Melihat hal itu, Intan merasa panik.
Dia segera menjauhkan Jessy dari Franz.Masih teringat jelas sang suami yang menjambak rambutnya.Di sisi lain, Jessy yang turun dari tubuh Franz menekuk wajah chubby-nya penuh kekecewaan."Jessy, Sayang. Papi masih sakit. Jangan marah, ya cantik!" ucap Intan berbicara dengan nada lembut.Jessy menganggukan kepala. Tampaknya, anak itu mencoba paham meski terkejut.Hal ini membuat Intan merasa lebih tenang.Selesai berbicara, Intan langsung mengambilkan bekal untuk mereka. Namun tetap saja, di dalam mobil, Franz tetap dingin.'Apakah amnesia dapat mengubah karakter seseorang?' batin Intan bingung.Wajahnya memang milik suaminya. Namun, mengapa sikapnya sangat berbeda?Intan berharap suaminya yang dulu kembali.Sayangnya, meski satu minggu telah berlalu, Franz masih dingin dan kasar.Hubungan keluarga kecil itu semakin renggang. Intan sudah berusaha keras untuk membuat suaminya ingat akan keluarga kecilnya.Namun ketika ditanya, Franz malas menjawab,"Alahhhh..., ngomong apa sih kamu! Bikin pusing saja!""Mas, sampai kapan kamu akan seperti ini? Cobalah mengingatnya demi Jessy," ucap Intan dengan penuh harap. Bola matanya berkata seraya berkaca-kaca. Sesungguhnya Ia sangat merindukan suaminya yang dulu. Tentu saja merindukan kasih sayang dan perhatian dari Franz.Pria di hadapannya terdiam. Acuh. Seolah Intan hanya orang asing.Melihat celah ini, Intan pun memberikan album kenangan ketika mereka pergi berwisata masa lalu.Franz tampak membuka album itu.Lembar demi lembar dia buka. Ada setitik harapan di mata Intan.Belum selesai album dilihat, album foto itu sudah Franz lempar dihadapan Intan. Bugh!"Berani-beraninya kamu mengajari saya! Apa kamu sudah merasa pintar?" bentaknya, "jangan buang-buang waktuku!Matanya melotot. Dia berbicara seraya Jarinya menunjuk-nunjuk Intan. "Mas, aku hanya ingin membantumu, " belum selesai berbicara, sebuah tangan melayang di pipinya.Plak!"Berani kamu teriak-teriak padaku? Berhenti mengguruiku! Atau kamu akan mati!"Franz mendadak menampar dan membentak Intan.Wanita itu terdiam. Dia terkejut sang suami bisa sekasar itu.Intan harap Franz menyesal. Namun setelah itu, dia justru pergi begitu saja, tanpa meminta maaf.Intan sangat takut. Meski demikian, dia tak menyerah demi Jessica.Hari demi hari, dia berusaha mengembalikan ingatan suaminya.Bahkan, malam ini, Intan sampai tidak bisa tidur.Ia berpikir kembali bagaimana cara agar Franz bisa kembali seperti dulu?"Baklava?" Intan teringat makanan kesukaan sang suami.Setiap Intan membuat makanan itu, suaminya selalu memuji. Ia sadar semenjak pulang belum pernah lagi memasak Baklava.Baklava itu terbuat dari adonan tepung. Bentuknya kotak-kotak kecil dan berlapis-lapis. Teksturnya empuk, kriuk pada bagian luar serta creamy pada bagian dalam. Sehingga sekali gigitan, rasa manisnya langsung meluber ke mulut."Kalau di ingat, aku jadi lapar?" gumam Intan seraya memegang perutnya.Sebenarnya Intan sangat sibuk, ia harus mengurus rumah, Jessy bahkan saat ini suaminya yang suka membantu harus sakit. Cara membuatnya mudah, hanya waktunya saja yang sedikit.Intan melamun. Ia mengingat aktivitasnya sepanjang hari. Ia berusaha mencari celah."Hanya Baklava, apapun akan aku lakukan untukmu, mas Franz!"Baklava sebenarnya sederhana, biasanya mas Franz lebih suka kacang-kacangan pistachios dan sirup manis yang khas. Kemudian sirupnya menggunakan gula, air, dan perasan lemon, sehingga kaya cita rasa. Selain itu juga sehat.Mungkin saja dengan itu, kondisi Franz akan sedikit membaik. Intan sudah memikirkan semuanya. Ia akan bangun lebih awal esok hari.Berbagai harapan positif berada di kepala Intan. Bahkan ia sempat membayangkan suaminya kembali seperti dulu. Hingga ia senyum-senyum sendiri membayangkannya.***"Pagi sayang, lihat aku bawa apa?" ucap Intan dengan sumringah.Dia seolah melupakan kejadian kemarin begitu saja.Sayangnya, Franz tidak merespon. Dia datar. Dia fokus mengetik di laptopnya.Intan sudah biasa dengan hal itu selama beberapa hari ini. Jadi, ia menyiapkan makanannya di atas meja. Lalu Intan menyuruhnya segera makan karena makanan masih hangat."Sayang, cobain ya. Aku yakin kamu akan suka, aku jamin deh,"Intan tersenyum saat Franz menggigit makanan itu. Ia tidak sabar pujian dari suaminya yang selalu di lontarkan padanya.Tapi kemudian, Franz memutahkannya."Makanan macam apa itu? Tidak enak!" makinya.Intan mengerutkan alisnya. Senyumnya memudar. Hatinya terasa perih kembali. Intan beranjak berdiri meraih piring di atas meja."Apakah benar makanan ini rasanya tidak enak?"Intan yakin betul semua bahannya sama, bahkan dalam kondisi masih baru. Apalagi ia memilih kualitas bahan yang bagus. Setelah memikirkan hal itu, ia mencicipi masakannya."Rasanya masih sama," bathin Intan.Ia mengulang kembali mencicipi rasa masakannya. Lalu Intan memberanikan diri menyahut."Mas, apa yang salah dengan masakanku? Sungguh, ini rasanya sama dengan yang biasa kamu makan?"Franz diam. Intan tahu suaminya mendengarkannya."Ya! Tapi aku sudah bosan!" ucapnya dingin dan ketus.Setelah mendengar penuturan suaminya. Intan sangat kesal. Sedikitpun dia tidak memujinya, namun malah sebaliknya, Franz memaki makanannya tidak enak."Seandainya saja dia tau, seberapa susah payahnya aku memasak makanan itu untuknya," ucap Intan di dalam hati.Usahanya gagal lagi!"Mau dibawa ke mana rumah tanggaku kalau seperti ini?"Intan menahan engap di dadanya. Rasanya sangat muak. Berhari-hari ia sudah menahan sabar. Sampai kapan?"Baiklah. Aku tidak akan memasak ini lagi!"Intan tampak tegar. Tapi hatinya betul-betul rapuh saat ini. Di depannya, suaminya tidak sedikitpun berkata-kata lagi, akhirnya Intan pergi dengan air mata yang pada akhirnya jatuh di pipi.Tapi, Franz tetap saja acuh tak acuh melihat istrinya yang menangis.Bahkan, Pria itu justru langsung menelpon seseorang."Aku janji kepadamu. Aku akan pergi sekarang juga!" ucap suaminya lembut.Intan sontak terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetar!Bila diminta untuk mengantar belanja ke pasar, selalu saja Franz menolak.Diajak mengantar Jessy ke sekolah, pun sama.Alasannya, sudah ada supir.Bahkan, Franz tidak pernah mengajak Intan dan Jessy jalan-jalan lagi.Tapi, pria itu bisa berbicara lembut dan langsung menghampiri begitu ditelpon?"Apakah jangan-jangan, itu yang menyebabkan mas Franz berubah kepadaku! Apakah ada orang ketiga?"Setelah mengangkat telephone, Franz menyimpan ponselnya di saku kemejanya. Dia melipat laptopnya, lalu memanggil Intan. "Intannn...," teriak Franz seraya merapikan kemejanya. Deg! Aroma parfumnya berbeda, tercium lebih wangi. Istri mana yang tidak curiga? Apalagi cara berpakaian juga sudah berubah dari sebelumnya. Semuanya berbeda! Menahan gemetar, ia melangkahkan kaki dan ingin berterus terang kepada suaminya. "Mas, kamu mau kemana? Bukannya hari ini hari libur?""Hari libur itu untuk orang malas!" jawabnya dengan ketus, "Lama-lama kamu tambah bawel aja ya! Apa harus aku jelaskan sangat rinci? Sudah lihat pakaian rapi kaya gini harusnya kamu sudah tahu! Masih nanya juga! Aku ngga banyak waktu Intan! Sebaiknya kamu buka pintu gerbang. Aku mau berangkat meeting, aku sudah telat! Jangan buat moodku buruk!"Intan terdiam dan mengangguk.Diturutinya perintah pria itu. Namun setelah mobil Franz sudah keluar, Intan segera menuju pangkalan ojek yang terlihat dari rumah. Lalu, Ia mengikut
Sekarang Intan harus mencari alasan! Ia memutar otaknya, padahal kepalanya sedang sakit.Franz berjalan di depan Intan dengan kaki yang lebar dan cepat. Seolah sedang berada dalam situasi darurat. "Seandainya mas Franz masih seperti yang dulu, aku pasti akan di gandeng tangannya. Aku yang akan marah dan ngambek jika ia seperti ini padaku, setan mana yang menempeli suamiku, Tuhan?" pinta Intan dalam hati.Dia benar-benar tidak sanggup mengikuti langkah Franz saat ini. Bahkan dia berjalan tanpa menengok sedikitpun. Intan bukan seperti seorang istri, malahan ia seperti seorang asistannya."Mas Franz," ucap Intan lirih.Bugh! Stress membuat Intan pingsan. Ia memikul beban banyak di kepalanya. Wajahnya tampak pucat pasi. Ia memang sudah makan, namun ia terlalu lama mengisi perutnya hingga pingsan. Franz yang mendengar suara di belakang terjatuh membalikan badannya. Orang-orang merasa simpatik padanya. Mereka turut berkerumun.Raut wajah Franz yang acuh begitu nampak. Bahkan dia kece
Bapak-bapak, ibu-ibu, kalian bisa melihat foto ini. Apa kalian masih tidak percaya juga?" ucap Sarah seraya menangis tersedu-sedu."Hssss, hssss," Sarah memang sangat keterlaluan. Ia rela bertindak sejauh itu. Bahkan, sejak lama ia bertindak selicik itu.Di sana Franz, tampak terdiam. Alisnya mengkerut seolah sedang berfikir. Bahkan dia mungkin ikut percaya dengan apa yang dikatakan oleh mamahnya. Oleh sebab itu, dia menjadi sangat kesal kepada Intan. Sikapnya Franz terasa terlalu baik selama ini, harusnya dia bersikap lebih buruk lagi kepada Intan. Dia juga menjadi jijik kepadanya. Sekarang. Seolah raut wajah Franz bertanya-tanya. "Mengapa mamah tidak memberi tahu aku?" ucap Franz menghela nafas panjang. Dia merasa gusar.Franz memang tidak melihat fotonya secara langsung. Tapi dia bisa menilai dari raut wajah orang-orang yang telah melihatnya. Di fikirannya merasa harga dirinya diinjak-injak. "Brengsek wanita itu telah menipuku! Kau seakan manusia suci di depanku, tapi ternyata
JEDERRRR Bagaikan tersambar petir saat itu tubuh Intan, bahkan hancur berkeping-keping."Apa?" "Ma-du!" Intan berbicara, namun suaranya sangat lirih, bahkan terbata-bata. Ia tidak pernah menyangka hal ini benar terjadi."Mas, aku tidak akan sudi di madu, apalagi oleh wanita seperti dia! Mana ada wanita baik yang merebut suami orang!" teriak Intan. Keringat bercucuran di keningnya. Ia lalu mengusapnya dengan kasar."Plakk...! Plakk...!" Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan dan kiri Intan. Franz yang sedang duduk hanya diam melihat Intan ditampar.Sarah Ajwaja sangat murka. Ia adalah mertua Intan. Ia menampar menantunya dengan sangat keras, hingga Intan terjatuh di lantai, wajahnya memar bahkan terlihat darah segar di ujung bibirnya. "Arg...Mamah, aku sedang hamil!" tekan Intan panik. Ia mengusap perutnya yang sudah besar beberapa kali, beruntung, ia masih kuat, lalu ia susah payah beranjak bangkit dari lantai."Jaga mulutmu wanita kampung! Berani-beraninya kamu menghina calon ist
"Papi, Oma dan tante. Jangan mendekati Jessy . Atau Jessy akan tembak?" Gadis kecil itu langsung berjalan di depan Intan, ia berbicara dengan nada yang tinggi. Seolah ia sedang menjadi peran di aksi kejahatan. Bahkan pendiriannya kuat, "Jessy tidak akan memberi pistol ini?" kekehnya.Suaranya imut, namun membuat merinding. Karena itu, mereka semua mengikuti perintahnya.Karena ketakutannya, Sarah, Franz, dan Clara melotot, tubuh mereka mengumpat di balik bantal sofa. Ketiganya merasa terancam. "Jessica, hati-hati sayang itu berbahaya!" teriak Intan dengan cemas. Selama ini, Jessy jarang di perhatikan. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu kalau Jessy ternyata mempelajari cara melawan orang jahat di internet. Gadis itu tumbuh genius karena kecanggihan teknologi yang modern apalagi positif. Lihat sekarang! Bahkan orang dewasa saja kalah.Ia menyaksikan perbuatan keluarga papinya yang kejam kepada maminya. Barusan, Intan sudah berusaha merebutnya, tapi kondisinya yang tidak mendukung
"Aku tidak akan memberi ampun keoada kalian!" batin Intan."Angela. Aku memiliki hadiah istimewa untuk mereka yang berhati iblis! Itu sangat spesial! Kamu orang paling tahu siapa aku bukan? Aku adalah mantan istrinya Franz Anggara, sekaligus rekan bisnisnya, dan aku ingin membuat pesta ini semakin meriah," Intan tersenyum miring, lalu ia menatap sahabat kecilnya. "Haha rekan bisnis apanya? Kamu jangan merendah nona muda Ardidiningrat. Kamu dan Franz itu berbeda jauh, bagaikan langit dan bumi? Franz itu narsis. Sementara kamu, selalu saja menghindari media, itulah sebabnya Franz lebih terkenal. "Kalau bukan karena pelakor itu yang matre, Franz tidak akan mungkin melakukan pesta dengan biaya fantastik! Lihat saja nanti, aku akan buat wanita pelakor itu sesak nafas!" "Jangan beri ampun!Cucu Ardidiningrat sengaja disembunyikan dari media, tapi prestasinya terus saja berjalan! Hingga perusahaan itu bercabang bahkan di berbagai kota dan negara. Malam ini ia keluar dari persembunyiann
Angela berbisik kepada Intan seraya berjalan seolah bak model di atas karpet merah hati yang sudah tertata dengan bunga-bunga berwarna merah di lengkapi hijau daun.Menurut kepercayaan mereka kebanyakan, seolah itu simbol untuk kedua mempelai. saling melengkapi. Sangat mencintai dan selalu abadi.Bunga keabadian"Uwok,"Intan rasanya mulas mendengar Sarah pamer akan keadaan pesta mereka.Beberapa lampu kristal yang memancar membuat panggung terlihat lebih memukai dan hidup. Siapa saja yang melihat memuji kebesaran Tuhan. Accesories dan decorate benar-benar menarik mata Ini benar-benar terlihat nyaman dan elegant, bahkan lebih berkelas!"Inilah Dekorasi kelas dunia!""Ini bahkan hanya dihadiri orang-orang dengan martabat tinggi!" desis Sarah di depan wartawan."Desain Thomas John?"Sebelumnya, gaun mereka adalah yang terbaik di antara yang lainnya. Clara dengan yakin mengatakannya. "Desain kelas tengah dunia aku fikir tidak ada yang menandinginya malam nanti? bahkan biayanya satuharga
Pernyataan Franz membuat heboh tamu undangan yang berada di aula hotel itu. Sebelumnya, mereka sengaja pamer mengundang media dan berbagai orang dengan status tingkat atas. Namun kenyataanya, dengan adanya kejadian ini, mereka merasa menyesal.Ada apa ini?Bagaimana mungkin Franz menyebut janji sucinya kepada Dewi Ardidiningrat? Apakah Franz Argana merasa nervous? Atau dia kurang tidur hingga kurang fokus? Jika semua tidak? Mereka menjawab dengan menyimpulkan Franz Argana telah "jatuh cinta" kepada Dewi Ardidiningrat!"Hah?""Jatuh Cinta...?""Aku tidak terima! Ini tidak boleh terjadi! Aku akan melakukan segala cara. Dasar lelaki brengsek! Mau ditaro di mana wajahku?"Clara berdiri dengan gusar. Ia menundukan wajahnya seolah mendadak alergi dengan media yang turut ikut memenuhi aula di hotel bintang tujuh.Di sisi lain, justru sebagian orang menilai Franz dan Dewi memanglah cocok. Mereka cantik dan tampan bukan?Namun justru Intan yang terlibat menjadi topik tranding acuh dengan sit