Share

Bab 17

Gaya jalan centilnya sang anak, membuatku teringat dengan putri kecilku.

“Pasti ibunya cantik,” gumamku.

Pandanganku beralih ke wanita paruh baya yang ada di hadapanku, melihat raut wajahnya semakin panik.

“Bu, enggak usah panik, santai saja. Mas Arman, baik, ‘kan?” Aku meyakinkannya.

Dia menganggukkan kepala. Dia memiliki empat orang anak. Tiga laki-laki dan satu perempuan, tapi anak perempuannya meninggal saat berusia tujuh belas tahun. Di mana dia sedang duduk di kelas dua menengah atas akibat dari sebuah kecelakaan yang menimpanya.

Sejak itu suami Bu Endang sakit-sakitan karena putri semata wayangnya meninggal mendadak, di tambah lagi dia sudah mempunyai riwayat penyakit jantung.

“Bu, Aku pulang dulu, ya,” ucapku pada wanita itu sambil berjalan ke arah rumah.

“Tehnya enggak di minum dulu, Ya?” tanyanya.

Aku menghentikan langkahku, menoleh ke belakang lalu berjalan masuk lagi ke dalam rumah. Kupegang satu gelas teh lalu kubawa ke teras.

“Bu, kubawa pulang, ya, nanti kuantar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status