Sherly dan Hanny sudah berhasil dimasukkan ke dalam mobil si Pria itu. Karena pada saat itu, mereka berdua sudah terlihat lemas dan sudah tak berdaya untuk melawan. Bahkan, untuk membuka mata mereka saja, butuh usaha yang sangat keras. Berbeda dengan mereka, Camille masih terlihat bertenaga dan masih sanggup untuk sedikit memberontak.
“Heh! Tidak sopan kamu, ya! Kalau kamu sudah tak tahan lagi, jangan disini dong, Sayang ….”
“Yah … ish! Ini anak menjengkelkan sekali, sih! Hadeh, kotor jadinya, ‘kan!”William menarik paksa tubuh Camille dan tak sengaja menyentuh bagian dadanya. Camille pun langsung mendorong William hingga terduduk ke tanah. Setelan Jas mewah yang tengah dipakainya itu pun menjadi kotor. Setelah mendorong William hingga terduduk ke tanah, Camille pun berjalan pergi dengan sedikit sempoyongan menjauhi William.
Tap … tap … tap …
Mendengar itu, Petugas Keamanan itu pun langsung mengangguk dan tak berani melontarkan sepatah katapun pada William. Lalu, dia pun langsung berjalan sambil memapah Sherly yang sudah tak sadarkan diri itu. Namun, saat dia baru saja melangkahkan kakinya, tiba-tiba Michael menahan bahu kanannya, “Maaf, Tuan, anda boleh jalan duluan. Pak Petugas Keamanan ini, biar jalan beriringan bersama saya mengikuti anda dari belakang,” kata Michael pada William. “Lho? Kenapa harus saya yang jalan duluan?” tanya William kebingungan. “Benar, Tuan Michael, kenapa harus …,” “Eh, tapi kita ingin membahas masalah bisnis yang kemarin. Iya ‘kan, Pak?” potong Michael, melontarkan pertanyaan sambil mengedipkan sebelah matanya. “Hah? Bisnis ap …,” Graab!Tiba-tiba, Michael yang tadi tengah meletakkan telapak ta
“Apaan coba? Menahanku sampai larut malam begini, hanya untuk membahas hal-hal yang tidak jelas seperti itu? Huaahhh … ngantuk banget!”William merasa kesal mengingat kejadian tadi sambil mengemudi mobilnya, kembali ke rumah Angel dan tiba-tiba, ponselnya berdering, Ding … ding … ding … “Lho? Ponselku mana, ya? Asal suaranya kok tidak dari saku celanaku, ya?” Saat mendengar ponselnya berbunyi, William panik sembari meraba kedua saku celananya. Akan tetapi, saku celananya sama sekali kosong dan ponselnya tidak ada disana. Dia mencarinya ke sekeliling mobil dan ternyata, ponselnya berada di bawah tempat duduknya. Dia lupa kalau tadi, dia sempat meletakkan ponselnya tergeletak di atas tempat duduk sebelah kanannya dan tadi, dia meletakkan Camille di tempat duduk itu dan membuat ponsel miliknya terjatuh ke bawah tempat duduk. Kemudian, dia pun melihat ke arah ponselnya dan ternyata, itu ad
“Hamil? Gila kamu, ya! Ini hanya efek anggur tadi malam, lagian … bagaimana bisa aku hamil, sedangkan aku tidak pernah melakukan itu. Sudah lah, aku mau balik tidur lagi!”Sherly merasa sangat kesal mendengar pertanyaan Camille tadi. Secara, seharian penuh dia terus bersama dengan Camille dan Hanny dan tak pernah sekalipun melakukan hubungan yang dapat membuatnya hamil. “Tidur? Hei, ini sudah pukul setengah tujuh pagi. Kamu tidak berangkat kuliah?” tanya Camille pada Sherly. “Kuliah? Kamu yakin masih ingin pergi kuliah, setelah masalah yang kamu buat kemarin? Seluruh mahasiswa melihat kita, lho …,” jawab Sherly yang seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Camille.Mendengar itu, Camille langsung terdiam dan tak menjawab sepatah katapun. Sherly menghela nafas dan berjalan kembali menuju tempat tidurnya dan langsung membaringkan tubuhnya. “Had
“Hufffttt … aku lelah, Max. Sejak pukul setengah tujuh pagi hingga hampir pukul setengah sepuluh, belum ada satu pun orang pun yang berhasil kita dapatkan,” kata Hans sambil mendudukkan tubuhnya di tepi jalan dan menghela nafas. “Sabar, dong. Ini ‘kan masih pagi, masak kamu sudah lelah. Yah, namanya juga usaha, ‘kan? Harus semangat, dong, tapi kamu ingin menjadi seperti ayahmu. Hadeh, bagaimana, sih?” tanya Max, berdiri di samping Hans sambil berusaha memberi semangat padanya. “Hmm, mungkin benar apa yang dikatakan oleh wanita tadi. Kita harusnya membuat potongan harga, agar mereka tertarik untuk datang ke toko kita. Bagaimana menurut kamu, Max?” tanya balik Hans, sambil menatap kearah Max. “Harusnya, itu sudah aku katakan sejak kamu ingin pergi mencetak brosur kemarin, tapi … kamu sudah keburu pergi. Yah sudah, aku pikir kamu sudah memikirkan itu. Eh, ternyata
“Wah, itu si Angel, bukan?” “Eh, iya itu Angel! Kok bisa dia punya rumah sebesar itu?” “Gila! Mobil itu milik Angel semua?” “Ah, nggak mungkin sih. Secara ‘kan, dia itu hanya seorang pemulung. Mana mungkin dia punya rumah dan mobil semewah itu!”Pukul sepuluh lewat sepuluh menit, di papan pengumuman yang berada di lantai dasar dekat dengan tangga menuju lantai dua di kampus. Terlihat para mahasiswa dari kelas lain sudah berkumpul disana sambil menatap beberapa lembar foto yang ternyata, itu adalah foto-foto beberapa harta milik Angel, seperti rumah dan beberapa mobil yang di ambil dari garasi rumahnya, dan juga foto Angel yang berdiri di depan rumahnya, saat pertama kali pindah ke rumah barunya itu, yang tergantung di dinding ruang tamunya.Beberapa saat kemudian, muncul lah teman-teman sekelas Angel yang berjalan beriringan bersama Angel yang mengikuti mereka
“Hmm, ini benar foto kamu, Ngel?” tanya Hans pada Angel, yang tengah berdiri di sebelah kanannya dan menoleh kearahnya. “Hah? Jelas bukan lah, hahaha … ini tuh bohongan, tahu! Mana mungkin aku punya rumah dan mobil sebagus itu. Secara ‘kan, aku hanya seorang pemulung,” jawab Angel sambil sedikit tertawa.Awalnya, Angel merasa biasa saja dengan Hans dan masih lebih tenang. Namun, saat Hans melanjutkan perkataannya, “Hah? Seorang pemulung? Serius kamu, Ngel? Lalu, mobil yang dikendarai oleh si Samuel itu, yang telah menabrak bemper belakang mobil seorang wanita kemarin, itu mobil siapa? Ini yang ada di foto dengan yang kemarin itu sama, lho … plat mobilnya juga sama. Serius kalau kamu hanya seorang pemulung, Ngel?” tanya Hans pada Angel. “Hah? Hmm …,” ‘Mampus! Aku lupa kalau kemarin, aku bertemu dengannya … isshh!&rs
“Hmm …, kira-kira siapa yang melakukan perbuatan sebodoh itu, ya? Rumah, mobil dan foto yang hanya ada di dalam rumahku … dia mendapatkan itu semua dari mana dan bagaimana? Secara ‘kan, ada tiga orang penjaga yang berbadan kekar di depan gerbang dan … kedua adiknya Fanny serta William juga ada di rumah. Lalu, siapa?”Setelah pergi meninggalkan teman-temannya, Angel berjalan seorang diri menuju ke persimpangan jalan sambil terus memikirkan orang yang sudah menempelkan foto-foto yang ada di papan pengumuman tadi. Secara, Angel tidak ingin terlihat mewah di depan para mahasiswa kampus, karena itu bisa membuatnya merasa risih dan pastinya, dia tidak akan bisa pergi kemana pun dengan bebas, karena para mahasiswa itu pastinya akan terus mengejarnya dan berlomba-lomba, untuk bisa berteman baik dengannya. Layaknya seperti Camille dan kedua temannya. Mereka sempat menjadi sorotan oleh para mahasiswa, karena kehadiran Ace dan Candie yang mengantar
“Aku bilang, bagaimana sekarang? Apa yang akan kita lakukan? Kita tidak punya pekerjaan apa pun dan pengeluaran kita akhir-akhir ini sangat lah besar. Uangku sebentar lagi habis, nih,” kata Sherly mengulangi perkataannya tadi. “Hmm, aku juga bingung, Sher … eh, bukankah kamu adalah seorang adik dari pemilik hotel yang sekarang ini, menjadi miliknya Angel? Iya ‘kan?” tanya Camille. “Iya, dia adalah kakakku. Hmm, tapi aku tidak mungkin terus-terusan seperti ini, dong? Dia sudah menikah dan memiliki anak. Tidak mungkin aku terus-terusan bergantung padanya. Ayah dan ibuku telah tiada, jadi … aku berpikir, aku harus bisa mencari penghasilan sendiri dan tak lagi bergantung padanya,” jawab Sherly.Camille hanya diam dan mengangguk pelan. Lalu, berganti ke Hanny dan menanyakan tentang masalah apa yang kini tengah dirasakannya. “Hmm, sepertinya aku masih tak memiliki