Share

Bab 590

Author: Danira Widia
Mendengar siapa orang yang datang, Rachel tersenyum pada pelayan. "Kita sudah kenalan lama, nggak perlu menunggu di aula utama. Tolong bawa mereka ke ruang tamu samping, sekalian siapkan teh dan camilan. Kami mau mengobrol."

Meskipun ruang tamu samping megah dan luas seperti aula utama, tempat itu lebih tersembunyi.

Pelayan itu pun menganggukkan kepala.

Rachel pergi ke kamar mandi sebentar baru pergi ke ruang tamu samping.

Begitu Rachel masuk, Fiona langsung berdiri dengan kesal. "Rachel, kenapa baru datang ke sini sekarang? Kita sudah duduk di aula utama, kamu malah menyuruh kita ke ruang tamu samping ini."

Rachel tidak menghiraukan Fiona dan langsung duduk di kursi utama, lalu menyesap teh bunga yang diletakkan di sampingnya. Setelah meletakkan cangkirnya, dia baru menatap Fiona. "Fiona, kapan kamu baru bisa mengubah sifatmu yang gegabah ini?"

"Apa ... maksudmu ini?" tanya Fiona sambil menatap Rachel dengan bingung.

Meskipun Rachel tidak menjelaskan maksudnya, Elaine yang duduk di sa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 591

    Fiona yang merasa makin marah pun langsung berkata, "Bukankah kamu juga memaksakan diri? Aku yang orang luar pun bisa melihat tatapan Pak Jason pada Janice itu berbeda, aku nggak percaya kamu nggak menyadarinya. Kamu bisa menikah dengan Pak Jason, kenapa aku malah dianggap memaksakan diri?""Aku dan Keluarga Luthan baru sepadan. Keluarga kita sudah mengenal selama bertahun-tahun, sudah saling memahami. Kenapa aku kalah dari Janice?"Mendengar perkataan itu, Rachel langsung terkejut dan wajahnya menjadi pucat.Melihat situasi itu, Elaine tidak menghentikan Fiona dan menikmati tehnya dengan tenang. Gadis ini sudah berani sok berkuasa di depannya, dia merasa sia-sia sudah mengurusnya selama bertahun-tahun. Dia membiarkan Fiona memaki agar Rachel sadar jika sekarang tidak berjuang untuk merebut, keberuntungan tidak akan tiba-tiba datang.Elaine berpikir untung saja Janice masih memiliki sedikit moral. Jika Janice benar-benar menganggukkan kepala, nasib wanita simpanan ini juga akan lebih b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 592

    Setelah menyadari Jason yang membantunya untuk menghubungi sekolah impiannya, keesokan harinya Janice langsung pergi mencari Landon dan menceritakan semuanya. Saat ini, mereka sedang berpacaran, sehingga dia tidak ingin Landon mengetahui hal ini dari orang lain. Terlebih lagi, dia tidak menipu Landon yang sudah sangat baik padanya.Setelah mendengar semuanya, Landon menyarankan agar Janice berbicara langsung dengan Jason. Sementara itu, soal sekolah ini menyangkut masa depan Janice, sehingga Janice tentu saja harus memilih yang terbaik.Namun, Janice tidak ingin bertemu dengan Jason, sehingga dia berpikir untuk meminta bantuan Norman menyampaikan pesannya.Begitu mendengar nama Norman, Zion langsung menawarkan diri untuk membantu. Namun, pesan sudah terkirim lebih dari sepuluh menit pun Norman masih tidak membalas."Pak Zion, apa kamu pernah menyinggung Pak Norman? Sebagai asisten, dia pasti selalu membawa ponselnya. Sudah sepuluh menit pun masih belum membalas, kemungkinan besar dia s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 593

    Melihat situasi itu, Arya memegang kepala karena kesal melihat Norman ini benar-benar mirip dengan Jason. Apakah mereka akan mati jika berbicara lebih banyak? Dia segera menjelaskan, "Dia hanya berharap kamu bisa melakukan apa yang kamu suka, bukan berniat ikut campur urusanmu."Janice tersenyum. "Pertama, aku ingin berterima kasih padanya. Kedua, aku berharap kalian bisa menyampaikan pesanku padanya juga, jangan mengirim orang untuk mengawasiku lagi."Dia tidak pernah memberi tahu siapa pun soal rencana studinya ini, sehingga Jason bisa mengetahuinya pasti karena telah mengirim orang untuk mengawasinya.Arya berkata dengan cemas, "Itu karena ...."Namun, Norman langsung menekan tangan Arya dan menyela, "Nona Janice, aku akan menyampaikan pesanmu, tapi kamu sengaja mencariku bukan hanya karena ini, 'kan?"Janice langsung meneguk teh karena merasa tenggorokannya kering, lalu berkata, "Pak Norman, kamu adalah orang yang paling memahami masa lalu kami. Kamu sendiri juga melihat bagaimana

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 594

    Di saat genting, tubuh Janice tiba-tiba ditarik ke dalam pelukan seseorang, lalu berguling ke tepi jalan. Teriakan panik dari para pejalan kaki bergema di sekelilingnya. Namun, yang terdengar di telinganya hanyalah suara napasnya sendiri dan sebuah erangan tertahan yang dipenuhi rasa sakit.Secara refleks, dia mencengkeram erat pakaian pria itu.Pria tersebut tampaknya menyadari ketakutannya, lalu mempererat pelukannya sedikit. "Jangan takut, ayo bangun dulu."Suara itu menyadarkan Janice. Dia mendongak dan menatap pria di depannya dengan perasaan campur aduk. Orang itu adalah Jason. Entah hanya perasaannya atau bukan, bibir pria itu tampak sedikit pucat."Kamu ...." Kamu baik-baik saja?Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, beberapa orang yang peduli segera datang untuk membantu mereka. "Kalian nggak apa-apa?"Janice menggeleng, tetapi kata-kata yang ingin dia ucapkan tetap tertahan di tenggorokannya.Saat menoleh lagi ke arah Jason, pria itu masih tetap tenang seperti biasa. Den

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 595

    Mereka berdua ternyata memang sekongkol.Jika dia benar-benar tertabrak hingga mati, kasusnya pasti hanya akan dianggap sebagai kecelakaan lalu lintas. Bahkan, karena dia yang dianggap menerobos jalur kendaraan bermotor, si pengemudi bisa mendapat hukuman yang lebih ringan.Itu akan menjadi kematian yang benar-benar sia-sia.Sambil merenungkan hal itu, Janice mendengar suara dua pria yang terjatuh ke tanah, mengerang dan memohon ampun dari dalam gang.Tampaknya semuanya sudah berakhir. Tanpa berpikir panjang, Janice segera berlari masuk ke dalam gang. Dia harus tahu siapa yang ingin membunuhnya.Namun, baru saja dia berdiri tegak, Arya dan Norman tiba bersama beberapa orang.Jason tidak memberinya kesempatan untuk bicara. Dengan tatapan tajam, dia menatap dua pria yang tersungkur di tanah dan berkata, "Urus mereka."Norman langsung memberi perintah agar mulut kedua pria itu ditutup dan mereka dibawa pergi. Melihat itu, Janice tidak bodoh. Dia langsung menyadari niat Jason."Kenapa kali

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 596

    Dalam keadaan linglung, tiba-tiba ada selembar tisu di depan Janice. Dia baru saja ingin menolak, tetapi setetes air mata jatuh ke punggung tangannya."Terima kasih," kata Janice dengan suara tertahan."Dia baik-baik saja, ayo kita keluar dulu," ujar Arya untuk menenangkan.Janice mengiakan, lalu berbalik. Sambil menghapus air mata dengan asal-asalan, dia berjalan cepat untuk keluar dari kamar tidur.Norman juga keluar bersama Arya. Wajah Norman tampak agak masam, tetapi profesionalismenya masih terjaga.Dia berjalan ke arah Janice, lalu berucap dengan nada penuh penyesalan, "Bu Janice, maaf. Aku seharusnya nggak bertindak gegabah."Janice menggeleng, lalu balik bertanya, "Orang seperti itu selalu ada di sekitarku?""Ya," jawab Norman. "Masuk ke dalam permainan itu mudah, tapi keluar sulit. Di dunia ini, hanya orang mati yang nggak menimbulkan ancaman."Mendengar itu, wajah Janice seketika pucat. Dia pikir selama dia menjauh dari Jason, segalanya akan kembali tenang. Ternyata nyawanya

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 597

    "Tapi ...." Janice menyela, "Intinya, kalau kejadian malam itu nggak pernah terjadi, semuanya pasti akan lebih baik."Selesai bicara, dia meletakkan cangkir teh, lalu berdiri dan mengambil tasnya."Sudah larut malam. Nggak baik kalau aku tetap di sini, aku pulang dulu."Tanpa memberi kesempatan Arya untuk berbicara, Janice langsung berjalan ke pintu dan mengganti sepatu.Tak disangka, Arya mengejarnya."Janice, kalau dia nggak menginginkannya malam itu, kamu pikir kamu bisa menyentuhnya? Kalau memang semudah itu, Vania punya 3 tahun kesempatan, tapi dia bahkan nggak berhasil satu kali pun."Janice yang memakai sepatu mematung sesaat. Namun, dia segera kembali bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan menunduk melanjutkan memakai sepatunya."Semua itu sudah berlalu.""Janice!" Suara Arya sedikit meninggi. "Kalau begitu, karena dia sudah menolongmu, setidaknya untuk malam ini tunggu sampai dia sadar baru pergi.""Aku ...." Janice baru saja ingin menolak, tetapi Arya mengeluarkan kot

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 598

    Di bawah langit malam dengan cahaya bintang yang redup, angin dingin berembus pelan. Di bawah lampu jalan vila, sebuah mobil melintas dengan cepat. Kepala pelayan Keluarga Hartono melirik sekilas, lalu segera berlari masuk."Nyonya Elaine, Pak Norman datang," lapor seorang asisten.Elaine yang sedang membaca dokumen lantas mengerutkan keningnya dan melirik sekilas ke arah kepala pelayan itu.Ekspresi asisten itu sedikit menegang, seolah-olah baru teringat pada sesuatu yang baru saja dia laporkan 10 menit yang lalu."Nyonya Elaine, dua orang itu nggak bisa dihubungi lagi.""Apa Janice dan Jason sudah bertemu?" tanya Elaine."Sudah, kami juga menerima foto sebagai bukti. Pak Jason sampai mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan Janice." Asisten itu menyerahkan foto.Elaine menatap foto itu sejenak, lalu mengangguk puas. "Bunuh saja mereka yang hanya bekerja demi uang itu. Nggak bakal ada yang mencari mereka. Setidaknya, tujuanku sudah tercapai."Asisten itu tampak sedikit cemas. "Kalau B

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status