SELAMAT MEMBACA
Hendrik berguling guling merasakan sakit ketika rantai bersatu dengan badannya.
Lalu margaretha memukulkan cambuk ke badan Hendrik, sebelum itu , ketika Hendrik melihat margaretha berjalan menghampirinya, Hendrik secepatnya menarik ilusinya dan dia berbuat seperti yang terlihat oleh keluarga Kastara, jadi kembali dia membiarkan cambuk menderanya dan…
“Bangunlah budak , mulai sekarang jika kamu berani melawan, kamu akan mengalami hal seperti keadaan tadi, rasa sakit yang luar biasa, dan mulai sekarang kamu telah menjadi budak setia keluarga kastara Snowander."
“Ibu, kamu curang, menceritakan kebohongan kepada Hendrik.” kata Harvey sambil tersenyum licik.
“Kamu mulai sekarang ingin memakai nama Hendrik juga
“Masuk ini bilik budak untuk kalian.” Kata Kevin menyuruh ketiga budak masuk. Dan pintu di kunci dari luar. Lalu dia mengajak Hendrik dan Kaivan ke pintu di sebelah ruangan bilik budak itu dan itu merupakan ruangan yang indah dengan sofa mentereng di depan mereka , Kevin mengajak mereka masuk dan di dalamnya terdapat dapur mini dengan peralatan masak yang lengkap dan ada kulkas dengan isinya yang lengkap. “Ini ruangan yang saya tempati dan sekarang ruangan ini ditempati kita bertiga dan nanti jika ada budak yang dapat memanggul rantai itu lagi seperti diri kamu, ruangan ini juga dipakai oleh mereka.” Terang Kevin dengan mendetail. “Di depan sana ada beberapa pintu, pintu pertama kamar saya, kamu berdua boleh memilih kamar yang mana juga” “Jika kamu sangat menurut, na
Kejadian apakah yang dialami Hendrik kecil? Anak berumur dua tahun yang hidup dengan berkelimpahan maianan di depan muka, apakah tahu apa itu petak umpet? Karena itulah Hendrik kecil merasa permainan itu menarik dan dia mengikuti kemauan Hardy, yang dia tahu, dia adalah adik sepupunya yang selalu baik dan mainan berdua. Ya, kakeknya terlalu sayang pada Hendrik kecil sehingga ruang lingkup tempat permainan nya pun dibatasi. Saat itu pelayan yang melayani Hendrik Kecil sengaja disuruh pergi oleh ibu Hardy. “Hayo, ikut saya, saya ajarin main petak umpet.” Kata Hardy sambil berlari. Karena rasa ingin tahunya , Hendrik mengikuti Hardy dengan berlari juga.
Akan menurutkah hendrik kecil? Dengan tidak berdaya, Hendrik menganggukkan kepala. “Kamu harus mengikuti perkataan saya, jika salah, pamanmu akan mencambuk kamu dengan ban pinggangnya.”Kata Margareta kejam. Hendrik hanya dapat menganggukkan kepalanya sambil menangis dengan air mata yang membasahi pipinya dan sudut mulut yang berdarah, karena tamparan tadi dan hendrik tidak berani mengusapnya. “Jangan menangis, nanti perkataan kamu tidak jelas, jika tidak jelas, kamu akan mendapat sabetan ban pinggang lagi.” Kata margareta lebih bengis lagi yang membuat Hendrik makin ketakutan. “Cepat , ikuti perkataan saya.” “Saya Hendrik Snowander bersedia.” Kata margareta
SELAMAT MEMBACA Hendrik berjalan gontai mengikuti paman dan bibinya ke kamar Hardy untuk main kekamar tempat main Hardy. Dia tahu, hari ini, dia pasti akan di dera atau dipukul oleh pamannya lagi. Pamannya mempunyai dua orang anak Hardy yang berumur dua tahun dengan Harvey yang berumur satu tahun yang baru belajar jalan dan dia selalu ingin bermain bersama dengan Hendrik dan Hardy. Selama ini , mereka dapat main dengan akur dan rukun, tapi setelah Hendrik dijadikan budak sihir oleh Margareta, Margareta tidak senang jika Hendrik membuat anak anak nya menangis. Sedangkan Harvey adalah anak yang galak dan cengeng, jika dia mau apa harus cepat diberikan, jika terlambat dia pasti menangis dan jika dia jatuh juga menangis.
Dapatkah Hendrik membuat mereka tertipu? Hendrik menerima siksaan dengan diam, kadang kadang bukan saja di saat ayah ibunya pergi, bahkan didepan ayah ibunya juga mereka bisa menghukum Hendrik dengan membuat mereka melihat ilusi. Seperti saat ini, Harvey menangis tidak berhenti. “Main,” Harvey berkata sambil menunjuk Hendrik. Margareta menanyai ayah ibunya:” Bolehkah Harvey bermain dengan Hendrik di ruang bermain Hardy.” “Boleh, silahkan.” Kata ayah ibunya tanpa prasangka apapun dan mengijinkan bibinya membawa Hendrik untuk bermain. Hendrik kaget dan mau protes tapi melihat mata margareta , Hendrik menunduk pura pura membaca bukunya. Saat itu Hendrik telah berumur tiga tahun
Apa yang akan dialami Hendrik di ruangan itu? Hendrik menangis terisak isak sampai dia kecapean dan tertidur dalam tangisan di depan pintu sambil memegang daun pintu, jadi ketika Margareta dan Kastara masuk, dia terjatuh di bawah kaki mereka. Menjelang pagi, Hendrik terbangun dengan merasakan kesakitan di seluruh daerah yang ada rantainya dan luka baru yang tadi pagi didapatnya seperti di tusuk oleh beribu jarum. Hendrik membuka mata dan terlihatlah langit langit ruangan yang menyeramkan dan dia sadar bibi Margaretanya sedang melakukan ritual bertambahnya umur Hendrik kecil. Hendrik merasakan kesakitan yang luar biasa di seluruh badannya dan….. “Sudah bangun kamu, budak tolol, cepat berlutut dan bersoja tiga kali sambil
Apa rencana Mei Ling dan Hendrik? Setelah mengirimkan telepati, Hendrik memeramkan matanya untuk tidur dan terbangun dengan merasakan sakit yang menderanya di dadanya. Hendrik membuka mata dan terlihatlah Kastara berdiri dengan kemarahan yang luar biasa. Melihat itu, Hendrik secepatnya bangun dari ranjang dan berdiri dengan menundukkan kepalanya. “Kurang ajar kamu, budak yang tidak tahu diri, sekarang sudah jam berapa? Masih juga belum bangun, enak ya tidur di ranjang empuk sampai tidak bisa bangun.” Kata Kastara sambil mengayunkan cambuk memukul Badan Hendrik ber kali kali sampai selesai berkata. “Berlutut.” Kata Hardy galak. Hendrik berlutut dan siap menerima hukuman yang
Apa yang akan diterima oleh Hendrik, setelah ini? “Tunggu, Kastara, hukumannya cukup itu saja, mari kita ke kamar CEO, hukum dia disana, bukankah alat untuk menghukum itu komplit di kamar kamu?’ Kata Margareta. Mereka berjalan menuju kamar CEO, setelah Hendrik memakai bajunya. Sesampainya di kamar, kembali hendrik di hukum oleh Kastara dan anak anaknya. “Buka baju kamu, hadap ke dinding, jangan menjerit, setiap kali mengeluarkan suara, hukuman akan dilipatkan.” Kata Kastara sambil mengambil cambuk kecil bulat sebesar kelingking yang kasar kulitnya, setiap cambukan pasti meninggalkan luka robek yang dalam. Hendrik menempelkan dadanya di dinding dan cambuk mendera dirinya tanpa putus yang meninggalkan rasa sakit dan perih