Share

4. Kejadian memalukan yang terulang

Gara-gara kejadian handuk kemarin, Zach seperti tidak memiliki muka untuk berhadapan dengan Abigail. Zach takut Abigail salah sangka, Zach takut jika Abigail menganggap jika ia melakukan itu dengan sengaja.

Saat keadaan masih sangat sepi di pagi hari, Zach mengendap-endap keluar untuk membuat sarapan untuknya dan juga Abigail. Zach membuat sarapan dengan terburu-buru, berharap jika ia tidak berpapasan dengan Abigail dan langsung pergi setelah selesai sarapan. Namun rencananya sungguh di luar ekspektasinya, Abigail keluar dari kamar hanya dengan menggunakan handuk kimono dan rambut yang nampak basah. Wajahnya yang polos tanpa make up terlihat lebih muda, dengan pipi kemerahan alami yang sedikit chubby.

"Zach, kebetulan kamu ada disini. Boleh aku minta tolong padamu? hair dryer ku tidak bisa digunakan, apa mungkin stop kontak di kamar ini mati?" tanya Abigail seraya mengacungkan hair dryer ke arahnya.

Zach masih terdiam dengan mata yang terus tertuju pada Abigail, seakan dunianya berhenti berputar saat ini ketika melihat kecantikan alami dari wanita di hadapannya ini. Abigail yang kesal karena pertanyaannya tidak kunjung dijawab oleh Zach akhirnya menyentil kening Zach, Zach terkesiap dan tersadar dari lamunannya karena rasa sakit di dahinya akibat sentilan jemari Abigail.

"Kamu kenapa menyentilku!" ucap Zach kesal.

"Apa kamu tuli? aku berkali-kali bertanya padamu, tapi kamu hanya diam seperti patung."

"Oh, maaf. Apa yang kamu ingin tanyakan?"

"Tidak usah, aku sudah tidak mood."

Abigail masuk kembali ke dalam kamar, ia menghembuskan nafas pelan dan merasa bersalah pada Zach karena sudah bersikap ketus padanya. Abigail mengganti pakaiannya, dan keluar untuk meminta maaf padanya namun sayang Zach sudah pergi bekerja dan meninggalkan roti panggang yang sama sekali belum tersentuh.

Sebagai ungkapan rasa terimakasih, Abigail membersihkan rumah Zach yang sudah seperti terkena bencana alam. Pakaian dalam berhamburan dimana-dimana, juga pakaian bersih dan kotor yang tercampur menjadi satu. Abigail yang sangat menyukai kerapihan dan kebersihan tentu merasa risih dengan kekacauan ini, ia bahkan sampai kebingungan darimana ia harus memulai membersihkannya.

Setelah memutuskan akan memulai darimana, Abigail akhirnya memutuskan untuk memberesihkan ruang pakaian terlebih dulu. Ruang pakaian dan kamar tidur Zach terpisah, entah apa sebabnya. Abigail melipat semua baju bersih dan hendak memasukkannya ke dalam lemari, saat hendak memasukkan pakaian milik Zach ia menemukan sesuatu yang seharusnya tidak ada disana. Beberapa pasang lingerie wanita yang masih baru, pil dan alat kontrasepsi tergeletak disana. Abigail menaikkan satu alisnya, jika mereka hanya berteman rasanya tidak mungkin jika Zach memiliki ini semua.

"Ah, masa bodoh apapun status mereka." gumam Abigail lalu kembali merapihkan pakaian Zach.

Setelah hampir tiga jam membersihkan rumah, Abigail pun merebahkan dirinya di atas sofa untuk menghilangkan rasa lelahnya. Rumah ini kini terlihat bersih dan nyaman untuk ditempati, Abigail sedikit memejamkan matanya namun ternyata ia malah tertidur pulas.

******

Abigail terbangun saat ia merasakan sesuatu benda yang basah menjilati pipinya, saat kedua netranya terbuka lebar ia mendapati seekor anjing golden retriever betina tengah berdiri di hadapannya. Wajahnya nampak menggemaskan, ia terus menjilati Abigail seolah-olah anjing tersebut sangat menyukainya.

"Rainy, sini!" panggil Zach saat melihat anjingnya tengah sibuk menjilati Abigail.

"Rainy? jadi namamu Rainy anjing yang baik," Abigail mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

"Iya, dia Rainy. Aku memungutnya di tempat pembuangan sampah saat tengah hujan lebat, saat itu Rainy baru lahir dan keadaannya sangat menyedihkan. Itu sebabnya aku memberikannya nama Rainy,"

"Oh, anak malang." sahut Abigail seraya memeluk Rainy.

Zach melirik ke sekitarnya yang sudah sangat rapih dan bersih, sampai-sampai ia tidak bisa mengenali rumahnya sendiri. Zach tau jika semua ini pasti Abigail yang melakukannya, ia begitu kagum pada keterampilan Abigail membersihkan rumah ini namun sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah menegang. Zach berlari ke ruang pakaian, wajahnya mendadak memerah padam saat melihat ruangan ini yang sudah terlihat bersih.

"Ada apa? kenapa kamu terlihat panik?"

"Kamu membersihkan semuanya yang ada disini?" tanya Zach.

"Tentu, ada apa memangnya? oh! apa kamu khawatir aku mencuri barang berharga milikmu? tenang saja Zach, mereka masih aman di tempatnya termasuk lingerie, pil dan alat kontrasepsi yang ada di dalam sana." tunjuk Abigail pada lemari besar yang ada di sudut ruangan.

Zach menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia maju mendekati lemari tersebut dan mengambil barang-barang yang Abigail sebutkan tadi.

"Kamu mau kemana?" tanya Abigail saat melihat Zach keluar dari ruangan dengan setumpuk barang pribadi wanita di tangannya.

"Ke tempat sampah,"

"Kamu mau membuang ini semua? tapi ini semua masih baru, biar aku lihat dulu." Abigail merebutnya dari tangan Zach, ia memilih satu persatu lingerie yang memang masih belum dipakai dan masih memiliki tag harga.

"Kamu yakin ingin memiliki pakaian dalam ini?"

"Tentu saja, ini masih baru kan?" tanya Abigail yang di jawab anggukan oleh Zach.

"Dan yang ini bisa kamu simpan sendiri, kamu mungkin akan membutuhkannya dengan wanita lain." Abigail mengembalikan pil dan alat kontrasepsi ke tangan Zach dengan tatapan mengejek.

Zach hanya bisa memalingkan wajahnya, menutupi rasa malu karena ejekan Abigail sembari melempar benda di tangannya ke dalam lemari.

*****

Setelah berhari-hari mencari pekerjaan dan tentunya dengan berbagai macam penolakan karena masalahnya di perusahaan sebelumnya, Abigail akhirnya diterima bekerja di sebuah restoran Perancis yang cukup terkenal di kota ini. Dengan setelan semi formal, Abigail pergi untuk memenuhi panggilan wawancara. Untuk saat ini namanya masih sulit memasuki dunia pekerjaan yang lebih tinggi karena ulah Ben, ia di blacklist beberapa perusahaan meskipun sudah menyelesaikan urusan di kantor lamanya.

"Selamat bergabung di restoran kami nona Abigail, silahkan ambil seragam anda dan anda kami persilahkan untuk bekerja mulai hari ini sebagai waitress." ucap sang manager.

Abigail senang bukan main, ia mengucapkan kata terimakasih berkali-kali dan segera mengambil seragam yang ada di ruang karyawan. Beberapa karyawan disini menyambutnya dengan hangat, namun ada juga yang bersikap sinis padanya karena merasa Abigail bisa lolos di restoran ini dengan mudah hanya dengan mengandalkan kecantikan dan kemolekan tubuh. Tapi Abigail tidak menghiraukannya, ia hanya ingin fokus pada tujuannya mencari uang agar bisa menata kehidupannya kembali.

Restoran hari ini tidak ramai namun juga tidak sepi, Abigail masih memiliki waktu untuk mempelajari semua jobdesk yang ada disini. Ia begitu bersemangat melakukan pekerjaan ini, meskipun gajinya sangat jauh nominalnya dari gaji lamanya. Setidaknya ia bisa mengumpulkan uang lagi, untuk membangun lagi impiannya yang kandas karena ulah Ben.

"Abigail, beberapa menit lagi kita akan kedatangan tamu VIP. Tolong layani dia dengan baik dan aku ingin kamu yang menyambutnya nanti," titah sang manager.

Abigail mengangguk penuh antusias, ia merapihkan pakaiannya dan mencoba memasang wajah seramah mungkin agar sang tamu VIP tersebut merasa puas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status