengantar belanja ke pasar, selalu saja Franz menolak.

Diajak mengantar Jessy ke sekolah, pun sama.

Alasannya, sudah ada supir.

Bahkan, Franz tidak pernah mengajak Intan dan Jessy jalan-jalan lagi.

Tapi, pria itu bisa berbicara lembut dan langsung menghampiri begitu ditelpon?

"Apakah jangan-jangan, itu yang menyebabkan mas Franz berubah kepadaku! Apakah ada orang ketiga?"

Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
lutfi08
cari tahu intan, aku yakin Franz punya wanita lain
goodnovel comment avatar
Megarita
ayo Intan, sekarang waktunya bongkar membongkar
goodnovel comment avatar
princeskinan49
ayo intan, bongkar semuanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status