Share

153

Author: sidonsky
last update Last Updated: 2025-10-26 22:41:47

Jika kalian berpikir adegan selanjutnya adalah Nora dan Dirga yang menikmati nasi goreng gila Mas Budi di tengah canda tawa, maka kalian sama sekali salah. Malam itu, ruangan di lantai paling atas Ardawijaya Group berubah menjadi medan perang yang sunyi.

Lihatlah bagaimana Nora menghujani Dirgantara dengan tatapan menusuknya, dingin dan tajam seperti belati es. Kedua tangannya dilipat di depan dada, menciptakan barikade tak terlihat di antara mereka. Kepergian Agatha tidak menyurutkan amarahnya; justru meninggalkan luka yang masih terasa perih di udara, membuat suasana begitu menyayat hati.

"Nora, kamu tahu saya tadi berusaha melepaskan pelukan itu, kan?" suara Dirga terdengar, begitu hati-hati sembari melangkah mendekati Nora seperti mendekati hewan yang terluka. Ia berusaha mengusap kedua sisi bahu Nora, sebuah gestur yang biasanya mampu menenangkan.

Tapi malam ini berbeda. Nora melangkah mundur, gerakan kecil namun begitu keras, membuat Dirga membuka mulutnya terkejut. Untuk pertam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   160

    "BAGAIMANA BISA?!"Suara Dirga yang menggelegar memecah keheningan ruang tengah yang megah dan mencekam. Dari balik selimut tipis yang diberikan salah satu pelayan, dan segelas lemon hangat dalam genggaman yang terasa dingin, tubuh Nora terlonjak kaget. Awalnya, ia sudah diminta untuk masuk ke dalam kamar, untuk membiarkan Dirga mengurus masalah ini, melindunginya dari kengerian yang akan terjadi. Namun sekali lagi, bukan Nora namanya jika patuh pada perintah yang ia anggap sebagai upaya untuk menyisihkannya.Ia memutuskan untuk duduk di ruang tengah, di kursi makan yang terasa terlalu besar dan dingin, menyaksikan pemandangan yang jarang terlihat: Dirga, sang penguasa, tengah berjalan mondar-mandir di hadapan belasan pengawalnya yang berjejer rapi dengan kepala tertunduk dalam-dalam, seperti prajurit yang menunggu eksekusi."Saya bayar kalian buat apa kalau menjaga rumah saya saja kalian tidak becus?!" nada Dirga menurun, namun lebih berbahaya dari teriakan. Ia mengingat saat ini No

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   159

    Makan malam itu berlangsung tanpa ada drama lanjutan. Di bawah cahaya redup restoran mewah dan pengawalan ketat, Nora berhasil menarik kembali kewarasan Dirga. Ia membuat lelaki itu tersenyum, tertawa kecil saat Nora menceritakan bagaimana Deanda, atasannya yang galak, kini berubah menjadi begitu baik kepadanya. Tak ada lagi nada keras, tak ada lagi amarah yang dahulu sering seperti ingin menelan Nora hidup-hidup. Dirga mendengarkan dengan antusias, matanya yang tadinya gelap dan jauh kembali bercahaya, meski Nora tahu itu hanya lapisan tipis di atas kegelutan yang ia sembunyikan."Mas Dirga beneran jadi negur Bu Deanda?" tanya Nora penasaran, sambil menyecap winenya.Jawaban lelaki itu hanya singkat, "Mungkin sekarang dia sudah melihat potensi di dalam diri kamu."Kebohongan kedua setelah jawaban 'Saya baik-baik saja' malam ini. Nora bisa merasakannya, sebuah getaran halus tidak jujur di balik suara Dirga yang tenang. Tapi Nora membiarkan hal itu, ia tidak ingin membuat Dirga kemb

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   158

    Nora masih memegangi bibirnya, merasakan sensasi hangat dan sedikit bengkak yang tertinggal dari lumatan Dirga tadi pagi di dalam lift. Rasa itu begitu kuat, seperti sebuah tato tak kasat mata yang melekat di ingatannya, menolak untuk pudar. Bahkan saat Deanda, mentornya, tengah menjelaskan dengan detailnya tentang strategi pemasaran untuk buku terbaru dari penulis pemenang penghargaan, Nora tidak bisa fokus. Matanya menatap layar laptop, tapi pikirannya melayang jauh, kembali ke kaca lift yang memantulkan wajah mereka dan ciuman yang menghisap seluruh akal sehatnya.Sebuah kebiasaan buruk yang sulit untuk dirubah, melamun di tengah rapat penting."Nora?"Lamunan Nora buyar seketika. Ia menatap Deanda dengan kerjapan mata, mencoba mengumpulkan pecahan-pecahan konsentrasinya yang berserakan. "Iya, Bu?""Kamu dengar apa yang saya jelaskan, kan?" tanya Deanda, suaranya sedikit meninggi, menandakan kekesalannya yang ia coba tahan. "Tentang target pasar demografis A dan B, dan bagaimana k

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   157

    Pagi itu tidak lagi terasa indah. Langit Jakarta yang semula cerah kini terasa tertutup awan kelabu, seolah ikut meratapi kekacauan yang baru saja meledak di dunia maya. Nora duduk di meja makan, dengan sisa sarapan yang sudah tidak lagi berselera di hadapannya. Jarinya gemetar saat menggeser layar tablet, membaca kembali headline yang membuat perutnya mual."SKANDAL DINASTI ARDAWIJAYA: MOTIF ASLI DIRGANTARA TERUNGKAP, GUGATAN AYAH DEMI HARTA WARISAN?"Di bawahnya, artikel itu merinci narasi yang keji dan licik dengan presisi yang menakutkan. Mereka menulis bahwa gugatan Dirga bukanlah tentang keadilan bagi ibunya dan korban lain, melainkan sebuah manuver licik yang diatur dari balik layar. Sumber "terpercaya" mereka mengklaim bahwa Ardawijaya, dalam sebuah surat wasiat terbaru, telah mengubah seluruh bagiannya. Seluruh asset perusahaan, properti, dan investasi—semuanya—akan disumbangkan kepada sebuah yayasan amal besar, dan tidak ada satu pun pun yang akan jatuh ke tangan Dirgantara

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   156

    Pagi ini, langit Jakarta seolah ikut menahan napas, menyajikan sinar emas yang terlalu indah untuk sebuah drama keluarga yang kelam. Suasana indah itu menjadi latar yang ironis untuk persidangan kedua dari kasus kontroversial yang sudah berhasil menarik perhatian publik secara nasional. Kasus ini bukan sekadar gugatan biasa; ini adalah pertempuran darah di antara keluarga terkaya di negara ini, sebuah drama dinasti yang dipertontonkan di panggung pengadilan. Anak melawan ayah. Penerus tahta melawan sang raja. Inilah mengapa kasus ini menjadi yang paling banyak ditunggu hasilnya, sebuah cerita dari kalangan elite yang memuaskan rasa penasaran publik akan kehidupan di balik tembok istana.Kilau kamera kembali menyilaukan mata Dirga saat Matthew membukakan pintu mobil untuknya, sementara Lucas dengan sigap membukakan pintu untuk Nora di sisi lain. Sebelum melangkah menaiki anak tangga pengadilan yang dijaga ketat, Dirga memutar badan, menyambut Nora, dan menggenggam tangannya erat. Ini

  • Pemuas Hasrat CEO Dingin   155

    Setelah insiden di kantor tadi siang, Dirga tidak berencana sekalipun untuk meninggalkan Nora dari jangkauannya, bahkan sejengkal pun. Ia memutuskan untuk bekerja dari rumah, mengubah ruang tengah yang megah menjadi markas perang sementara. Bahkan saat besok adalah sidang kedua yang akan menentukan nasib ayahnya—sebuah pertempuran yang seharusnya membutuhkan fokus penuh—ia justru bersikeras agar Nora berada di sampingnya.Di sana, di sofa kulit hitam yang empuk, Nora duduk anteng dengan piyama panjang berwarna abu-abu dan rambutnya yang tergerai bebas. Dahi yang luka ditempelkan plaster putih yang kontras dengan kulitnya yang pucat. Di tangannya, sebuah mangkuk berisi es krim rasa vanilla yang sempat Dirga belikan saat perjalanan pulang dari rumah sakit. Gadis itu menonton televisi dengan volume rendah, sesekali menyendokkan es krimnya, sebuah pemandangan domestik yang hampir tidak nyata di tengah ketegangan yang menggumpal di ruangan itu.Di sekelilingnya, lima orang pengacara pilih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status