Share

Hamil

Author: Pendosa
last update Last Updated: 2024-09-02 16:08:40

"Silahkan dipilih, ini menunya." Nurmala menyerahkan menu makanan pada pengunjung restoran.

 

"Saya pesan Rice Bowl Beef Teriyaki, untuk minumnya Lemonade," pinta tamu restoran usai memilih menu makanannya. 

 

"Apa ada yang mau di pesan lagi, Tuan?" tanya Nurmala dengan ramah setelah menulis menu pesanan.

 

"Tidak, itu saja."

 

"Apa anda mau mencoba Dessert Box Summer Breze. Itu menu baru di restoran kami. Berisi buah-buahan segar, cocok sekali dinikmati setelah memakam makanan berat," Nurmala menawarkan hidangan penutup yang berisi buah-buahan segar.

 

"Boleh."

 

Dua minggu sudah berlalu, kini keadaan Nurmala mulai membaik. Ia tak mau terlalu larut dalam kesedihan. Masih banyak yang harus ia lakukan. Meratap tidak akan mengembalikan kesuciannya, meski hati masih terasa hancur, tapi masih banyak yang harus Nurmala lakukan daripada terus meratapi nasibnya.

 

Nurmala mengganti nomor kontak hp-nya agar Firman tak lagi bisa menghubunginya. Sudah satu minggu Nurmala bekerja di sebuah restoran ternama sebagai waiters. Kini, ia sedang menyajikan hidangan di atas meja untuk tamu elit.

 

Nurmala memasuki dapur, kemudian menyerahkan catatan menu pada salah satu Chef. Pram melambaikan tangan memanggil Nurmala. 

 

Nurmala pun mengangguk, lalu menghampiri Pram yang berdiri di sisi Laras, manajer restoran ini. Pram adalah Chef andalan di restoran tempat Nurmala bekerja.

 

"Nurmala, tolong kamu hidangkan makanan ini di ruang VIP." Laras menunjuk troli yang berisi makanan.

 

"Ingat, jangan sampai melakukan kesalahan sekecil apapun, karena mereka adalah tamu kehormatan dan salah satunya adalah pemilik restoran ini," perintah Laras dengan tegas.

 

"Baik, Bu." Nurmala mengangguk paham walaupun gugup, karena ia tak pernah tahu siapa pemilik restoran ini sebelumnya. Yang ia tahu, pemilik restoran ini memiliki banyak usaha dan salah satunya adalah restoran ini.

 

Nurmala mendorong troli makanan menuju ruang VIP untuk tamu khusus. Di depan pintu ruang VIP, ia menghela napas panjang. Entah kenapa Nurmala merasa gugup. Setelah cukup tenang, Nurmala mulai membuka pintu secara perlahan. Dengan kepala menunduk, Nurmala melangkah sembari mendorong troli makanan dan menggiringnya menuju meja yang di kelilingi oleh 5 pria yang mengenakan balutan blazer.

 

5 pria itu fokus membicarakan masalah bisnis, tak peduli dengan kehadiran Nurmala. 

 

Nurmala berdiri di samping meja, kemudian mulai menyajikan satu-persatu makanan di atas meja tanpa mau melihat wajah tamu yang sedang ia layani.

 

Aroma parfum yang sangat tak asing di indra penciuman Nurmala membuat jantungnya berdegup tak karuan.

 

Nurmala menoleh ke arah samping. Ia dan Alfian sama-sama terkejut saat kedua mata mereka saling beradu. Mata Nurmala mulai berkaca-kaca saat mengingat peristiwa tragis yang menimpa dirinya. Tangannya gemetaran seperti tak memiliki tenaga ketika melihat pria yang duduk di sampingnya. Dia adalah pria jahat yang sudah menghancurkan hidupnya.

 

Mangkuk berisi kuah panas di tangan Nurmala terjatuh di lantai hingga pecahan beling dan kuah berserakan di mana-mana.

 

"Hey, apa yang kau lakukan. Lihat, sepatuku basah karena kau tidak becus bekerja." Rekan bisnis Alfian membentak Nurmala sembari mengangkat kakinya, menunjukkan sepatu mahalnya yang basah akibat tumpahan kuah.

 

Nurmala hanya diam mematung dengan kepala menunduk, kakinya terasa berat untuk melangkah. Air mata menetes deras mewakili isi hati Nurmala. 

 

Alfian bergeming memperhatikan Nurmala dengan seksama. Nurmala sangat menyedihkan di mata Alfian.

 

"Gajimu saja tidak akan bisa mengganti sepatu mahalku. Kupastikan kau dipecat dari restoran ini," pria itu masih belum puas memaki Nurmala.

 

"Dia tidak akan dipecat. Aku yang akan mengganti sepatumu," ujar Alfian sembari menatap rekan bisnisnya dengan tatapan dingin.

 

"Oh, anda tidak perlu menggantinya. Wanita itu yang bersalah, seharusnya dia yang bertanggungjawab, bukan anda," pria itu berbicara dengan sopan pada Alfian, berbanding terbalik jika berbicara dengan Nurmala.

 

"Kontrak kerja kita batal, aku tidak bisa bekerja sama dengan orang sepertimu," keputusan Alfian membuat semua rekan bisnisnya membelalakkan mata karena shock.

 

"Loh, kenapa, apa salah saya?" tanya pria itu yang wajahnya sudah pucat. Ia akan mengalami kerugian besar jika Alfian membatalkan kerja samanya.

 

Nurmala mundur beberapa langkah dengan tubuh gemetaran, mencari kesempatan untuk bebas dari masalah ini.

 

Nurmala tidak menyangka akan bertemu dengan Alfian. Bayang-bayang perbuatan bejat Alfian kembali bergentayangan di ingatannya, membuat dada Nurmala terasa sesak. Padahal Nurmala ingin mengubur dalam-dalam kenangan pahit itu, tapi kenapa takdir kembali mempertemukan mereka. 

 

Nurmala berlari ke toilet setelah keluar dari ruang VIP. Nurmala menangis sejadi-jadinya di dalam toilet. Ia menutup mulut agar isak tangisnya tak terdengar. Nurmala sudah berusaha melupakan kejadian itu, tapi kenangan pahit itu masih terus mengusiknya. Membuat dada Nurmala terasa sesak, ini terlalu menyakitkan.

 

"Kenapa aku harus ketemu dia lagi?" gumam Nurmala sambil menangis tergugu. "Aku nggak mau ketemu dia lagi, Ya Tuhan,"

 

Nurmala menghapus air matanya setelah puas menangis meluapkan emosi. Nurmala keluar dari toilet, tak sengaja ia melihat Alfian yang baru saja keluar dari toilet pria berjalan menjauh.

 

Nurmala menahan langkah teman kerjanya yang baru saja keluar dari toilet. "Maaf, mau tanya. Kamu tahu siapa Alfian?"

 

"Pak Alfian yang baru saja keluar dari toilet ini maksudmu?" Pemuda di depan Nurmala menunjuk toilet pria.

 

"Iya." Nurmala mengangguk.

 

"Oh, dia pemilik restoran ini. Cuma tanya itu doang 'kan?"

 

"Iya." Pemuda itu pergi setelah Nurmala mengangguk.

 

Bahu Nurmala terkulai lemas. Kebetulan macam ini. Kenapa ia harus berputar di lingkaran yang sama. Mencari pekerjaan sangatlah sulit, tapi Nurmala tidak mau bekerja dengan pria yang sudah merusak hidupnya.

 

***

 

Setelah Alfian menyelesaikan masalah dengan rekan bisnisnya, ia pergi mencari keberadaan Nurmala. Matanya memindai setiap tempat, tapi tak kunjung menemukan orang yang ia cari.

 

"Maaf, bapak cari siapa?" Laras  tiba-tiba muncul mengejutkan Alfian, tapi Alfian tetap bersikap tenang.

 

"Nurmala," jawab Alfian singkat.

 

"Oh, dia sudah mengundurkan diri," jawab Laras.

 

"Kenapa?" kening Alfian berkerut saking penasarannya.

 

"Maaf, Pak, tapi dia menolak memberikan alasan. Mungkin saja karena dia sakit. Tadi, saya lihat dia gemetaran dan matanya sembab, seperti habis nangis." 

 

Alfian menghela nafas berat. Pikirannya bertanya-tanya, apakah Nurmala trauma karena perbuatannya? 

 

"Maaf, Pak. Kenapa anda mencari Nurmala?" Laras menatap Alfian dengan heran.

 

"Tidak apa-apa." Alfian pergi begitu saja tanpa memberikan jawaban. Alfian tak menghiraukan Nurmala karena merasa sudah membayar jasanya malam itu. Namun, kenapa Nurmala tak kunjung mencairkan cek yang ia berikan.

 

***

 

Satu bulan sudah berlalu setelah pertemuan Nurmala dengan Alfian. Selama 2 minggu ini, Nurmala bekerja sebagai pramuniaga di toko pakaian. Beruntung Nurmala masih memiliki ijazah SMA.

 

Nurmala tetap tinggal bersama dengan Ratna di kosannya. Untuk biaya sewa, mereka patungan agar bisa menekan biaya pengeluaran mereka. 

 

Entah kenapa beberapa hari ini kepala Nurmala sering pusing, tubuhnya sering meriang seperti orang yang sedang masuk angin. Padahal semalam Ratna sudah mengerok punggungnya.

 

Nurmala bekerja dari jam 10.00 WIB hingga jam 15.00 WIB, meski badannya tidak sehat. Ia tetap melayani pengunjung yang datang untuk membeli pakaian, walaupun kepalanya sering merasa pusing.

 

Nurmala pulang berjalan kaki untuk menghemat uang, jarak tempat kos dan kerjanya tidak terlalu jauh. Sesampainya di kosan, Nurmala langsung merebahkan diri di atas ranjang. Jujur saja, sampai detik ini hatinya masih terasa hampa. Ia masih trauma dengan kejadian itu, terlebih Nurmala harus kehilangan pria yang sangat dicintainya.

 

"Assalamualaikum." Ratna yang baru pulang mengucapkan salam.

 

"Wa alaikumsalam." Nurmala menyambut kedatangan Ratna dengan sebuah senyuman.

 

"Nih, aku bawa oleh-oleh buat kamu." Ratna memberikan satu bungkus makanan pada Nurmala.

 

"Kenapa mesti repot-repot, Na!" protes Nurmala.

 

"Jangan khawatir, ini gratis dari Farel. Kayaknya dia naksir kamu, deh." gadis berkaca mata tebal itu tersenyum jenaka menggoda Nurmala.

 

"Jangan ngawur kamu, Na,"

 

"loh, beneran. Dia minta nomor hp kamu terus, tuh. Kukasih ya?"

 

"Jangan macam-macam. Aku masih ingin sendiri, Na," rasa sakit Nurmala masih belum sembuh, tapi ia berusaha untuk tetap tegar. Meratap tidak akan mengubah segala yang sudah terjadi.

 

"Kok, bukan aku sih, yang cantik dan dikejar banyak cowok," keluh Ratna dengan wajah bersungut-sungut. Nurmala sangat cantik, banyak sekali pemuda di desanya yang memperebutkan cinta Nurmala, tapi Nurmala selalu menolak siapa pun yang datang mendekatinya, karena hatinya sudah terpikat pada Firman.

 

Nurmala hanya mengulas senyum menanggapi candaan Ratna. Ia membuka bungkusan makanan, tiba-tiba perutnya terasa seperti di aduk-aduk, ia langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.

 

Ratna mengejar Nurmala ke kamar mandi, lalu membantu memijat tengkuk Nurmala untuk meredakan mual yang sedang sahabatnya alami.

 

"Bau makanannya bikin aku mual, Na," keluh Nurmala. Hembusan napasnya sudah ngos-ngosan.

 

"Kok, bisa, sih. Padahal dulu kamu doyan makanan itu."

 

"Nggak tahu." Nurmala menggeleng. "Mungkin karena nggak enak badan," lanjut Nurmala. Keringat sudah membasahi wajah dan lehernya.

 

Nurmala kembali duduk di atas kasur lantai setelah menguras semua isi perutnya. Ratna menjauhkan makanan itu dari Nurmala, takut jika Nurmala kembali mual.

 

"Kamu Sakit, ya?" Ratna memeriksa kening Nurmala. "Tapi, nggak panas."

 

"Paling cuma masuk angin."

 

"Ayo, kita periksa ke dokter," ajak Ratna.

 

"Nggak usah, dikerok biasanya juga sembuh," Nurmala menolak. Untuk periksa ke Dokter, Nurmala harus mengeluarkan uang sebagai biayanya. Daripada uangnya digunakan untuk berobat, lebih baik uangnya ia berikan pada ibunya di kampung untuk tambahan biaya sekolah adiknya. Lagi pula minum obat warung sudah bisa sembuh.

 

"Takut sakitmu tambah parah kalau dibiarin."

 

"Aku cuma nggak biasa pakai AC, Na."

 

"Duh, gimana, ya. Kamu kerjanya ber-AC. Kalau cari kerjaan lain gimana?" usul Ratna.

 

"Sayang, Na. Gajinya lumayan, UMR. Lagian cari kerja 'tuh susah, aku cepat keterima kerja juga karena bantuan dari teman kamu."

 

"Iya, sih. Eh, tapi 'kok gejala yang kamu alami kayak orang hamil, ya," ujar Ratna dengan kening berkerut.

 

Nurmala membelalakkan mata mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Ratna. Tubuhnya seketika gemetar ketakutan memikirkan segala kemungkinan yang ada, tapi Nurmala tetap berusaha tenang. 

 

"Aku melakukannya cuma satu kali, jadi nggak mungkin aku bisa hamil. Iya, aku nggak mungkin hamil. Satu kali begituan nggak mungkin bisa hamil," Nurmala membatin. Ia mengsugesti dirinya sendiri agar tetap tenang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   Rian tertangkap

    “Baiklah, tapi kamu harus tegar dengan semua kemungkinan yang akan terjadi,” putus Alfian pada akhirnya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Kanaya.“Kita harus segera berangkat, aku takut jika Rian akan melarikan diri ke Singapura atau Malasya lewat jalur laut supaya tidak bisa dilacak.” Dimas yang sejak tadi hanya diam, akhirnya ikut bicara karena waktunya sangat mendesak. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk menyelamatkan putrinya.“Iya, orang suruhanku sedang menyiapkan helicopter untuk kita dan polisi juga mata-mata sudah berjaga-jaga di pelabuhan Batam untuk menangkap Rian, jika dia benar-benar akan kabur ke luar negeri lewat jalur laut.”“Jangan hanya di pelabuhan, tapi di penyembrangan illegal tempat biasa WNI illegal menyeberang ke Malasya dan Singapura juga harus dijaga dengan ketat. Aku yakin dia akan lewat jalur itu supaya tidak terlacak,” usul Dimas karena dia tahu ada tempat penyeberangan illegal yang biasanya dilewati oleh penyelundup narkoba.“Baik,” ja

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   Ingin Memeluk Kanaya

    Semua cerita yang keluar dari mulut Dimas membuat tangis Kanaya semakin pecah, wanita berkerudung coklat itu menangis tersedu-sedu di pelukan Nurmala karena sangat mengkhawatirkan keadaan putrinmya. Dia tidak menyangka, jika orang yang selama ini dia anggap sebagai orang baik adalah iblis berwujud manusia.“Rian marah padaku karena aku sudah membongkar kebusukannya pada atasanku, maka dari itu dia melampiaskan kemarahannya padaku melalui Tania.” Dimas menangis seperti anak kecil saat mengadukan semua keburukan Rian pada Alfian dan keluarga besarnya.“Benar-benar biadab.” Alfian mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, giginya sudah gemeretak menahan amarah yang meluap-luap di hatinya. Alfian tidak pernah menduga, ternyata Rian adalah manusia berhati iblis.“Tolong selamatkan putriku, aku aku tidak ingin kehilangan dia. Rian mengancam akan menghabisi Tania jika aku berani melaporkan perbuatannya ke polisi.” Dimas meminta bantuan pada Alfian untuk melacak pesan terakhir

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   TERBONGKAR

    Ada panggilan video call dari nomor Kanaya, Dimas pun segera menggeser tombol hijau. Wajah Tania yang penuh air mata langsung terpampang memenuhi layar hp.“Papa.” Tania menangis sesenggukan sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dimas sangat cemas saat melihat putri tercintanya menangis. “Kamu kenapa, Sayang?”“Mama mau nikah sama Om Rian. Aku nggak mau punya Papa yang lain, aku maunya cuma Papa.” Tania sedih melihat orang-orang sibuk mempersiapkan acara pernikahan Kanaya dan Rian besok lusa.”Kenapa Papa diam saja, kenapa Papa nggak cegah Mama nikah lagi? Kenapa Papa diam saja, Papa udah nggak sayang Mama lagi?” Omel Tania yang tak henti-hentinya menangis karena Dimas hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.Dimas menghembuskan napas dengan kasar tidak rela melihat hati putrinya terluka. Sebagai seorang lelaki, Dimas masih memiliki harga diri meski berulang kali mengemis cinta dan hanya mendapat penolakan, Dimas akan tetap berjuang untuk mendapatkan Kanaya dan melakukan

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   KORUPSI

    “Kamu nggak apa-apa ‘kan?” tanya Kurnia setelah melepaskan lengan Dimas.“Tidak apa, terima kasih.” Jawab Dimas, kemudian menghampiri Tania yang menatapnya dengan kesal.Kurnia terkejut melihat Rian ada bersama Kanaya. Kurnia tak mempedulikan Rian, dia lebih memilih menyapa Kanaya dan Nurmala dengan mengurai senyuman hangat sebagai salam perkenalan. Kanaya dan Nurmala pun balas tersenyum.“Bu, kenapa anda ada di sini?” tanya Rian dengan sopan saat melihat Bos-nya. Rian merupakan karyawan di perusahaan Manufaktur yang didirikan oleh keluarga Kurnia.“Saya temannya Dimas, kamu sendiri kenapa di sini?” Kurnia balik bertanya.“Oh, Tania adalah anak dari tunangan saya.” Rian melirik Kanaya sebagai isyarat jika Kanaya adalah calon istrinya.“Oh.” Kurnia hanya menganggukkan kepala, hatinya memikirkan kacaunya perasaan Dimas yang ada dalam satu ruangan dengan mantan istri dan calon suaminya.“Kalian saling kenal?” tanya Nurmala.“Iya, beliau anak dari perusahaan Manufaktur tempat saya bekerj

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   Penyesalan yang terlambat

    “Dimas memang mantan pacarku, tapi hubungan kami sudah lama berakhir jauh sebelum Dimas kenal sama kamu, itu pun karena aku mengkhianati Dimas dan hanya mengincar uang Dimas. Setelah itu, kami nggak pernah punya hubungan apa pun lagi.Setelah bertahun-tahun nggak ketemu, akhirnya aku ketemu Dimas lagi saat Tante Lilis kenalin aku sama kamu dan keluarganya untuk dijodohkan dengan Ardi. Dimas nggak pernah mengkhianati kamu, aku memfitnah Dimas karena Dimas bongkar keburukanku sama Ardi, makanya Ardi nggak mau nikahin aku. Aku juga yang buat laporan palsu ke polisi kalau Dimas itu pengedar narkoba, aku dan Tante Lilis yang sudah bersekongkol karena kami punya dendam pada Dimas. Kami menyuap para penegak hukum supaya Dimas mendekam lama di penjara.”Kejujuran Sonya terasa seperti tamparan keras yang memporak-porandakan hati Kanaya. Ia menatap Sonya dengan tatapan penuh luka bercampur marah, andaikan dirinya lebih percaya pada Dimas, tentu saja Tania tidak akan kehilangan kasih sayang seor

  • Pembantu Cantiknya Tuan Muda   KEBENARAN TERUNGKAP

    “Padahal sudah minum obat, tapi demamnya nggak turun-turun, Ma.” Kanaya mengadu pada Nurmala sembari mengompres kening Tania dengan handuk basah.Kanaya sangat khawatir karena sudah 7 hari ini Tania sakit, akan tetapi semakin hari kondisinya semakin memburuk. Mata Tania terus terpejam, sementara bibirnya selalu memanggil ‘Papa’.“Nay, sepertinya Tania kangen sama Papanya. Suruh Papanya ke sini siapa tahu Tania bisa cepet sembuh,” Nurmala tidak ingin melihat kesehatan cucunya semakin menurun karena merindukan ayah kandungnya.“Tidak ada ruang untuk pria itu di sini.” Ujar Alfian yang baru tiba di bangsal setelah pulang dari kantor.“Walau bagaimana pun Dimas adalah orang tuanya Tania, dia berhak tahu kondisi putrinya.”“Aku tidak mau pria itu memberi pengaruh buruk pada Tania.” Alfian masih belum bisa memaafkan pengkhianatan Dimas pada Kanaya di masa lalu.“Yang penting kita selalu mengawasi Tania dan mendidiknya. Dengan memisahkan Tania dan Dimas, itu sama saja kamu menyiksa Tania. Ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status