Share

Bab 2

Author: Widi.P
last update Last Updated: 2024-01-09 13:07:21

Melihat hal itu, Intan merasa panik.

Dia segera menjauhkan Jessy dari Franz.

Masih teringat jelas sang suami yang menjambak rambutnya.

Di sisi lain, Jessy yang turun dari tubuh Franz menekuk wajah chubby-nya penuh kekecewaan.

"Jessy, Sayang. Papi masih sakit. Jangan marah, ya cantik!" ucap Intan berbicara dengan nada lembut.

Jessy menganggukan kepala. Tampaknya, anak itu mencoba paham meski terkejut.

Hal ini membuat Intan merasa lebih tenang.

Selesai berbicara, Intan langsung mengambilkan bekal untuk mereka. Namun tetap saja, di dalam mobil, Franz tetap dingin.

'Apakah amnesia dapat mengubah karakter seseorang?' batin Intan bingung.

Wajahnya memang milik suaminya. Namun, mengapa sikapnya sangat berbeda?

Intan berharap suaminya yang dulu kembali.

Sayangnya, meski satu minggu telah berlalu, Franz masih dingin dan kasar.

Hubungan keluarga kecil itu semakin renggang. Intan sudah berusaha keras untuk membuat suaminya ingat akan keluarga kecilnya.

Namun ketika ditanya, Franz malas menjawab,

"Alahhhh..., ngomong apa sih kamu! Bikin pusing saja!"

"Mas, sampai kapan kamu akan seperti ini? Cobalah mengingatnya demi Jessy," ucap Intan dengan penuh harap. Bola matanya berkata seraya berkaca-kaca. Sesungguhnya Ia sangat merindukan suaminya yang dulu. Tentu saja merindukan kasih sayang dan perhatian dari Franz.

Pria di hadapannya terdiam. Acuh. Seolah Intan hanya orang asing.

Melihat celah ini, Intan pun memberikan album kenangan ketika mereka pergi berwisata masa lalu.

Franz tampak membuka album itu.

Lembar demi lembar dia buka. Ada setitik harapan di mata Intan.

Belum selesai album dilihat, album foto itu sudah Franz lempar dihadapan Intan.

Bugh!

"Berani-beraninya kamu mengajari saya! Apa kamu sudah merasa pintar?" bentaknya, "jangan buang-buang waktuku!

Matanya melotot. Dia berbicara seraya Jarinya menunjuk-nunjuk Intan.

"Mas, aku hanya ingin membantumu, " belum selesai berbicara, sebuah tangan melayang di pipinya.

Plak!

"Berani kamu teriak-teriak padaku? Berhenti mengguruiku! Atau kamu akan mati!"

Franz mendadak menampar dan membentak Intan.

Wanita itu terdiam. Dia terkejut sang suami bisa sekasar itu.

Intan harap Franz menyesal. Namun setelah itu, dia justru pergi begitu saja, tanpa meminta maaf.

Intan sangat takut. Meski demikian, dia tak menyerah demi Jessica.

Hari demi hari, dia berusaha mengembalikan ingatan suaminya.

Bahkan, malam ini, Intan sampai tidak bisa tidur.

Ia berpikir kembali bagaimana cara agar Franz bisa kembali seperti dulu?

"Baklava?" Intan teringat makanan kesukaan sang suami.

Setiap Intan membuat makanan itu, suaminya selalu memuji. Ia sadar semenjak pulang belum pernah lagi memasak Baklava.

Baklava itu terbuat dari adonan tepung. Bentuknya kotak-kotak kecil dan berlapis-lapis. Teksturnya empuk, kriuk pada bagian luar serta creamy pada bagian dalam. Sehingga sekali gigitan, rasa manisnya langsung meluber ke mulut.

"Kalau di ingat, aku jadi lapar?" gumam Intan seraya memegang perutnya.

Sebenarnya Intan sangat sibuk, ia harus mengurus rumah, Jessy bahkan saat ini suaminya yang suka membantu harus sakit. Cara membuatnya mudah, hanya waktunya saja yang sedikit.

Intan melamun. Ia mengingat aktivitasnya sepanjang hari. Ia berusaha mencari celah.

"Hanya Baklava, apapun akan aku lakukan untukmu, mas Franz!"

Baklava sebenarnya sederhana, biasanya mas Franz lebih suka kacang-kacangan pistachios dan sirup manis yang khas. Kemudian sirupnya menggunakan gula, air, dan perasan lemon, sehingga kaya cita rasa. Selain itu juga sehat.

Mungkin saja dengan itu, kondisi Franz akan sedikit membaik. Intan sudah memikirkan semuanya. Ia akan bangun lebih awal esok hari.

Berbagai harapan positif berada di kepala Intan. Bahkan ia sempat membayangkan suaminya kembali seperti dulu. Hingga ia senyum-senyum sendiri membayangkannya.

***

"Pagi sayang, lihat aku bawa apa?" ucap Intan dengan sumringah.

Dia seolah melupakan kejadian kemarin begitu saja.

Sayangnya, Franz tidak merespon. Dia datar. Dia fokus mengetik di laptopnya.

Intan sudah biasa dengan hal itu selama beberapa hari ini. Jadi, ia menyiapkan makanannya di atas meja. Lalu Intan menyuruhnya segera makan karena makanan masih hangat.

"Sayang, cobain ya. Aku yakin kamu akan suka, aku jamin deh,"

Intan tersenyum saat Franz menggigit makanan itu. Ia tidak sabar pujian dari suaminya yang selalu di lontarkan padanya.

Tapi kemudian, Franz memutahkannya.

"Makanan macam apa itu? Tidak enak!" makinya.

Intan mengerutkan alisnya. Senyumnya memudar. Hatinya terasa perih kembali. Intan beranjak berdiri meraih piring di atas meja.

"Apakah benar makanan ini rasanya tidak enak?"

Intan yakin betul semua bahannya sama, bahkan dalam kondisi masih baru. Apalagi ia memilih kualitas bahan yang bagus. Setelah memikirkan hal itu, ia mencicipi masakannya.

"Rasanya masih sama," bathin Intan.

Ia mengulang kembali mencicipi rasa masakannya. Lalu Intan memberanikan diri menyahut.

"Mas, apa yang salah dengan masakanku? Sungguh, ini rasanya sama dengan yang biasa kamu makan?"

Franz diam. Intan tahu suaminya mendengarkannya.

"Ya! Tapi aku sudah bosan!" ucapnya dingin dan ketus.

Setelah mendengar penuturan suaminya. Intan sangat kesal. Sedikitpun dia tidak memujinya, namun malah sebaliknya, Franz memaki makanannya tidak enak.

"Seandainya saja dia tau, seberapa susah payahnya aku memasak makanan itu untuknya," ucap Intan di dalam hati.

Usahanya gagal lagi!

"Mau dibawa ke mana rumah tanggaku kalau seperti ini?"

Intan menahan engap di dadanya. Rasanya sangat muak. Berhari-hari ia sudah menahan sabar. Sampai kapan?

"Baiklah. Aku tidak akan memasak ini lagi!"

Intan tampak tegar. Tapi hatinya betul-betul rapuh saat ini. Di depannya, suaminya tidak sedikitpun berkata-kata lagi, akhirnya Intan pergi dengan air mata yang pada akhirnya jatuh di pipi.

Tapi, Franz tetap saja acuh tak acuh melihat istrinya yang menangis.

Bahkan, Pria itu justru langsung menelpon seseorang.

"Aku janji kepadamu. Aku akan pergi sekarang juga!" ucap suaminya lembut.

Intan sontak terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetar!

Bila diminta untuk mengantar belanja ke pasar, selalu saja Franz menolak.

Diajak mengantar Jessy ke sekolah, pun sama.

Alasannya, sudah ada supir.

Bahkan, Franz tidak pernah mengajak Intan dan Jessy jalan-jalan lagi.

Tapi, pria itu bisa berbicara lembut dan langsung menghampiri begitu ditelpon?

"Apakah jangan-jangan, itu yang menyebabkan mas Franz berubah kepadaku! Apakah ada orang ketiga?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
lutfi08
cari tahu intan, aku yakin Franz punya wanita lain
goodnovel comment avatar
Megarita
ayo Intan, sekarang waktunya bongkar membongkar
goodnovel comment avatar
princeskinan49
ayo intan, bongkar semuanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 124

    "Jika melewati sini tentu kita harus melewati segala rintangan, bukan?""Iya, itu benar,""Mungkin saja kita tidak bisa menghilang karena kita memang diharuskan untuk melewati segala rintangan ini,""Aku rasa juga begitu,"Di depan sana terdapat sebuah jalan. Namun cabangnya sangat banyak."Addab kita lewat mana ini?""Aku sendiri saja tidak tau harus lewat mana," tutur Addab yang tentu saja membuat mereka panik."Addab, katanya kamu tau jalan menuju ke masjid jin muslim?""Intan. Itu benar. Tapi sepertinya rintangan kali ini kita harus mampu memilih jalan. Jika salah aku tidak tau apa yang terjadi. Yang aku dengar begitu, mereka setiap rintangan berbeda,"Mereka semua menyengirkan alisnya. Ada wajah cemas, bingung, takut salah melangkah, dan aneka wajah lainnya.Mereka tampak berdiskusi."Seharusnya kita harus berjalan lurus, namun dalam jalan bercabang itu tidak ada jalan yang lurus. Ini benar-benar membingungkan,""Lah, kalau kayak gini kita ambil jalan yang mana?"Mereka semua mem

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 123

    "Bukankah pesan Kyai Hasanuddin untuk ke masjid para jin?"Walaupun sang guru memerintahkan untuk menyerang, namun entah kenapa hati Intan masih ada perasaan ragu. Dirinya pun hampir saja lupa bahwa dia harus ke masjid para jin. Bukan tidak bermaksud menentang atau tidak menuruti kemauan guru, tapi ini adalah amanat beliau."Intan, kamu kenapa? Apa ada masalah?"Intan saat ini bersama dengan yang lainnya sedang berkumpul termasuk guru. Mereka sedang membicarakan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan.Haris sendiri yang melihat Intan diam seperti sedang memikirkan sesuatu segera menananyakannya. Pasalnya dia rasa saat ini guru sedang membicarakan hal penting. Dia takut jika bosnya ternyata tidak mendengarkannya.Haris mendekat ke arah Intan."Bos?""Heem. Haris, ada apa?""Apa bos sedang memikirkan sesuatu? Apa bos setuju dengan rencana guru,""Iya Haris. Itu yang sedang saya fikirkan. Kamu ingat kan kita harus kemasjid para jin oesan Kyai Hasanuddin. Sebaiknya kita pergi ke san

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 122

    Dengan kejadian ini, tentu saja Intan dan yang lainnya menjadi kapok.Arod dan Haris lukanya belum bener pulih. Dia masih lemah tak berdaya."Untuk bisa mengobati luka ini membutuhkan kembang nagaswara. Dan membutuhkan pemulihan beberapa hari,"tuturnya.Guru dan Addab masih tampak kesal. Peraturan yang dibuat demi kebaikan diri masing-masing namun tidak dihiraukan.Oleh sebab itu, mereka semua juga harus menanggung akibat ini."Maafkan aku Addab. Aku tau aku salah,""Karena ulah kalian, rencana kita menyerang mereka harus tertunda. Bagaimana jika keberadaan kita ketahuan oleh mereka? Apalagi jika kita belum memiliki ilmu untuk melindungi diri kita masing-masing? Bukan hanya itu Intan. Gurubdan orang-orang tidak bersalah bisa terkena dampaknya juga. Ini resikonya sangat besar bukan hanya untuk kesenangan pribadi saja!"Addab terus saja mengeluarkan uneg-uneg yang berada di dalam hatinya. Wajahnya semakin muram jika mengingatnya.Intanpun jua terus saja menyesalinya. Apalagi Arod dan Ha

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 121

    "Terimalah pembalasanku...!"Intan saat itu benar-benar memanfaatkan waktu. Dia kabur. Dia berlari. Dia membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu Intan dengan segera pulang untuk meminta bantuan.Jalanan yang gelap hanya diterangi rembulan. Intan berlari. Kini dia melupakan rasa lelahnya. Yang dia rasa saat ini begitu kuat ialah rasa takutnya.Sesekali hampir terjatuh. Dia dengan berpegangan pepohonan dengan nafas ngos ngosan terus mempertahankan tubuhnya."Semoga saja Haris bisa bertahan. Dan semoga Arod bisa melawan Franz!"Intan berjalan dan terus saja berjalan sesekali berlari dan berhenti berjalan karena rasa lelah yang terasa amat yang entah bisakah dia sampai di kediaman guru Addab.Mengingat perintah Addab Intan merasa tidak enak. Namun, saat ini kondisinya benar-benar genting."Maafkan aku harus merepotkan kalian!"batin Intan."Haris. Arod kalian harus bertahan!"Di tengah jalan menuju kediaman sang guru Intan bertemu dengan Addab dan Haical.Intan saat berlari seraya sesekali

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 120

    Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H

  • Pembalasan Istri Yang Teraniaya   Bab 119

    "Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status