แชร์

Permulaan Baru

ผู้เขียน: Motaru
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-20 00:05:04

Aku sedikit mengendurkan cengkeramanku.

Hanya cukup untuk memberinya sedikit udara.

Anak harimau itu terbatuk.

Terengah-engah mencari napas.

Batuknya basah dan menyakitkan.

Seolah paru-parunya telah diinjak-injak.

Ia terhuyung ke tanah.

Menatapku dengan mata penuh teror.

Tubuhnya gemetar hebat.

Bulunya berdiri tegak seperti duri.

"Aagghhh... huff... huff... A-Aku... tidak bisa bernapas..."

Aku menyeringai.

Senyumku sekarang lebih dingin dari sebelumnya.

Seolah ditempa dari es.

"Dengar, anak harimau. Aku tidak akan membunuhmu... untuk sekarang."

Anak harimau itu menatapku.

Matanya menunjukkan secercah harapan bercampur ketakutan yang mendalam.

Kilasan singkat kelegaan melintas di wajahnya, sebelum teror kembali menguasai.

"Tapi," lanjutku.

Suaraku rendah dan mengancam.

Setiap kata seperti cambuk.

"Kau akan memberiku semua informasi yang kau punya tentang tempat ini. Semua yang kau tahu. Dan jika kau berani berbohong, atau mencoba kabur..."

Aku mendekatkan wajahku.

Noda darah sekarang terlihat jelas di bawah sinar rembulan.

Suaraku berubah menjadi bisikan mematikan.

"Aku akan memakanmu hidup-hidup. Dari cakar sampai ekor. Mengerti?"

Anak harimau itu mengangguk dengan panik.

Air matanya masih mengalir.

Membasahi bulunya.

"M-mengerti! Aku akan menceritakan semuanya! J-jangan... jangan bunuh aku!"

Bagus.

Pikirannya sudah hancur.

Itu hanya gertakan.

Tapi cukup untuk menaklukkannya.

Hukum rimba.

Yang kuat memangsa yang lemah.

Dan saat ini, akulah yang terkuat di antara kami berdua.

Ia akan menjadi alat yang patuh.

Aku melepaskan cengkeramanku sepenuhnya.

Anak harimau itu jatuh ke tanah.

Terbatuk dan terengah-engah.

Mengusap lehernya dengan cakar kecilnya.

Ia tidak mencoba lari.

Matanya terpaku padaku.

Penuh ketakutan dan kepatuhan mutlak.

"Bagus," kataku. "Sekarang, beri tahu aku. Di mana kita? Apa nama jurang ini? Apakah ada hutan di atasnya? Dan apa 'aura' yang kau punya ini?"

Anak harimau itu masih gemetar, tapi ia mulai berbicara.

Suaranya kecil dan ketakutan.

Nyaris seperti isakan.

"Ini... ini adalah Jurang Batu Hitam. Dan ada hutan di atasnya, namanya Hutan Bayangan Kuno. Aku... Aku tidak tahu apa itu 'aura', tapi kami, para binatang ajaib, bisa merasakan energi di udara. Itulah yang membuat kami kuat."

Setelah mendengarkan penjelasan itu, Chen Mo berpikir.

Energi?

Jadi ada energi di udara?

Bukan sihir, bukan teknologi, tapi... energi.

Sebuah pondasi baru.

Ini jauh lebih menarik dari yang kubayangkan.

Dunia ini menyimpan rahasia yang harus kuungkap.

Dia meletakkan tangan di dagunya.

"Bagaimana kau menjadi kuat dengan 'energi' itu?" tanyaku.

Mataku menyipit tajam.

Mengamati setiap detail ekspresinya.

Mencari tanda-tanda kebohongan.

Anak harimau itu menjelaskan, "Kami menyerapnya. Dari tanah, dari pepohonan, dari udara. Kami bermeditasi, dan energi itu masuk ke dalam tubuh kami. Itu membuat kami lebih besar, lebih cepat, dan beberapa dari kami bisa berbicara seperti aku. Ibu bilang itu disebut 'kultivasi'. Aku masih kecil, jadi aku hanya bisa berbicara sedikit."

Chen Mo berpikir sejenak.

Dan kemudian melanjutkan berbicara.

"Kultivasi. Jadi ada sistem kekuatan. Bukan hanya binatang liar biasa. Ini adalah dunia yang berbeda. Dunia yang bisa kupermainkan. Dunia yang bisa kutaklukkan. Jalan baru menuju puncak."

"Apakah semua binatang bisa berbicara?"

"Tidak! Hanya binatang yang sudah mencapai tahap tertentu. Aku... Aku masih sangat lemah. Ibu sangat kuat. Dia bisa menjelaskan banyak hal dengan lancar, dan Ibu punya cakar yang bisa membelah batu!"

Anak harimau itu berkata.

Bangga namun ketakutan.

Seolah memohon agar aku tidak meremehkan ibunya.

Ibunya.

Tentu saja.

Anak harimau ini terlalu kecil.

Ibunya pasti tahu lebih banyak.

Dan mungkin memiliki sumber daya yang lebih berharga.

Atau setidaknya, dia akan menjadi tantangan yang lebih menarik.

Sebuah langkah maju yang tak terhindarkan.

Aku berdiri.

Mengabaikan rasa sakit yang berdenyut di perut dan wajahku.

"Baiklah. Kau akan memimpin jalan. Ke sarang ibumu."

Anak harimau itu menatapku.

Lalu ke tebing.

Lalu kembali menatapku.

Seolah ingin memohon.

Tapi tatapan dingin di mataku mengunci semua protesnya.

Ia tahu tidak ada pilihan.

Ia tahu siapa yang memegang kendali.

Dengan langkah ragu-ragu, anak harimau itu mulai berjalan.

Memimpin jalan keluar dari jurang, menuju bukit yang ditunjuknya.

Aku mengikutinya dari belakang.

Bayangan monsterku yang panjang membuntuti tubuh kecilnya.

Hutan Bayangan Kuno menyambut kami dengan keheningan yang menipu.

Perjalanan terasa panjang.

Menanjak.

Dan tegang.

Anak harimau itu terus menoleh ke belakang.

Memastikan aku masih di sana.

Memastikan ancamanku masih nyata.

Aku hanya berjalan.

Mengamati setiap detail lingkungan.

Setiap jejak.

Setiap suara.

Aku merasakan energi samar di udara, persis seperti yang dikatakan anak harimau itu.

Itu seperti napas dunia ini.

Mengalir di antara pepohonan.

Meresap ke dalam tanah.

Sebuah denyut konstan yang belum bisa kuakses.

Energi spiritual.

Jadi ini yang mereka sebut kultivasi.

Aku harus mencari tahu bagaimana manusia menyerapnya.

Tubuh ini kosong.

Seperti wadah kering.

Tapi aku akan mengisinya.

Tidak peduli metodenya.

Dan binatang ini... ini adalah sumber informasi yang bagus.

Polos.

Tapi berguna.

Aku akan memeras setiap tetes informasi darinya.

Aku melihat berbagai tanaman dan hewan aneh yang belum pernah kulihat di Bumi.

Beberapa terlihat berbahaya.

Yang lain mungkin berharga.

Bunga herbal, buah beri yang menyebabkan keracunan, lumut penyembuh.

Info dasar, tapi berguna untuk bertahan hidup.

Aku merekamnya dalam ingatanku.

Mengategorikan potensi manfaat dan bahayanya.

Dunia ini penuh potensi.

Dan bahaya.

Sama seperti Bumi.

Hanya dengan aturan yang berbeda.

Dan aku akan menguasai aturan ini.

Aku akan menjadi predator puncak.

Tidak peduli seberapa besar mangsanya.

Bahkan jika mangsa itu adalah seorang dewa.

Anak harimau itu memimpin jalan dengan patuh.

Sesekali melirik ke belakang dengan ketakutan di matanya.

Aku tahu ia ingin lari, tetapi ancamanku mengikatnya lebih erat daripada rantai baja.

Ketakutan adalah pengikat terbaik.

---

Cahaya sore menyinari.

Akhirnya, setelah berjalan cukup lama, kami tiba di sebuah gua tersembunyi di antara pepohonan besar.

Ditutupi semak belukar tebal.

Dan tebing yang menjulang tinggi sepertinya mengapit gua itu.

Aroma binatang yang lebih kuat tercium keluar.

Jauh lebih pekat dari aroma anak harimau itu.

Dari dalam gua, terdengar suara napas yang dalam dan berat.

Sebuah geraman.

Memenuhi udara dengan getaran yang bisa kurasakan di tulang-tulangku.

Anak harimau itu berhenti.

Tubuhnya gemetar hebat.

Menatap gua yang gelap dengan ketakutan yang luar biasa.

Seolah itu adalah gerbang menuju neraka.

"Ini... ini sarang kami," bisiknya.

Suaranya nyaris tidak terdengar.

Hampir seperti isakan.

Dari dalam kegelapan gua, sepasang mata kuning keemasan tiba-tiba terbuka.

Jauh lebih besar dan lebih intens dari mata anak harimau itu.

Sebuah geraman rendah, penuh peringatan dan kekuatan, bergetar di udara.

Membuat tanah berguncang di bawah kakiku.

Raungan itu bukan hanya suara.

Itu adalah pernyataan kekuatan.

Peringatan untuk menjauh.

Sebuah kekuatan yang bisa kurasakan, meskipun samar.

Grrrrrrr!

Ibu harimau itu.

Dia merasakan kehadiran kami.

Dan dia tidak senang.

Aku menyeringai.

Senyumku sekarang penuh antisipasi dan berkata dalam hati.

Akhirnya.

Permainan yang sesungguhnya dimulai.

Mari kita lihat seberapa kuat 'ibu' ini.

Dan seberapa banyak yang bisa kuambil darinya.

Ini hanyalah mangsa pertama.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Kekuatan Baru

    "MATI!" teriak Chen Mo.Seringainya tampak gila.Ular itu menerjang.Menyemburkan racunnya yang ganas.Chen Mo menghindar dengan teknik lincah yang ia kuasai dari kehidupan sebelumnya.Lalu dengan cepat menarik kakinya yang tertanam di tanah.Sebuah panah batu besar, sekitar 1,5 meter panjangnya, melesat seperti kilat.Panah itu menembus kepala ular ketiga.Mengakhiri hidupnya seketika.Salah satu kepala lainnya sekarang buta.Dan kepala terakhir tampak sangat lemah, terhuyung-huyung.Uaagghhhh!Teriakan penderitaan ular itu menggelegar.Kepala ular yang tersisa, matanya yang buta menatap Chen Mo, berbicara."Mengapa kau melakukan ini? Apakah kita punya dendam?"Suaranya adalah trik.Upaya untuk membuatnya lengah.Chen Mo tidak memercayai kata-kata ular itu.Naluri-nalurinya berteriak.Racun itu masih menyebar dengan cepat.Tanpa ragu, dia mengambil Qi-Slaying Blade.Mengarahkan ujungnya ke lengan kanannya.Yang sudah berkarat dan mengelupas hingga ke siku.Swaaasshh!Suara desisan ta

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Bertemu Beast Ular

    Pagi datang begitu cepat.Membawa sebuah kenyataan aneh bagi Chen Mo.Luka jahitan di perutnya terasa jauh lebih baik.Bukan lagi rasa sakit yang menusuk.Melainkan sensasi menarik yang samar.Ini adalah bukti bahwa tubuh barunya, entah bagaimana, memiliki kemampuan regenerasi yang tidak wajar.Di dalam gua yang terbentuk di balik bukit Hutan Bayangan Kuno, Chen Mo memandang langit."Jadi, ini bukan mimpi. Realitas baru, yang lebih kejam, tetapi juga penuh peluang. Aku punya artefak ini, meskipun aku belum sepenuhnya menguasainya."Dia meremas gagang pedang hitam di tangannya."Aku ingat teknik pedang dari Bumi. Mereka pasti berguna di sini. Tapi aku tidak bisa menunjukkannya. Mereka akan curiga."Malam sebelumnya, dia terpaksa tidur di luar gua.Udara dingin menusuk kulitnya.Tetapi tidak berdampak apa-apa baginya.Dingin itu hanya sensasi, tidak lebih.Chen Mo berjalan keluar gua, membawa pedangnya.Dia duduk di bawah pohon besar.Bayangan daun-daun raksasa menari di kulitnya.Tatap

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Langkah Awal

    Ekspresiku tetap netral.Sedikit kerutan di alisku pura-pura kebingungan."Dantian? Aku... aku tidak tahu apa itu. Apakah itu sesuatu yang seharusnya dimiliki manusia?"Aku menjaga suaraku tetap lembut.Bingung.Dengan hati-hati menumbuhkan persona pendatang baru yang bodoh.Mei mengawasiku.Suara internalnya bergema, campuran kejutan dan perhitungan yang semakin besar.'Dia benar-benar tidak tahu. Seorang manusia tanpa dasar kultivasi. Namun, dia bertahan dari intimidasi. Dia tidak bergeming di hadapan cakarku. Yang satu ini berbeda. Sebuah kanvas kosong, tetapi dengan kemauan yang kuat. Mungkin, alat yang unik.'Tatapan Mei menajam.Sedikit kecurigaan, seperti bayangan samar, melintasi mata emasnya.Dia mengulurkan tangan.Jari-jarinya yang ramping, dengan kuku pendek dan tajam, melayang di dekat dadaku.Aku tidak bergeming.Aku merasakan gumpalan energi yang samar dan dingin menyapu kulitku.Menyelidiki.Itu tidak menemukan apa-apa.Sama sekali tidak ada."Memang," gumamnya.Suaran

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Perubahan

    Harimau betina itu mendengus.Seolah geli dengan rasa ingin tahuku."Tentu saja. Sebagian besar manusia terlalu lemah dan bodoh untuk bertemu binatang seperti kami di tahap ini. Apa yang ingin kau ketahui, Xiao Bai?"Aku mulai bertanya.Berfokus pada kultivasi binatang."Bagaimana binatang bisa menyerap energi? Apakah ada tahapannya? Apa yang terjadi jika seekor binatang mencapai tahap yang sangat tinggi?"Harimau betina itu, mungkin bangga dengan pengetahuannya atau hanya ingin memamerkan kekuatannya kepada 'manusia lemah' ini, mulai menjelaskan.Suaranya dalam dan berwibawa."Kami, para binatang, menyerap energi spiritual dari alam. Dari hutan, dari sungai, dari bebatuan. Kami tidak memiliki Dantian seperti manusia; kami membentuk Inti Binatang di dalam tubuh kami, seperti meridian yang mengumpulkan energi. Ini adalah jalan kami menuju kekuatan tertinggi."Dia melanjutkan."Di tahap awal, kami adalah Binatang Spiritual. Kami mulai menyerap energi, tubuh kami menjadi lebih kuat, indr

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Gua Harimau

    Sore itu, bayangan panjang mulai merayap di atas Bukit Sarang Harimau.Membentang dari tebing kokoh yang mengapitnya.Udara, yang panas menyengat beberapa saat lalu, kini dipenuhi angin sejuk.Membawa aroma tanah lembap dan dedaunan hutan.Namun, keheningan yang seharusnya membawa kedamaian justru hancur.Oleh aura dominasi dan amarah murni yang membekukan darah.Dari pintu masuk gua yang gelap, sepasang mata emas tiba-tiba terbuka.Jauh lebih besar dan lebih intens dari mata anak harimau.Memancarkan kilau yang mengancam.Grrrr... Rroarr!Raungan itu membelah udara sore.Bukan hanya suara, tapi gelombang kekuatan murni yang menghantamku.Tanah bergetar di bawah kakiku.Dan getaran itu menggerogoti tulang-tulangku yang masih lemah.Harimau betina itu melangkah keluar dari kegelapan.Tubuhnya menjulang tinggi.Jauh lebih besar dari yang kubayangkan.Otot-ototnya bergelombang di bawah bulu oranye-hitam yang berkilau.Memancarkan kekuatan primal.Setiap langkah adalah bunyi gedebuk yang

  • Pembunuh Dewa Penentang Surga   Permulaan Baru

    Aku sedikit mengendurkan cengkeramanku.Hanya cukup untuk memberinya sedikit udara.Anak harimau itu terbatuk.Terengah-engah mencari napas.Batuknya basah dan menyakitkan.Seolah paru-parunya telah diinjak-injak.Ia terhuyung ke tanah.Menatapku dengan mata penuh teror.Tubuhnya gemetar hebat.Bulunya berdiri tegak seperti duri."Aagghhh... huff... huff... A-Aku... tidak bisa bernapas..."Aku menyeringai.Senyumku sekarang lebih dingin dari sebelumnya.Seolah ditempa dari es."Dengar, anak harimau. Aku tidak akan membunuhmu... untuk sekarang."Anak harimau itu menatapku.Matanya menunjukkan secercah harapan bercampur ketakutan yang mendalam.Kilasan singkat kelegaan melintas di wajahnya, sebelum teror kembali menguasai."Tapi," lanjutku.Suaraku rendah dan mengancam.Setiap kata seperti cambuk."Kau akan memberiku semua informasi yang kau punya tentang tempat ini. Semua yang kau tahu. Dan jika kau berani berbohong, atau mencoba kabur..."Aku mendekatkan wajahku.Noda darah sekarang t

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status