Share

Bab 5: Curiga

Kitalah angin yang lembut bersuara, bagai napas yang menjelajahi bimbang, sehingga langit dipenuhi cahaya-cahaya redup, lalu datanglah cinta seperti gaung.

#

Iris menatap jarum jam yang berada di jam tangannya, kini sudah pukul 4 sore dan ia harus mencari taksi untuk sampai dirumahnya.

Awalnya Iris ingin menelepon Alex, tapi sialnya Apollo mengikuti Iris. Apollo ditugaskan oleh Zeus untuk membantu Iris membawa barang-barangnya ke mansion.

Tadi Zeus menawarkan Iris untuk memakai supir dan mobil miliknya, tapi Iris merasa itu akan sulit baginya untuk bertemu Alex. Iris menolak tawaran Zeus dan memilih naik taksi, tapi malah Apollo yang bertugas membantunya.

"Akan sulit mencari taksi di musim penghujan seperti ini Nona.." Apollo adalah penasehat Zeus, usianya 26 tahun, ia pun tidak kalah tampan dengan Zeus.

"Pasti ada disebrang jalan sana.." Iris menunjuk halte bis yang ada diujung jalan.

"Baiklah" Apollo berusaha menyamai langkah kaki Iris.

Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya sebuah taksi kuning berhenti tepat didepan Iris dan Apollo.

Mereka pun masuk kedalam taksi, dan di dalam taksi Apollo mulai membuka pembicaraan.

"Nona Iris tinggal dimana?" tanya Apollo.

"Nanti kau sendiri akan tahu, jaraknya memakan waktu 45 menit dari sini" Iris menatap Apollo dengan rasa curiga.

"Tadi saya sudah memberikan data pribadi anda kepada Mr. Zeus " gumam Apollo.

"Lalu? Apa saja yang kau ketahui?" tanya Iris.

"Seperti alamat, tanggal lahir, riwayat pekerjaan, riwayat pendidikan, dan kartu keluarga anda" ucap Apollo.

"Bagaimana bisa dalam waktu beberapa jam saja, kau mendapatkan informasi seperti itu?" tanya Iris dengan memincingkan matanya.

"Karna aku seorang intel yang bekerja sebagai penasehat Mr.Zeus" Apollo mengeluarkan kartu identitas yang menunjukan ia seorang intel.

"Ooh.." sebisa mungkin Iris menutupi ketakutannya.

"Apa benar Nona Iris anak kandung dari Agon Elpis dan Athena Gaia?" tanya Apollo.

'Sial, bagaimana ia bisa tau nama ayahku? Apa mungkin Apollo sudah mengenal Agon?'batin Iris.

"Tentu saja aku anak kandung Agon dan Athena. Kau fikir aku ini anak siapa?" Iris sengaja membohongi Apollo.

"Maafkan kelancangan saya, saya hanya berfikir bila anda mirip dengan seseorang yang saya kenal" ucap Apollo.

"Mungkin Tuhan menciptakan kembaranku dimuka bumi" Iris memutar bola matanya.

"Ngomong-ngomong kenapa kedua orang tua anda bisa meninggal?" tanya Apollo.

"Ibuku meninggal karna penyakit tumor otak, sedangkan Ayahku meninggal karna mobil yang dikendarainya terbakar" jawaban Iris membuat hati Apollo miris.

"Saya ikut turut berduka atas kejadian yang menimpa anda, lalu sekarang anda tinggal bersama siapa?"tanya Apollo yang mulai mengintrogasi.

"Awalnya aku tinggal bersama kedua adikku, tapi sekarang mereka mendapat beasiswa dan bersekolah diluar negeri" lagi-lagi Iris berdusta sedikit.

"Wow, berarti adik-adikmu sangatlah jenius" Apollo memuji kedua adik Iris.

"Mereka memang sangat rajin" gumam Iris.

30 menit kemudian, Iris meminta pak supir untuk berhenti didepan rumah bercat biru muda.

"Ini rumahmu?" tanya Apollo, yang tengah menatap rumah berlantai dua dengan dihimpit toko kue disisi kanana, dan toko mainan di sisi kiri.

"Yap, silahkan masuk" Iris masuk dengan diekori Apollo dibelakangnya.

Apollo duduk disofa biru yang ada di ruang tamu, sementara Iris berlari menuju kamarnya dilantai dua, ia mengambil beberapa potong kemeja panjang, dengan 5 rok pendek berwarna hitam.

Iris pun tak lupa membawa pakaian dalam, baju tidur, gaun santai dan celana jeans.

Mungkin untuk sekarang, baju adalah hal yang harus di utamakan Iris, untuk barang-barang intel sepertinya besok akan ia ambil.

Iris memasukan perlengkapannya kedalam koper berwarna cokelat tua, tak lupa make up, tas dan sepatu pun ikut dibawa.

Iris pun tidak mau memakai gaun terkutuk dari Alex ini, Iris mengganti dengan kemeja putih dan celana katun berwarna cokelat.

Setelah beres, Iris mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Alex.

'Alex, besok kita harus bertemu di Caffe dekat mansion Zeus pukul 10 pagi. Aku harap kau bisa datang, karna ada hal yang ingin aku bicarakan tentang rencana ini' itu lah isi pesan singkat yang diketik oleh Iris.

Setelah itu Iris turun dengan membawa satu koper cokelat yang berukuran cukup besar.

"Biar saya yang membawanya" ucap Apollo.

"Terima kasih" Iris memberikan koper itu kepada Apollo.

Setelah itu, Iris mengunci pintu rumahnya dan masuk kedalam taksi bersama Apollo.

45 menit kemudian Iris dan Apollo sampai di mansion milik Zeus.

"Aku rasa ini masih jam 6" ucap Apollo.

"Ya memang" Iris tersenyum sembari menatap jam tangannya.

"Sebaiknya anda segera beristirahat, sebelum makan malam tiba" saran Apollo.

Mereka pun masuk kedalam pintu utama dan berjalan ke kamar masing-masing.

Ketika Iris berjalan menuju kamarnya sendiri, ia bertemu majikannya Zeus.

"Mr.Zeus" tiba-tiba Iris merasa gugup ketika langkah Zeus berjalan mendekatinya.

"Emm, ternyata kau sudah pulang.."Zeus menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, aku hanya mengambil beberapa pakaian saja" ucap Iris sembari tersenyum kikuk.

"Ooh, sebaiknya kau istirahat" titah Zeus kepada Iris.

Setelah itu Zeus berjalan pergi meninggal Iris. Iris pun masuk kedalam kamarnya.

"Oh Tuhan, bagaimana bisa jantungku berdetak kencang seperti ini? mengapa aku selalu gugup bila berhadapan dengannya?" Iris berbicara sendiri sembari memegang dadanya yang berdetak maraton.

"Aku harus tenang, jangan panik.." Iris melempar kopernya keatas ranjang. Lalu ia masuk kedalam kamar mandi untuk membasahi tubuhnya yang lengket ini.

22 menit kemudian, Iris sudah rapih dengan balutan gaun santai. Awalnya ia ingin memakai baju tidur, tapi rasanya itu tidak pantas digunakan untuk makan malam.

Iris memoleskan lipstik merah muda dibibir manisnya. Setelah itu ia memberi sedikit bedak diwajahnya.

Bunyi dering ponsel menjadi pusat perhatiannya. Tertulis nama Muses dilayarnya.

"Hallo Iris.." sapa Muses dari sambungan telepon.

"Hai Muses, ada apa kau meneleponku?" tanya Iris.

"Aku hanya ingin memberi ucapan selamat.." ucap Muses dengan antusias.

"Selamat untuk apa?" Iris bingung dengan temannya ini.

"Selamat atas pekerjaan barumu, well bagaimana rasanya menjadi asisten Mr. Zeus?" Muses adalah orang yang selalu update tentang semua berita didunia ini.

"Oh ya ampun Muses, apa hanya itu kau meneleponku?" tanya Iris sembari tertawa.

"Iyalah Iris, bagaimana tidak? kau itu sahabatku yang mampu memikat hati Mr.Zeus dan membuat para kaum hawa patah hati. Sudah ku bilang, kau itu cantik! dan pasti akan mendapatkan pria yang lebih baik dari Alex" seandainya Muses tahu kalau ini adalah bagian dari rencana Alex, pasti dia tidak akan bicara seperti itu.

"Hahaha, kau ini terlalu berlebihan" ucap Iris.

"Jawab dulu pertanyaanku Iris, bagaimana rasanya satu rumah dengan Mr.Zeus?" antusias Muses memang tidak ada yang mengalahkan.

"Rasanya nano-nano" jawab Iris sembari menahan tawa.

"Ha? nano-nano?" Muses tidak paham dengan yang dimaksud Iris.

"Yap, dia itu membuatku gugup, tegang, takut, dan salah tingkah" Iris berdiri sembari memandangi cermin.

"Wah, sepertinya Mrs. Iris mulai jatuh cinta.." Muses meledek Iris.

Tok..tok..

Suara ketukan dipintu membuat Iris terkejut, ia pun melihat jam dinding yang menunjukan pukul 7 malam.

"Muses, sepertinya aku harus menutup teleponya, nanti aku akan meneleponmu lagi. See you" Iris tahu, bila diujung telepon Muses tengah memaki-makinya dengan kesal.

Iris membuka pintu kamarnya, ternyata Apollo yang mengetuk pintunya.

"Nona Iris, Mr. Zeus sudah menunggu anda diruang makan" ucap Apollo.

Iris pun mengangguk dan berjalan disebelah Apollo.

"Apa kau juga akan makan bersama Mr.Zeus?" tanya Iris.

"Dari dulu, saya selalu diajak makan bersama dengan Mr.Zeus, tapi ketika bersama rekan bisnisnya, saya selalu tahu diri dan memilih menjauh" jelas Apollo dengan senyuman.

"Apollo, apa kau merasa gugup didepan Mr.Zeus?" pertanyaan itu lolos dari mulut Iris.

"Aku selalu menganggap Mr.Zeus adalah adiku, yang harus dilindungi, ia pun selalu menganggapku kakaknya, jadi tidak ada lagi rasa gugup diantara kami" Apollo merasa bangga dengan senyuman manisnya.

"Ooh" Iris tersenyum.

Ketika diruang makan, mejanya cukup panjang dan dikursi paling besar, duduklah pria berambut kuning ke emasan.

Zeus duduk dengan mata yang menatap kearah Iris. Seketika Iris menunduk sembari berjalan perlahan.

"Duduklah" titah Zeus kepada Apollo dan Iris.

Apollo duduk dikursi sebelah kanan, sedangkan Iris duduk dikursi sebelah kiri Zeus.

Tak beberapa lama seorang koki datang sembari membawa makanan, diikuti pramusaji yang semuanya pria.

Iris pun barulah sadar, bila seisi mansion ini adalah pria. Dari mulai pelayan, body guard, koki, pramusaji, supir, dan penasehat.

Apa mungkin Zeus ini seorang gay? Itulah pertanyaan yang selalu terngiang diotak Iris.

#

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yohanes Alexsandro Bajoy
kemana penulis novel ini, ceritanya gak jalan
goodnovel comment avatar
Yohanes Alexsandro Bajoy
bang lanjut kok lama upload nya
goodnovel comment avatar
Yohanes Alexsandro Bajoy
cerita lanjutnya mana? kok lama terbit...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status