"Kenapa kau begitu yakin tentang hal itu?" Presiden Yan memancingnya. Belinda tidak menyadarinya Dia bahkan denda santai mengatakan, "Itu karena aku sudah membuat Evander akan menuruti segala yang aku mau hanya dengan....."Belinda mulai berhenti. Presiden Yan masih menatapnya dengan tatapan mata penasaran. "Hanya dengan apa?" "Kau tidak perlu tahu. Paling penting aku tidak akan dicampakan seperti dirimu. Lebih baik kau mencari cara agar Senna Zhang jatuh dalam pelukanmu dan meninggalkan Evander." Belinda langsung terburu-buru untuk meninggalkan pria itu. Hampir saja dia membuka rahasianya. Jika sampai ini ketahuan, bisa saja trik yang telah dia lakukan selama ini gagal.Saat ini, Presiden Yan menyeringai saat memikirkan tentang sesuatu. "Sepertinya gadis bodoh itu bisa saja berguna." *** "Katakan! Kenapa kau berbohong padaku?" Evander mengintrogasi Senna di dalam mobil. "Mulai sekarang kau tidak akan bisa pergi tanpa aku yang mendampingimu." Evander sudah mencurigai hal ini sej
"Evander, aku sudah katakan padamu bahkan aku hanya asal menebak. Lepaskan! Jika kau melakukan ini aku akan--" Evander memotong ucapan Senna. "Kau akan apa? Apa kau akan mengambil kamera dari mobilku lalu mengambil video dan menyebarkannya ke internet?" Evander semakin mencengkeram erat dagu Senna membuat Senna kesulitan untuk bicara. Tatapan mata yang tajam dan cengkraman itu membuka pikiran Senna melayang pada apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Tanpa sadar air mata keluar dengan deras dari kornea mata yang jernih. "Aku mohon tolong lepaskan aku." Bayangan tentang penyiksaan yang dia dapat, kekerasan yang dilakukan oleh Evander semua semakin kembali menghantuinya. Tidak peduli seberapa kuatnya dia, tetep saja trauma masa lalu selalu menjadi bayangan. Evander menunjukkan keterkejutan melihat tangisan yang begitu menyedihkan. "Kenapa kau menangis? Apa ini juga salah satu trikmu?" Senna tidak menjawab, tatapan matanya menunjukkan ketakutan. Evander menjauhkan tubuhnya dariny
Wajah Senna menjadi pucat saat mendengar suara dari Evander yang tiba-tiba memanggilnya. Tanpa banyak bicara Senna langsung mematikan panggilannya. Tangannya sedikit gemetar, berulang kali dia harus menghela nafas untuk menenangkan diri. "Senna, apa kau tuli? Cepat buka!" teriakan Evander semakin meras. Senna membuka pintu dengan perlahan.Tubuhnya langsung di dorong oleh Evander. Pria itu bahkan membalikkan tubuhnya menghantam ke tembok dengan keras. "Evander apa-apaan ini?" Senna mengerutkan keningnya menahan rasa sakit yang menjalar di punggungnya. "Apa kau akan berpura-pura tidak tahu tentang hal ini? Sejak awal aku sudah curiga karena kau melakukan hal-hal yang aneh ternyata itu bagian dari rencana licikmu dengan Presiden Yan itu?"Senna menatap Evander dengan penuh keheranan. "Apa yang kau bicarakan? Aku tidak tahu yang kau maksud!"Evander tersenyum sinis. "Oh, jadi kau berpura-pura tidak tahu sekarang? Sudah cukup bermain-main, Senna! Jika bukan karenamu yang menahanku aku
"Sayang!" Belinda mencoba untuk menutupi rasa cemasnya. Dia merangkul lengan Evander. "Aku mencarimu. Akhirnya aku menemukanmu juga."Evander menepis rangkulan tangannya. "Jangan mengalihkan pembicaraan. Katakan padaku apa ini semua kesalahanmu? Apa kau sengaja tidak melaporkan hal penting padaku?" "Sayang, bagaimana mungkin aku melakukannya? Aku bahkan--""Aku sudah menghubungi pihak Perusahaan S. Mereka mengatakan bahwa mereka telah menghubungimu sebelumnya. Kenapa? Kenapa kau melakukan hal seperti ini." "Sayang, maafkan aku. Aku lupa bahwa--""Belinda, sudah berapa lama kau menjadi sekretarisku, tapi kau justru melakukan kesalahan seperti ini atau kau memang sengaja?" "Tidak, aku sungguh--uh kepalaku pusing." Belinda memegang kepalanya dan tubuhnya hampir jatuh, Evander dengan cepat menahan tubuhnya. "Maaf, aku membuatmu menjadi stres dan pusing seperti ini. Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar." Evander menopang tubuh Belinda. "Tunggu! Apa kau akan pergi begitu saja?" Senna men
"Kalau begitu, apa ini?" tanya Evander sambil menunjukkan sketsa yang diambilnya dari balik punggung Senna.Senna terkejut dan cemas, mencoba meraih kembali sketsa tersebut. "Itu... itu bukan apa-apa hanya coretan biasa! Berikan padaku!" ucapnya mencoba mengambil kembali gambar itu dari Evander. "Benarkah? Jika bukan apa-apa, kenapa kau begitu panik? Jarang sekali aku melihatmu seperti ini." ucap Evander tajam, dia membalik kertas' itu untuk melihatnya. Senna dengan cepat merebutnya. "Itu tidak penting! Kau ingin aku membantumu untuk bernegosiasi, kan? Ok, aku akan coba mengaturnya. Kebetulan aku juga ada proyek dengan Perusahaan S. Aku akan coba untuk mengungkitmu pada mereka." Senna dengan terpaksa memberikan bantuan demi melindungi rahasianya. Evander semakin curiga padanya. "Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran. Apa yang ada di kertas itu begitu penting? Beri tahu aku apa itu?" "Aku sudah bilang ini hanya coretan biasa. Tidak perlu memikirkan hal ini. Bukankah yang terpenting
Evander menatap paman itu dengan tatapan tajam. "Paman, aku tidak akan pernah melakukannya. Aku akan mendapatkan kembali yang hilang, kau akan melihatnya sendiri, aku mampu atau tidak."Jones Qin hanya tertawa sinis. "Kamu hanya bisa membual, tapi lihatlah hasil kerjamu selama ini. Tidak ada yang percaya kau bisa mengatasi masalah ini."Evander menghela nafas. "Terserah kau mau merendahkanku, satu hal yang pasti, aku tidak akan menyerahkan posisiku sekarang apapun keadaannya."Jones Qin itu memandangnya dengan kerendahan, " Kau begitu percaya diri dapat mempertahankan posisimu itu. Evander, kita lihat saja apa kau berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para direksi di waktu berikutnya." Pria itu pergi meninggalkan ruangan setelah mengolok-olok keponakannya. Saat dia keluar, Belinda berjalan menuju ke arahnya lebih tepatnya ke arah ruangan Evander. "Belinda, jika Samuel akhirnya terusir dari perusahaan ini, datanglah padaku. Kemampuanku untuk memuaskan wanita tidak lebih buruk dari
Evander menatap tajam Senna, suhu ruangan menjadi begitu dingin dan penuh tekanan mengikut aura yang dipancarkan oleh kepala keluarga Qin ini. "Senna, apa yang telah kau lakukan? Aku memintamu untuk membantuku, bukannya malah semakin menghancurkan bisnis ku!"Senna mencoba untuk tetap tenang. "Evander, aku mencoba yang terbaik untuk membujuk mereka, tetapi mereka sendiri yang menentukan mau menerimamu lagi sebagai mitra atau tidak. Kenapa kau justru menyalahkanku?""Tentu saja kau yang salah. Apa kau tahu apa yang mereka katakan saat makan malam bersamaku? Mereka bilang aku memaksamu untuk membantuku dan aku terlalu bergantung padamu. Kau pasti mengatakan hal buruk, bukan?" Evander semakin memuncak dalam kemarahannya.Senna tersenyum ,"Aku tidak mengatakan apapun pada mereka, tetepi semua terlihat jelas bagi mereka. Lagipula, siapa yang tidak mencurigai hubunganmu dan sekertarismu itu? Semua orang pasti sudah tahu. Kau tidak bisa menyalahkanku untuk kegagalan kali ini. Minta saja, kek
"Senna, aku sudah membiarkanmu berperilaku sesuka hati, tapi ini sudah keterlaluan. Kenapa kau justru membawa bencana pada perusahaan kita?" Tuan Zhang datang ke kantor Senna dengan dipenuhi kemarahan. "Papa tenang saja. Aku yang bertanggung jawab untuk hal ini," jawab Senna dengan santai. "Jika wanita itu memberi kerugian pada perusahaan kita maka, aku bersedia untuk mengundurkan diri."Ekspresi wajah Tuan Zhang dengan cepat berubah. Senna tahu bahwa inilah yang diinginkan oleh orang tua itu. "Baiklah, kau harus pegang janjimu itu, aku tidak ingin memiliki anak yang tidak bertanggung jawab."Tuan Zhang langsung pergi begitu saja. Senna memanggil Belinda untuk datang. Namun, orang itu masih tetep duduk di meja dan bermain dengan ponselnya. Senna tanpa berkata apapun langsung menuju ke mejanya dan mengambil ponselnya. "Hei, apa yang kau lakukan?" Senna langsung meletakkan beberapa dokumen di meja. "Daripada kau terus melihat ponsel yang tidak baik untuk kehamilan, lebih baik kau ker