Di area drop-off, dua mobil sudah terparkir. Mobil Devan berada paling depan, sementara mobil Mayang sedikit ke belakang. Tanpa banyak basa-basi, Devan membimbing Luna masuk ke mobilnya sendiri, memastikan Luna nyaman sebelum menutup pintu. Mayang melambaikan tangan sebelum berjalan ke mobilnya.Sementara beberapa meter dari mobil Devan, mata Arkana menatap gelap penuh kebencian pada Devan dan Luna. Harusnya tadi Luna meninggal tertabrak oleh mobilnya, tapi entah kenapa ada mobil lain yang tiba-tiba melaju dari arah berlawanan yang membuat rencana Arkana untuk merenggut kehidupan mantan istrinya menjadi gagal.Dia datang ke rumah sakit karena mendapat kabar kalau 5 jam yang lalu Amel melahirkan. Dia baru pulang dari luar kota, sehingga baru sampai di rumah sakit setelah 5 jam menerima kabar kelahiran anak pertamanya dengan Amel. Tapi entah kenapa dia tidak merasa bahagia sama sekali mendengar kabar Amel sudah melahirkan. Dia justru terfokus pada mantan istrinya. Benaknya terus menyus
Devan tiba di lobi rumah sakit dengan napas memburu. Bajunya masih belum sempat ia rapikan setelah panik meninggalkan mobil. Ia hampir saja menabrak pintu otomatis karena terlalu terburu-buru. Begitu lift terbuka, ia langsung melesat masuk. Jari tangannya bahkan sempat gemetar ketika menekan tombol lantai yang diberitahukan Mayang. Benaknya membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada Luna — Luna sedang kesakitan, Luna pasti menangis, atau Luna terbaring tanpa suara. Ia tidak pernah seketakutan ini sebelumnya dalam hidupnya.Begitu tadi menerima telepon dari Mayang, seluruh fokusnya hancur berkeping-keping. Meeting sudah tidak penting baginya. Janji dengan teman baiknya untuk hadir sampai di akhir meeting menguap begitu saja. Tidak ada lagi hal lain yang mampu bersaing dengan kecemasan di dalam hatinya. Luna adalah sumber kebahagiaan untuk hidup Devan saat ini. Dan ketika sumber kebahagiaan itu terguncang, seluruh dirinya ikut hancur.Lift terasa berjalan terlalu lambat. Kakinya seak
Niat untuk berendam bersama dengan air hangat di bak mandi harus tertunda karena Luna mual. Rencananya sejak tadi sore adalah menghabiskan malam dengan tenang setelah hari panjang di kantor dan perjalanan dari makam. Tapi tiba-tiba saja perut Luna bergejolak hebat membuatnya harus memuntahkan isi perutnya.Luna menunduk di wastafel, memuntahkan semua yang ia makan tadi di mal sampai tubuhnya sedikit gemetar.Luna terus memuntahkan isi perutnya, dan Devan berdiri di sampingnya tanpa bergerak sedikit pun. Ia tidak menunjukkan rasa jengkel atau jijik, justru terlihat semakin khawatir. Satu tangannya menyentuh dahi Luna. Tangan lainnya merapikan anak rambut yang menempel di pipi Luna karena keringat.“Sana, Mas,” ucap Luna pelan sambil mendorong tubuh Devan agar menjauhinya. Ia takut Devan jadi jijik padanya. Perasaannya tak menentu. Baru saja tadi sore mereka tertawa akan mencoba lingerie yang dibeli tadi, lalu malamnya berubah jadi begini. Ia takut Devan risih melihat kondisinya.“Ngapa
“Mas, aku masih punya banyak lingerie yang layak pakai kok,” ucap Luna. Semoga ucapannya ini membuat Devan membatalkan niat untuk mengajaknya membeli lingerie lagi. Tapi nyatanya ga ngefek tuh. “Tapi aku mau kamu pakai yang baru, sayang,” jawab Devan. Luna tak lagi membantah, karena dia yakin semakin dirinya menolak, semakin tidak ada gunanya.Mereka tiba di mall sekitar pukul enam sore. Dan di tempat itu masih cukup ramai. Devan menggenggam tangan Luna sejak mereka turun dari mobil. Keduanya masuk ke dalam sebuah butik pakaian dalam merek terkenal di dunia. Mereka langsung diarahkan menuju ruangan untuk pengunjung VIP.“Ada yang bisa kami bantu, Bu?” Salah satu pelayan di butik itu bertanya pada Luna.Belum sempat Luna membuka mulut, tiba-tiba suara Devan terdengar. “Ambilkan lingerie keluaran terbaru. Bawakan semua model terbaru yang ada di butik ini.”Mendengar ucapan Devan, pelayan butik itu matanya berbinar, “Baik, Pak. Mohon tunggu sebentar,” jawab sang pelayan butik. Wajah
Saat Bu Yuli memaksa ingin melihat perut sang menantu, wanita itu justru pura-pura mual. “Sebentar, Bu, perut Amel mual banget.” Tanpa menunggu tanggapan dari sang ibu mertua, Amel langsung berjalan cepat menuju ke lantai 2. Jantungnya berdebar dengan kencang, jangan sampai kebohongan yang selama ini ia tutupi terbongkar begitu saja.BraaaakAmel menutup pintu kamarnya. Namun sang mertua semakin dibuat curiga. Pertanyaan Arkana kembali terngiang-ngiang dalam benak Bu Yuli. Arkana pernah bertanya, apakah wanita hamil tidak bisa berhubungan badan? Sejak hamil sampai detik ini Arkana mengaku belum pernah diizinkan menyentuh Amel. Amel selalu beralasan kalau dia takut keguguran. Sementara Arkana sudah lama sekali menunggu bayi ini. Karena itulah Arkana menuruti permintaan Amel, dan memilih menyentuh perempuan lain untuk menyalurkan nafsunya. Bahkan mereka tidur di kamar yang terpisah. Apakah ini bawaan janin dalam rahim Amel, atau ada hal lain yang membuat Amel seperti ini? “Masa ora
Pertemuan di lingkungan RT itu awalnya berjalan aman. Semua warga duduk rapi di kursi yang disusun di tempat pertemuan. Bahasan mereka terkait, soal kebersihan, iuran bulanan, dan aturan jam malam untuk anak-anak muda. Tak ada yang aneh, sampai rapat selesai dan beberapa ibu-ibu mulai bergerombol di tempat yang sama, termasuk Bu Yuli dan Amel.Nyonya Wijaya sebenarnya sudah berniat pulang lebih dulu. Tapi baru saja ia berpamitan, salah satu tetangganya yang dikenal paling cerewet mendekat. Dengan suara yang sengaja dibuat lantang, ia berkata, “Saya dengar pacarnya Nak Devan itu mantan istrinya Arkana, ya, Nyonya?”Beberapa kepala langsung menoleh. Suasana yang tadinya hangat, tiba-tiba jadi berubah serius.Nyonya Wijaya menatap si ibu dengan senyum kecil. “Sepertinya mereka belum pacaran. Tapi kalau Devan dan Lunanya mau, ya nggak masalah. Saya akan merestui siapa pun perempuan yang dibawa pulang oleh Devan. Tapi untuk sekarang, status mereka masih atasan dan bawahan.”Suaranya datar