Share

Bab 244

Author: Danira Widia
Setelah merasakan aroma familier itu, Janice mulai meronta-ronta. Namun, lengan yang melingkar di pinggangnya semakin erat, memaksanya untuk menempel dengan dada pria itu. Punggung Janice sampai terasa panas.

Janice bisa merasakan dengan jelas naik turunnya dada pria itu karena bernapas. Setiap embusan napasnya membuatnya merasa takut tanpa sebab.

Saat berikutnya, terdengar suara berat pria itu. "Siapa yang menyuruhmu datang sendirian? Kamu kira kamu bisa keluar dari sini dengan selamat?"

Janice menarik lengan yang merangkul pinggangnya dan melawan. "Paman, sejak kapan kamu kepo sekali? Lepaskan aku!"

Di belakang, napas Jason memburu. Namun, dia tidak melawan. Janice pun dilepaskan. Janice hendak kabur, tetapi terlambat selangkah.

Jason menariknya dan melemparkannya ke sofa. Sebelum Janice sempat bereaksi, Jason sudah menahannya dengan kuat.

Di balik setelan jas yang formal, otot-otot Jason terasa tegang dan keras. Setiap otot itu menindih tubuhnya, membuatnya kesulitan bernapas. Apala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 245

    Ketika berbicara, Howard menatap Janice yang duduk di samping. Kata-katanya penuh dengan ancaman.Jason meletakkan mangkuk sup di depan Janice, lalu mengelap tangannya dengan handuk panas sebelum menatap Howard kembali."Kamu benar. Orang yang lapar bisa melakukan apa saja. Tapi kalau salah makan, itu bisa berakibat fatal."Wajah Howard berubah menjadi pucat. Dia sadar bahwa Jason tidak akan menyerahkan Janice kepadanya. Dia belum ingin berkonfrontasi langsung dengan Jason sehingga terpaksa mengalah."Terima kasih atas peringatannya. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu makan kalian. Aku pergi dulu." Setelah berkata begitu, Howard pun keluar dari ruang privat.Janice menghela napas lega. Sambil memegang sendok di tangannya dengan erat, dia diam-diam melirik Jason di sampingnya. "Paman, kenapa kamu ada di sini?""Aku kebetulan lewat dan mampir untuk makan," jawab Jason dengan ekspresi datar.Janice menatap meja dan melihat ada dua set peralatan makan. Dia pun mengira Jason sedang men

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 246

    Janice mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Amanda. Kebetulan, Bella juga ada di sini. Janice memandang Bella, lalu tidak berkata apa-apa.Amanda berkata kepada Bella, "Kamu keluar dulu."Bella terkejut sejenak, lalu berpamitan dengan sopan dan keluar. Setelah pintu ditutup, Janice berniat untuk menjelaskan situasinya.Namun, Amanda sontak membanting dokumen ke meja dengan keras. "Janice! Kamu harus bertanggung jawab atas masalah ini! Studio nggak akan menanggung sedikit pun untukmu!"Janice dikejutkan oleh suara keras itu dan termangu sejenak. Setelah beberapa saat, dia sadar kembali dan langsung menjelaskan, "Aku pasti akan menyelesaikannya dengan baik.""Kuharap begitu," timpal Amanda dengan suara lantang.Di luar, Bella mendekatkan telinganya ke pintu untuk menguping. Kemudian, dia tersenyum dan pergi. Amanda sekalipun tidak ingin membantu Janice. Tampaknya Janice sudah buntu kali ini.....Di pesta Grup Hariwan.Dengan dikawal, Janice membawa brankas dan mengikuti Amanda memasuki r

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 247

    Janice menatap sejenak, lalu mengiakan. Keduanya tiba di area istirahat di lobi, lalu memesan dua gelas jus.Janice mengaduk jusnya dengan sedotan, sementara Malia terus membujuknya, "Janice, terima saja nasibmu. Kita nggak bakal bisa menang melawan orang-orang kaya seperti mereka. Kalau kamu kabur, dengan kekuasaan Keluarga Hariwan, mereka pasti akan mengejarmu sampai ke ujung dunia.""Harga batu safir itu puluhan miliar. Sekalipun kamu dijual, belum tentu dapat uang segitu. Kalau kamu bisa menebusnya sendiri, ini adalah cara terbaik."Di kehidupan lampau, Malia juga seperti ini. Dia berpura-pura peduli pada Janice dan memanipulasinya selangkah demi selangkah untuk membuat Janice merasa semakin rendah diri. Namun, sekarang ....Janice berhenti mengaduk jusnya, lalu mendongak menatap Malia. "Malia, kamu merasa menyerah dan mengorbankan diri itu nggak masalah ya?""Tentu saja, kita harus sadar diri. Masa kamu merasa dirimu lebih berharga daripada batu safir itu? Pak Howard sangat kaya.

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 248

    Ternyata di dalam handuk itu berisi sebuah kartu kamar!Maria menarik napas dalam-dalam. Dia tidak bisa menahan rasa cemburu yang meluap di dalam hatinya. Kenapa semua pria terpesona kepada Janice? Bahkan, pria seperti Jason juga ingin memiliki Janice. Atas dasar apa?Janice memegang kartu kamar itu dengan ekspresi cemas. "Sepertinya Pak Jason tahu kesulitanku. Pak Norman suruh aku ke kamar ini untuk mencarinya. Katanya Pak Jason akan membantuku. Menurutmu, gimana aku harus memilih? Sepertinya siapa pun akan memilih Pak Jason, 'kan?""Tentu saja pilih Pak Howard!" Suara Malia terdengar melengking dan tajam. Dia membatin, 'Jalang sepertimu nggak pantas untuk Pak Jason! Kamu pantasnya dengan bajingan seperti Pak Howard!'Janice berpura-pura tidak mengerti. Dia bertanya, "Malia, kenapa aku harus pilih Pak Howard?"Malia terdiam sejenak sebelum menghasut, "Janice, aku bicara begini juga demi kebaikanmu. Kamu harus tahu, Pak Howard klien kita. Kalau kamu nggak bisa meredakan amarahnya, gim

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 249

    Hati Janice sontak terasa dingin. Dia langsung menghindari tatapan itu. Apa mungkin Jason mengetahui sesuatu? Seharusnya tidak.Ketika Janice berpikir demikian, suara Howard terdengar di tengah aula. "Terima kasih kepada semua yang hadir di pesta perayaan Grup Hariwan. Aku yakin Grup Hariwan akan semakin berkembang di masa depan."Semua orang mendongak untuk menatap Howard yang berdiri di tangga. Kini, mereka baru memahami makna sebenarnya dari menara sampanye itu. Ini bukan untuk menjamu tamu, tetapi untuk memamerkan kekuasaan.Sebagian besar tamu yang hadir adalah pebisnis. Mereka hanya menatap Howard yang tersenyum lebar di atas, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.Di bawah tangga adalah ahli strategi di balik Grup Hariwan, yaitu Yoshua. Yoshua memandang sekeliling. Tatapannya tidak lagi terlihat lembut, melainkan dipenuhi ambisi seorang pebisnis. Mungkin, ini baru wajah aslinya. Seorang pebisnis yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya.Di tengah kerumunan, Yoshua meli

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 250

    Napas panas Jason mengenai wajah Janice, membuatnya terasa seperti terbakar. Dia merasa agak bersalah sehingga langsung mengalihkan pandangannya. Ternyata, dia tahu segalanya.Janice menjauh dengan hati-hati. Dia berusaha menghindari napas Jason. Namun, begitu berbalik, sebuah lengan muncul di hadapannya. Janice terpaksa berdiri diam di tempat. Lagi pula, mereka akan segera tiba.Jason tampaknya tahu apa yang ada di dalam pikiran Janice. Dia membungkuk dan napasnya yang panas mengenai wajah Janice lagi.Janice bisa merasakan napas panas itu mengalir di bawah hidungnya. Jarak keduanya sangat dekat, membuatnya merasa gerah hingga berkeringat.Tiba-tiba, Jason mengangkat tangan dan menyentuh rambut Janice yang tergerai di wajah. Jason memegang pipi Janice dengan lembut. "Hm?" tanyanya dengan pelan."Aku ... aku ...." Janice merasa bingung dan tidak tahu harus mengatakan apa."Karena kamu sudah bilang aku memberimu kartu kamar, bukankah kita seharusnya melakukan sesuatu?"Janice mendongak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 251

    Janice yang panik menghindar karena ada 2 pelayan di dekat mereka. Jason berhenti dan wajahnya menegang."Nggak apa-apa," ucap Jason. Dia duduk tegak dan memandang ke luar."Iya," sahut Janice. Dia menyentuh bibirnya, lalu menjaga jarak dengan Jason dan memandang ke depan.Cahaya matahari terasa panas. Setelah Janice minum 2 cangkir teh, keramaian di lantai bawah pun dimulai.....Di aula acara, Yoshua dan Tracy menyapa para tamu. Setelah berkeliling cukup lama, mereka tetap tidak melihat Howard.Yoshua merasa ada yang tidak beres. Dia melihat Tracy seraya bertanya, "Bu, mana Paman? Ini hari yang penting, kenapa dia menghilang?"Tracy memegang gelasnya sambil mengamati sekeliling. Dia baru menyadari Howard tidak muncul lagi setelah keluar."Apa dia mabuk? Coba aku tanya bibimu," sahut Tracy. Dia mencari Ivana, tetapi Ivana tidak tahu apa pun.Tracy dan Yoshua bertatapan. Mereka mulai gelisah. Keduanya hendak mencari Howard setelah menyapa para tamu.Siapa sangka, Vania dan Bella datang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 252

    Saat Janice minum teh, muncul notifikasi siaran langsung dengan judul yang menghebohkan.[ Karyawan magang studio perhiasan terkenal bermarga Sinclair menggoda suami orang ]Kebetulan hanya Janice yang bermarga Sinclair di studio. Apa bedanya dengan mengekspos nama lengkapnya?Sayangnya, Vania terlalu terburu-buru. Dia sengaja menyuruh orang melakukan siaran langsung untuk menangkap basah Howard dan Janice. Namun, belum tentu siapa yang celaka.Dalam siaran langsung, situasi di kamar sangat kacau. Selain suara makian, samar-samar terdengar suara desahan. Lilin-lilin yang terletak di sudut tidak cukup untuk menerangi kamar, tetapi bisa membangkitkan hasrat seseorang.Janice menyiapkan lilin ini khusus untuk Howard dan pemeran utama wanita hari ini. Tiba-tiba, seseorang membuka tirai jendela. Situasi di kamar langsung terpampang jelas.Ivana tetap berniat menjaga martabatnya. Dalam situasi yang kacau ini, dia masih sempat menyuruh Howard memakai jubah mandi.Jadi, hanya ekspresi masam Ho

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 760

    [ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Jason menatap tulisan itu cukup lama sebelum akhirnya kembali tersadar. Tenggorokannya kering, suaranya serak saat berkata, "Tega sekali ...."Seolah-olah sudah bisa menebak isi surat itu, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Jason lantas meletakkan kedua surat itu berdampingan, mengambil dua gelang kapibara dari dalam lemari.Plak. Suara kecil terdengar saat gelang itu melingkar erat di pergelangan tangannya. Dia mengepalkan tangannya, menatap lekat-lekat dua kalimat yang menghantam hatinya.[ Kita jadian yuk. ][ Hubungan kita cukup sampai di sini saja. ]Seakan-akan baru saja mendapatkan sesuatu di detik sebelumnya, lalu langsung kehilangan di detik berikutnya.Wajah Jason perlahan memucat, matanya memerah. Dia menunduk sedikit untuk menyembunyikan kesedihannya."Janice, kembalilah."....Tiga tahun kemudian, di Moonsea Bay. Kurir bernama Hady sedang mengangkat paket-paket ke dalam mobil."Bu Janice, sepertinya tahun ini toko online-mu la

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 759

    Kebetulan tangannya menyentuh kunci itu. Kira-kira, kunci yang satu lagi untuk apa?Jason mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak melihat lemari yang terkunci. Dia pun berdiri dan melangkah ke kamar utama, ruangan yang paling tidak ingin dia buka. Meskipun sudah berlalu begitu lama, aroma Janice masih memenuhi setiap sudut ruangan.Pandangannya akhirnya tertuju pada satu-satunya lemari di sudut ruangan yang tidak ditutupi kain penutup debu, seolah-olah sedang menuntunnya.Jason membawa kunci itu mendekat dan membukanya dengan mudah. Yang terpampang di depan adalah semua hal yang berkaitan dengan dirinya dan Janice. Janice tidak membawa apa pun.Bahkan, gelang kapibara yang mereka menangkan bersama di pasar malam bertahun-tahun lalu pun masih ada di sana.Dua gelang itu tersimpan di dalam lemari, masing-masing menekan dua pucuk surat. Satu surat beramplop merah muda sudah tampak memudar warnanya, jelas sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu.Yang satu lagi hanya amplop

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 758

    Jason sangat paham arti sebenarnya dari desakan Anwar soal anak. Selain untuk mengikatnya, itu juga cara agar Keluarga Karim dan Keluarga Luthan terikat erat satu sama lain.Jason tidak akan membiarkan Anwar mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena itulah, dia sudah mempersiapkan segalanya sejak awal.Saat ini, seluruh ruang makan menjadi hening. Bahkan saat sendok di tangan Rachel jatuh ke lantai, tidak ada yang bereaksi.Semua orang tahu Ivy tidak bisa punya anak, sementara Zachary lebih memilih terus diserang daripada menceraikannya. Jadi, satu-satunya harapan garis keturunan Keluarga Karim ada pada Jason.Kini, Jason telah melakukan vasektomi. Itu artinya, dia benar-benar memutus harapan Anwar.Dada Anwar naik turun. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara, "Jangan bercanda seperti itu. Aku cuma seorang ayah yang ingin melihat cucuku lahir dengan mataku sendiri.""Kamu sudah punya cucu. Namanya Yoshua. Lupa secepat itu?" timpal Jason dengan datar."Yang sudah berl

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 757

    "Kenapa aku merasa Jason sekarang lebih pendiam dari sebelumnya?""Katanya tahun pertama pernikahan itu manis seperti madu, tapi lihat deh dia, apa kelihatan kayak pengantin baru?""Shh!"Seseorang menegur pelan.Dua orang yang sedang berbicara itu langsung diam saat melihat Rachel berjalan pelan di belakang Jason.Rachel mendengarnya, menggigit bibir sambil mempertahankan senyum di wajahnya.Saat makan siang, semua orang duduk sesuai dengan tempat duduk yang sudah ditentukan. Zachary dan Ivy memandangi ruangan, baru melihat nama mereka di pojok ruangan.Kebetulan saat itu Elaine masuk, menatap posisi duduk di barisan depan, lalu melihat ke arah mereka berdua dan mengejek dengan tawa sinis.Zachary menatap Ivy dengan pasrah. "Kalau kamu nggak enak badan, aku bisa minta orang antar kamu pulang dulu."Ivy tersenyum. "Nggak apa-apa. Dulu kita makan jajanan di pinggir jalan juga santai saja, 'kan? Di sini juga tenang. Kamu itu bagian dari Keluarga Karim, nggak usah bikin keadaan tambah can

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 756

    Setelah bertemu dengan pemilik penginapan, Janice mengatakan bahwa dia ingin menginap dulu di penginapan tersebut.Pemiliknya tampak ketakutan karena insiden bunuh diri wanita sebelumnya. Melihat Janice datang sendirian, tatapannya pada Janice terlihat aneh. Bukan karena nafsu, melainkan karena takut Janice mati di penginapannya tanpa ada yang tahu.Pemilik penginapan pun berbaik hati mengajak Janice tinggal di properti lain miliknya yang tidak dekat dengan pantai.Saat memberikan kunci, dia bahkan menasihati, "Kamu masih muda dan cantik, harus bisa move on. Di dunia ini masih banyak pria."Janice sudah berkali-kali menjelaskan bahwa dia tidak ada niat bunuh diri, tetapi si pemilik tetap tak percaya.Keesokan harinya, setelah Janice menandatangani kontrak sewa, dia baru percaya bahwa Janice memang serius menyewa tempat itu. Dia bahkan bersikap sopan dan mengajak Janice sarapan bersama.Setelah sarapan, Janice mulai menjelajah layaknya seorang turis. Saat waktu di luar negeri sudah sama

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 755

    Pada suatu liburan musim panas, Ivy tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas. Kebetulan saat itu Janice jatuh sakit parah. Pengobatannya menghabiskan banyak uang.Ivy menangis sepanjang malam. Sebelum fajar menyingsing, dia sudah menggandeng Janice berdiri di pinggir jalan tol menunggu kendaraan.Dia bahkan bersumpah tak akan membiarkan siapa pun menemukan mereka. Namun, setelah kabur seminggu, lokasi mereka terdeteksi karena tempat penginapan.Zachary pun menjemput mereka pulang. Kalau diingat sekarang, Janice ingin tertawa.Saat sedang tenggelam dalam kenangan, sebuah bus besar berhenti di depannya. Katanya ada pemeriksaan sebelum masuk tol, tetapi orang-orang di sekitar sudah naik dan memasukkan barang ke dalam bagasi.Janice sendiri tak punya tujuan tertentu. Yang penting bisa membawanya keluar dari Kota Pakisa.Dia menarik masker dan ikut naik ke dalam bus. Setelah membayar, dia memilih tempat duduk kosong secara acak.Tak disangka, penumpang dalam bus itu cukup ramai meskipun ha

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 754

    Rachel mencengkeram baju Jason seolah-olah menggenggam cahaya terakhir dalam hidupnya. Sampai akhirnya, Jason perlahan menunduk dan mendekatinya.Air mata berlinang di wajah Rachel, seberkas harapan terpancar dari tatapannya. Rachel yakin, Jason tidak akan meninggalkannya begitu saja.Namun, detik berikutnya, hatinya seakan-akan tenggelam ke dalam danau es.Jason menggenggam tangannya, melepaskannya satu per satu. Suaranya datar, dingin seperti es. "Aku akan menemanimu sampai akhir. Hanya itu. Itu adalah utangku padamu."Rachel menatap tangannya yang terlepas perlahan. Air matanya jatuh makin deras. Dia tak sanggup menerima. Benar-benar tak sanggup.Karena tahu hidupnya tidak akan lama lagi, dia makin terobsesi pada apa yang benar-benar dia inginkan. Sekarang, satu-satunya yang dia pedulikan hanyalah Jason.Mau itu egois, mau itu obsesi, dia hanya ingin Jason tetap bersamanya. Dengan tidak rela, Rachel kembali menarik Jason dan akhirnya mengucapkan alasan sebenarnya kenapa Jason bersed

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 753

    Sebelum dia sempat berbicara, lengannya sudah lebih dulu dicengkeram erat oleh pria itu. Dengan suara benturan keras, sepanci sup hangat yang baru saja matang langsung tumpah.Tatapan Jason tajam, jemarinya menegang, matanya merah, auranya penuh kemarahan dan niat membunuh. "Kenapa kamu harus mencarinya?"Rachel mendongak dengan kesakitan, menatap pria yang mengerikan itu dengan air mata mengalir. "Jarang sekali aku melihatmu sepanik ini. Kamu marah? Kalau marah, lampiaskan saja padaku!"Melihat air matanya, Jason seperti melihat kutukan yang memaksanya melepaskan cengkeramannya. Namun, Rachel malah menangis semakin keras. Dia melangkah pelan, ingin mendekatinya.Jason justru mundur dua langkah, menghindari sentuhannya. Mata hitam legamnya redup, seperti tenggelam dalam kabut yang hening, memandang Rachel seperti menatap laut tanpa gelombang.Rachel terisak-isak. "Kamu bahkan nggak mau marah padaku? Kenapa kamu rela melakukan apa saja demi dia?""Kakakku bantu Janice cari apartemen, la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status