Share

Bab 3: Pertemuan

"Biarkan orang lain meremehkan kemampuanmu, asalkan kamu bisa buktikan bila kemampuanmu diatas mereka." 

-IRIS AGLAEA-

#

Alexiares Erebus—anak kedua dari tiga bersaudara, Ayahnya bernama Ares Eosforus dan Ibunya bernama Soteria Erebus.

Ares Eosforus adalah pengusaha pertambangan di benua australia, sedangkan ibunya Soteria Erebus adalah model Hollywood yang begitu terkenal di dunia entertainment.

Kakak Alex bernama Karme Eosforus dan ia tinggal Spanyol, Karme bekerja sebagai produser film di Spanyol dengan bayaran termahal.

Sedangkan adik Alex bernama Galena Ereforus telah meninggal diusia 15 tahun, karena kecelakaan.

Anak pertama keluarga Eosforus—Karme tidak mau melanjutkan bisnis ayahnya, Alexlah yang berusaha mengembangkan perusahaan itu hingga maju seperti sekarang.

Alex menuruni jejak ayahnya sebagai pebisnis, sedangkan Karme lebih menyukai bidang perfilman seperti sang ibu lain dengan Galena yang berbakat dalam hal musik.

"Lena, bersiaplah dendammu akan terbalaskan kepada Zeus." Alex tersenyum menatap foto gadis remaja yang ada ditangannya.

Selain persaingan bisnis, Alex memang memiliki dendam lain yang lebih besar kepada Zeus. Bahkan Alex bersumpah untuk membalaskan dendam itu demi orang yang sangat berarti bagi hidupnya.

#

Hari ini cuaca sedikit mendung, rintik hujan yang turun membasahi jalanan Los Angeles. Di tengah hujan rintik-rintik itu, Iris berjalan menggunakan payung berwarna biru dengan corak bunga mawar putih.

Jam lima pagi, Alex menelepon dan menyuruh Iris untuk datang ke mansion-nya. Iris mengunakan jaket hitam yang cukup tebal, ia melewati orang-orang yang berlalu lalang agar segera sampai ke tempat tujuan.

Ia berharap akan bertemu Nike dan Thalia di sana. Tapi, hujan sangat mengganggu langkah kakinya. Karena hujan mulai cukup deras, Iris pun memilih naik bis. Di dalam bis banyak sekali penumpang dan mereka berbisik-bisik saat melihat Iris masuk.

Iris pun menggerai rambut cokelatnya, agar menutupi wajah tirus yang menjadi pembicaraan itu. Sesampainya di mansion milik Alexiares, ia dihadang oleh empat bodyguard sekaligus.

"Nona Iris, bolehkah kami menguji kemampuanmu?" tanya bodyguard yang paling besar.

Iris berusaha masuk. Namun, mereka berempat menghalangi jalan, "Maaf, aku tidak memiliki urusan dengan kalian."

Akhirnya Iris terpaksa melakukan kekerasan kepada empat pria itu, karena mereka tidak ingin memberikan jalan untuk lewat.

"MINGGIR DARI JALANKU!" Iris sudah memberi peringatan. Tapi mereka tidak menggubris ucapan Iris.

BRUK.

Iris menendang perut body guard yang bertubuh gempal dan seketika bodyguard itu terjatuh.

"Woow," bodyguard itu terpukau dengan tendangan Iris yang kuat.

BUG.

Iris menonjok muka bodyguard bertubuh tinggi.

Salah satu bodyguard berambut keemasan menonjok punggung Iris dari belakang, seketika Iris terjatuh dan semua bodyguard itu pun tertawa.

"Gadis seperti inilah yang dipilih Mr. Alex? Hahaha begitu lemah," ucap salah satu bodyguard. Ia nampak meremehkan Iris yang seorang wanita.

"JAGA BICARAMU!" Iris berdiri dan menatap sinis ke semua bodyguard itu. Lalu ia menunjukkan pistol ditangannya. 

Iris berhasil membungkam mulut empat pria itu dengan senjatanya. Saat Iris terjatuh ia mengambil pistol yang ada disaku celana dan menodongkan senjata api itu kepada empat pria penjaga mansion Alexiares.

"Wah ternyata kau masih kuat juga untuk berdiri" body guard bertubuh tinggi itu menatap heran kearah Iris.

Iris yang begitu sigap, menendang bodyguard yang mengatainya lemah hingga terjungkal. Iris memang tidak main-main dalam menggunakan senjata api. Ia menembakan peluru ke langit dan membuat empat bodyguard itu terkejut.

Iris memukul, menendang dan menghajar semua bodyguard secara cepat, hingga mereka terjatuh, Bahkan Iris pun dapat mengambil senjata api milik body guard itu.

Terakhir, Iris menembakkan peluru ke tanah tempat body guard itu terjatuh. Mereka kembali terkejut dengan gadis bernama Iris. Iris menembakkan peluru ke sekitar kepala dan ketiak para bodyguard. Memang, Iris adalah penembak jitu yang handal. Ia tidak membuat empat bodyguard itu mati.

"Kali ini, aku ampuni nasib kalian! Tapi lain waktu, aku tidak akan membiarkan kalian lolos!" Iris menghentakan kakinya, lalu berjalan menuju pintu utama mansion Alex.

Ketika masuk kedalam mansion, Iris melangkah menuju kamar Alex. Baginya mansion ini adalah rumah sendiri, karena dari kecil, Iris sudah menikmati fasilitas keluarga Alex. Bahkan Iris hapal lika-liku mansion ini.

Tanpa permisi, Iris langsung masuk ke dalam kamar Alex. Iris melotot dengan kesal saat yang dicari tengah tertidur pulas di ranjang merah marun.

"BAJINGAN!" Iris menjewer telinga Alex. 

Seorang CEO nomor dua bisa sekonyol ini? sungguh keterlaluan. 

"Honey? sedang apa kamu di sini?" Alex mengucek matanya seperti balita yang menggemaskan.

Iris mulai murka, "Harusnya aku yang bertanya, kenapa jam 5 pagi kamu meneleponku dan bilang ada urusan penting!"

"Ooh, aku baru ingat," Alex mulai duduk dan memperhatikan Iris yang melipat kedua tangan di depan dada.

"Apa?" Iris benar-benar tak sabar.

"Nanti aku akan memberitahu kamu, sekarang aku tengah berpikir, apakah Zeus akan tertarik dengan gadis tomboy sepertimu?" Iris membelalakkan matanya mendengar ucapan Alex.

"Apa maksudmu, Alex?" Iris semakin kesal dengan manusia rupawan yang bertelanjang dada itu.

"Kamu tahukan, kalau mau memancing ikan harus ada umpannya?" Alex mengedipkan sebelah mata.

"Dasar brengsek!" Iris terbiasa berbicara non formal di luar kantor Alex. Namun, di dalam area kantor wajib memakai sebutan 'Mr. Alex'.

"Walau pun aku brengsek, kamu tetap bawahanku," Alex mengingatkan.

"Apa Nike dan Thalia ada di sini? Aku ingin bertemu dengan mereka," Iris langsung to the point.

"Mereka ada di Itali," Alex berucap dengan entengnya.

Amerika dan Itali itu cukup jauh dan Alex membiarkan dua remaja tinggal di sana? Itulah yang membuat Iris terkejut.

"Itali?" Iris merasa bingung.

"Yap, kemarin aku mengirim mereka ke mansion-ku yang ada di sana. Hidup mereka terjamin, bahkan aku telah memasukan mereka ke sekolah terbaik. Jadi, kamu bisa fokus dengan Zeus," Alexiares memang gila, seorang kakak tidak akan bisa tenang bila terpisah dari adiknya.

"Eeuh, dasar kejam!" Iris melempar bantal kearah Alex.

"Well, itulah sifat ku," Alex tersenyum bangga, seperti mendapat piala oscar.

"Hufft." Iris mendengus kesal.

"Okey, aku mandi dulu yak. Jangan kemana-mana!" Titah Alexiares.

Alex pun masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Iris berkeliling mengamati kamar Alex yang nampak tak ada perubahan.

Dulu, keluarga Ares Eosforus tinggal di mansion ini. Namun, saat Galena meninggal dunia, Soteria merasa kehilangan dan akhirnya meminta Ares untuk pindah rumah. Ares pun pindah ke Australia dan membuat bisnis baru yang lebih maju.

Sedangkan pada saat itu, Alex tengah berkuliah di LA. Alex ingin tetap tinggal di mansion ini, karena baginya kenangan apa pun itu harus disimpan sebagai cerita dimasa lalu.

Saat pertama kali Iris datang ke mansion ini, usianya baru enam tahun sedangkan usia Alex kala itu barulah sembilan tahun. Karme berusia dua belas tahun, dan Galena berusia dua tahun.

Karme begitu baik dengan Iris, setiap hari ia memberikan permen lolipop kepada Iris. Sedangkan Alex, malah tidak pernah berbicara dengan Iris. Alex menganggap kalau Iris lebih rendah darinya.

Namun ketika Alex dibully oleh teman sekelasnya, Irislah yang menolong Alex, dari kecil Iris sudah ditanamkan jiwa bela diri oleh ayahnya—Agon.

Maka tak heran bila Iris yang selalu melindungi Alex. Alex mulai terbuka dengan Iris, saat usianya 14 tahun. 

Alex mulai menyukai karakter Iris yang pemberani. Alex, dan Karme selalu ikut pelajaran bela diri dari Agon. Namun, mereka selalu kalah dari Iris.

Hingga di suatu hari, Alex berhasil mengalahkan Iris. Sejak saat itu Alex bersumpah untuk menyayangi Iris dan tidak akan berbuat kasar.

"Sedang apa Iris.?" Alex memeluk tubuh Iris dari belakang.

Sejujurnya dari dulu Iris sangat menyukai Alex, namun ia selalu mengubur perasaan itu, ia tahu kalau Alex selalu menjujung tinggi status sosial. Alex majikan, sedangkan Iris hanyalah pekerja.

"Menghirup udara segar," Iris berdiri di balkon, membiarkan rambut cokelatnya berkibar.

"Emm."Alex mencium leher Iris.

"Alex jangan kurang ajar!" Iris membalikan tubuhnya dan menampar Alex.

"Sakit Iris." Alex merengek.

"Hufft." Iris memutar bola matanya.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Alex.

"Sudah," Iris mendorong tubuh Alex jauh-jauh darinya.

"Sarapan apa?" Alex mulai melipat tangannya.

"Mie instan," Iris tersenyum kikuk.

"Jangan terlalu banyak makan- makanan instan" Alex mengingatkan.

"Ya seandainya aku bisa masak, aku tidak akan makan-makanan instan setiap hari," Iris terlalu jujur.

"Hahaha, sepertinya kamu harus belajar dari Mom Soteria," Alex menarik Iris untuk ikut dengannya.

"Jika dia kemari, aku akan memintanya mengajariku," Iris turun ke lantai bawah, tempat ruang makan.

"Aku mau sarapan dulu," Alex memanggil pelayannya untuk mengantarkan sarapan.

"Alex, aku tidak datang untuk melihatmu makan! Aku ingin tahu apa alasan kamu menyuruhku kemari!" Iris tidak terlalu suka menunggu.

"Zeus mencari asisten pribadi," ucap Alex sembari meminum segelas susu.

"Lalu?" Iris bertanya, karena ia masih kurang paham.

"Aku mau kamu mendaftar menjadi asisten Zeus," Alex menatap Iris dari bawah hingga atas.

"Namun sedikit perubahan, nampak dibutuhkan," Alex memiliki rencana yang bisa dibilang aneh.

"Jadi, aku harus mendaftar menjadi asisten Zeus? Kenapa tidak langsung saja aku datangi mansionnya, lalu menembakinya secara brutal?" Iris berfikir itulah rencana Alex, tapi kenyataannya salah.

"Itu terlalu berisiko untukmu, kita gunakan cara yang terlihat cantik. Aku beri waktu satu bulan untuk membunuh Zeus, tapi dengan cara yang lebih sadis," ucapan Alex semakin membuat Iris bingung.

"Jadi apa rencananya?"tanya Iris.

"Ikuti saja alur yang aku berikan, nanti kamu sendiri yang menjalankannya," Alex membuat teka-teki yang sulit ditebak.

"Ya sudahlah."

#

Cut me down 

But it's you who

have further to fall

Ghost town and

Haunted love

Raise your voice.

#

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status