Malam penuh kenikmatan bersama wanita telah ia lalui, Barnard mengusap senjata yang baru saja ia ambil dari dalam laci, ia telah membersihkan dirinya namun wanita cantik yang bernama Flow masih terbaring di ranjang. "Bangun!" Barnard menggoyangkan tubuh Flow agar wanita itu terbangun namun wanita itu hanya bergumam tanpa membuka matanya. Barnard melempar beberapa uang di atas kasur beserta kartu nama dan alamat Nang Bey walaupun ia tahu jika wanita itu ke rumah Nang Bey maka wanita itu akan mendapatkan perlakuan yang sama. Barnard memilih keluar dari hotel, ia menerima panggilan dari Nang Bey kalau hari ini ia akan datang bertamu ke rumah saudaranya tapi hanya berdua saja dengan Barnard. Barnard sangat setuju karena ia mendapatkan bayaran yang cukup besar. 1000 dolar masuk ke dalam rekeningnya, itu membuat Barnard tersenyum puas. Barnard yakin kalau ia akan mendapatkan lebih banyak dari ini jika ia bisa menyenangkan hati Nang Bey setiap harinya dan melakukan pekerjaan sesuai perin
Bugh .... " Sialan! Kau tahu ini adalah pembunuhan yang paling bodoh ... argh ...." Nang Bey kembali menendang kepala Barnard. "Bangsat!" teriak Barnard lalu bangkit dari duduknya. Kesal, itu yang Barnard rasakan saat ini.Bahu Barnard di cekal oleh dia orang berbadan tegap dan gagah, dua laki-laki itu memperkuat cengkraman tangannya saat melihat Barnard ingin memberontak. "Sialan!" Napas Barnard terengah-engah, kedua tangan kekar yang mencengkram erat bahu Barnard memaksa Barnard untuk kembali berlutut di hadapan Nang Bey. Orang-orang kuat di sisi Nang Bey membuatnya kalah terlebih Barnard saat ini tidak menegang senjata."Kau membunuh Hiang tapi membiarkan anaknya hidup, apa kau ingin mati, Barnard!" bentak Nang Bey lagi saat melihat Barnard begitu berani menatap matanya. "Lihat ini!" Nang Bey melempar jas yang Barnard pakai sebelumnya. Terlihat jelas di sana ada satu alat pelacak di pakaian Barnard, jadi anak kandung Hiang saat ini sudah tahu kalau Barnard telah membunuh Hian
Sebulan lebih telah berlalu, Barnard kini sudah sembuh total. Beruntung Starla menyelamatkan dirinya kalau tidak maka ia telah musnah di tangan Jack. Barnard mengepalkan tangannya lalu datang ke tempat pelatihan ilmu beladiri terbaik yang ada di desa, cukup jauh dari tempat tinggal Nang Bey saat ini, bahkan Barnard tidak mengabarkan di mama dirinya berada saat ini pada Nang Bey. Barnard cukup lama berdiri menunggu waktu senggang dalam latihan mereka, dengan langkah ragu Barnard mendekat lalu menjabat tangan pelatih yang sedang memberikan arahan pada muridnya. Bukan di terima dengan baik, Barnard justru di banting oleh pelatih, harusnya anak-anak remaja yang belajar di tempat ini namun Barnard sudah terlihat dewasa tapi masih terlihat begitu lemah. "Salam guru." Barnard justru berlutut setelah bangkit. Kebetulan guru besar hadir saat ini di tempat pelatihan, jadi hari ini Barnard mendapat keberuntungan dari Tuhannya. "Ikut saya!" pinta guru besar sesaat setelah memperhatikan penam
Barnard berdecak kagum, semua ini seperti dalam mimpi namun derap langkah mendekati dirinya. Nang Bey mendekat ke arah rak buku yang Barnard masuki. Berlahan suara getaran dan gesekan terdengar, Barnard bersembunyi di balik sofa sambil menunduk, tubuh Barnard tidak dapat di lihat oleh Nang Bey karena Barnard mengenakan pakaian serba hitam, mungkin jika saat ini Barnard terlihat oleh Nang Bey tidak menutup kemungkinan Barnard telah pergi menghadap Tuhannya. "Mungkin semua pengawal pribadiku ditakdirkan mati di tanganku," ucap Nang Bey setelah itu ia terkekeh. Barnard mendengus kesal, ia mengepalkan tangannya. tidak ada yang Nang Bey maksud selain dirinya saat ini. Jack Marker benar-benar menginginkan Barnard mati mengenaskan di tangan Nang Bey kali ini. Mungkin Jack menyadari kalau kedua anak buahnya telah Barnard pukuli beberapa jam yang lalu, Barnard juga kini telah paham cara kerja Jack yang mempunyai banyak mata-mata. Kini Barnard jauh lebih hati-hati dalam melangkah dan mene
"Cepat cari tahu siapa yang telah menjual perhiasan hari ini." Nang Bey memberikan perintah pada karyawan toko. Emosinya meledak, rasanya Nang Bey ingin memporak-porandakan isi toko."Tidak bisa, Tuan. Itu adalah privasi pelanggan kami," ucap salah satu penjaga toko wanita sambil mengulas senyum tipis.Wanita cantik itu tahu seperti apa Nang Bey namun yang ia katakan adalah kebenaran. Tak lama setelah wanita cantik itu mengatakan hal demikian Nang Bey mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arah wanita itu lalu beralih ke pemilik toko yang berdiri tak jauh dari pelayan toko perhiasan. Semua terdiam kecuali pemilik toko yang mendekat ke arah Nang Bey, "kami akan menyelidikinya, namun jika kami tidak menemukannya, itu bukan kesalahan kami." Senyuman merekah di bibir Nang Bey, ia mengangguk lalu menurunkan pistolnya, pemilik toko menekan panggilan pada rekannya, proses pun berlangsung begitu lama karena harus menghubungi dari toko ke toko lainnya. ** Di tempat yang berbeda saat ini B
Mau tidak mau saat ini Barnard harus mengikuti George demi nyawa seseorang, entah kenapa dengan Flow ia begitu lemah padahal ia sudah terbiasa membunuh tapi tatapan Flow yang mengiba membuat Barnard kasihan pada wanita itu. "Kirim mobilku kesini!" perintah Barnard pada Edward. "sedang dalam perjalanan." Edward keluar dari rumah lalu menyalakan mesin motor kemudian pergi begitu saja.Kemarin ban mobil Barnard meledak karena George jadi George harus bertanggung jawab atas kesalahannya dan secepat mungkin membawa mobil Barnard ke bengkel tapi saat ini George sedang ada urusan jadi Edward yang akan menggantikan George sementara waktu. "Terus apa rencana selanjutnya," lanjut Barnard sambil menatap laki-laki yang pernah menjadi bosnya dulu sekaligus laki-laki yang ingin menghabisi nyawanya beberapa kali. Carlos tersenyum kecil saat melihat kesombongan pada diri Barnard saat ini, sebenarnya tanpa dirinya Barnard tidak akan sejauh ini. Mungkin juga tidak akan bertemu orang-orang kuat."Ki
Di kota kithe, Barnard berdecak kagum saat melihat rumah penjudi terkenal yang begitu mewah. "Kau yakin?" Edwar terihat ragu sesaat setelah menatap wajah Barnard yang terlihat begitu kaku. "Kenapa tidak? Semua akan baik-baik saja." Barnard terlihat begitu percaya diri. Sungguh saat ini Barnard tidak menyadari kalau pemain judi terbaik tidak pernah membagi trik bermain termasuk pada orang terdekat sekali pun. Hanya bermodalkan keyakinan, Barnard yakin akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Cukup lama Edward manatap Barnard hingga Edward memutuskan meninggalkan Barnard di depan rumah orang yang begitu asing. "Semoga berhasil!" Edward menepuk bahu Barnard lalu pergi begitu saja setelah Barnard mengangguk mantap. Barnard memantapkan langkahnya lalu berjalan menuju gerbang seseorang menatap ke arah Barnard tidak suka. Bagaimana pun dari perbedaan kulit saja mereka sudah tahu kalau Barnard bukanlah warga lokal. "Mau apa?" Bodyguard berbadan tinggi dan tegap menghalang tubu
BAB 21 Di dalam ruangan kedap udara, tempat berkumpulnya para penjudi. Barnard saat ini sedang memandang wajahnya di cermin. Banyak bekas luka di wajahnya, perlahan Barnard mengusap bekas luka itu lalu tersenyum kecil. "Starla," lirih Barnard nyaris tidak terdengar. Setelah dirinya puas mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk, kini Barnard kembali menuju meja di mana Xiauli berada. Bosnya itu sedang bermain trik bersama rekan lainnya. Barnard terperanjat saat seorang wanita menghalang dirinya dan langsung menyentuh dadanya. Barnard menatap lama wanita yang berubah drastis di hadapannya. "Starla," guman Barnard, sementara wanita cantik itu hanya mengangguk. Sedangkan dari kejauhan sepasang mata menatap lalu mengambil gambar dengan cepat, lalu pergi begitu saja, sementara Barnard masih terpaku manatap wanita yang pernah membuatnya jatuh hati. "Pergi! Aku ada urusan." Barnard mendorong sedikit tubuh Starla agar memberinya jarak untuk lewat namun Starla bergeming. Saat Barna