Tok … tok … tok …
“Eh!?”
Sepuluh menit kemudian, Samuel selesai memesan makanan dan minuman, lalu dia pun ke luar dari restoran itu sambil membawa satu bungkus plastik berisi dua kotak makanan di tangan kanannya dan satu bungkus plastik berisi dua gelas plastik berisi Coffee hangat berukuran sedang. Dia berjalan menghampiri mobil Angel, lalu mengetuk kaca pintu mobil dan setelah itu, Angel pun membukakan pintu mobilnya.
“Kamu beli apa, Sam?” tanya Angel.
“Mengingat kalau kamu itu adalah seorang wanita, tadinya aku berpikir untuk membeli salad. Karena ini sudah malam dan kamu pastinya tidak ingin makan makanan yang berlemak di malam hari. Akan tetapi, tadi kamu mengatakan kalau kamu sudah sangat lapar, jadi … aku beli satu porsi kecil Meatloaf(daging giling panggang) dengan beberapa sayuran. Jadi, kamu tidak perlu takut gemuk dan kamu bisa kenyang d“Sam, kebetulan besok kita libur kuliah. Hmm, aku berniat untuk jalan-jalan, yah … supaya beban pikiran ini sedikit berkurang. Lumayan tuh libur dua hari.”Setelah selesai makan, Samuel dan Angel mengemas semua bungkus bekas makan mereka dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah terdekat, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan Samuel menggantikan Angel untuk mengemudi mobil. “Hmm, iya sih, aku juga awalnya juga berpikiran seperti itu, Ngel, tapi … mau liburan kemana? Tempat liburan disini paling hanya pantai? Club malam? Kalau ingin berenang, kita bisa ke Hotel Mendez. Tidak ada yang special di kota ini, Ngel,” sahut Samuel sambil mengemudi mobil. “Hmm …, bingung juga, ya …,” kata Angel. “Iya, masalahnya hanya dua hari. Semisalkan hari liburnya lebih dari dua hari sih, mungkin kita bisa jalan-jalan ke luar Negeri. Yah, setidaknya k
Setelah mendengar itu, si Pelayan itu langsung melambaikan tangannya kearah para pelayan lain, meminta mereka untuk langsung mendekat. Kemudian, para pelayan itu pun langsung menyusun meja dan kursi yang mereka bawa, tepat di sebelah William. Membersihkan dan menghias sedikit meja bundar itu, lalu menyusun beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur ke atas meja. “Meja, beberapa cemilan dan beberapa botol Anggur telah siap, Tuan William. Maaf, apakah ada lagi, Tuan?” tanya si Pelayan yang menghampiri William tadi. “Hmm ….” William berjalan menghampiri meja makan itu, melihat cemilan dan Anggur yang telah dibawakan oleh para pelayan itu. “Sepertinya sudah. Terima kasih, ya,” lanjutnya. “Baik, Tuan William. Sekiranya ada hal lain yang anda perlukan, anda bisa melambaikan tangan saja. Saya akan berdiri di depan pintu masuk Hotel itu, agar anda tidak susah-susah mencari saya, Tuan,&
“Iya, dia tak lebih dari seorang teman biasa saja. Kamu tidak dengar … saya saja, memanggilnya dengan sebutan nama. Dia saja yang memanggilku dengan sebutan ‘Sayang’. Lagi pula, saya belum pernah menyatakan cinta padanya, kok,” jawab William. “Lho? Bagaimana bisa beliau sudah memanggil anda dengan sebutan Sayang, padahal anda sama sekali belum pernah menyatakan cinta padanya? Duh, perkataan anda semakin membuat saya pusing, Tuan, hahaha …,” kata Davin. “Ck! Begini … kedua orangtuanya adalah salah satu Client saya, Vin. Seorang Client besar yang menaruh separuh hartanya di perusahaan saya, dengan catatan … saya harus menjadi pacar atau bahkan menikahi puteri mereka. Nah, padahal … maksud saya mengiyakan perkataan mereka itu hanya bercanda saja, lho! Eh, tapi mereka malah serius dan langsung memperkenalkan puterinya pada saya. Yah, mau bagaimana lagi? Dengan terpaksa, say
“Kurang ajar kamu!” Plak! Plak! “Ih, sialan! Berani sekali kamu, ya!” Sreek! Syuuu … syuuu … “Aaaarrrgghhh!” “Eh?! Woi, berhenti! Hei! Kalian ini apa-apaan, sih! Ngel! Udah, woi! Angel! Angeeeeel!” “Angel!!! Eh?”Pukul setengah tujuh pagi, masih di ruang tamu rumah Angel. Chelsea baru saja terbangun dari tidurnya. Di dalam tidurnya itu, dia bermimpi tentang Angel yang tengah berkelahi dengan seorang wanita yang wajahnya tidak begitu jelas. Si wanita itu menampar Angel, lalu Angel membalas dengan menarik rambut si wanita itu dan mengayun-ayunkannya ke kiri dan kanan.Chelsea yang pada saat itu tengah melihatnya, mencoba untuk melerai mereka berdua sembari meneriaki Angel, agar si Angel melepaskan tangannya dari rambut sj wanita itu. Namun, tiba-tiba saja, Chelsea terbangun dari ti
“Hmm? Ck! Apaan sih, Sonia … aku masih ngantuk! Kamu duluan saja.”Tiba-tiba, William terbangun dari tidurnya. Namun, bukannya langsung bangkit, dia malah membentak Sonia, lalu kembali tidur. “Sayang, ayo kita sarapan dulu, makanannya sudah tiba itu … entar keburu dingin, lho … nanti setelah makan, kamu bisa kembali tidur lagi. Ayo dong, Sayang, perutku udah laper banget ini …,” kata Sonia yang masih berusaha mengajak William. “Ck! Kalau kamu lapar, yah sudah sana duluan! Aku mau tidur dulu, kepalaku pusing banget ini, ah!” kesal William dengan mata terpejam sambil memiringkan tubuhnya membelakangi Sonia.Lagi-lagi, Sonia dibentak oleh William. Sikap William seakan berubah padanya. Namun, mendapatkan bentakan-bentakan itu, Sonia hanya diam dan masih berdiri sembari menatap kearah William. Pikirnya, wajar saja kalau William bersikap seperti itu padanya, karena mungkin
Tiba-tiba, saat Chelsea baru saja menghubungi Joe dan juga baru saja ingin mengatakan kalau si Angel tengah tak sadarkan diri, Angel seketika terbangun dan mengejutkan Chelsea. Merasa sangat terkejut, telapak tangan kanan Chelsea yang sedang bersantai, langsung seketika bergerak menghampiri wajah Angel. “Aduhh!”Berniat hanya untuk mengerjai Chelsea, tetapi justru malah mendapatkan pukulan keras dari Chelsea. Telapak tangan kanan Chelsea, secara spontan bergerak layaknya seperti sedang memukul serangga, tetapi yang menjadi serangganya adalah wajahnya Angel. “Ah, kamu ngga asik!” kata Angel, sambil mengangkat tubuhnya kembali duduk di tempat duduk supir dan sedikit mengelus-elus hidungnya yang sakit.Karena pukulan reflek yang cukup keras tepat mengarah ke wajahnya, hidung Angel yang pertama kali merasakan pukulan itu, sebelum kedua mata, pipi dan keningnya. “Eh, ma-maaf, Ngel &hel
“Tuan William? Ada apa dia menelfonku, ya?”Seketika langkah kaki Davin terhenti tepat di tengah-tengah pintu masuk Hotel. Dia menatap ke layar ponselnya dan melihat kalau William sedang menghubunginya saat itu. “Halo, Tuan, ada apa, ya?” “Kamu kemana saja? Kok lama sekali menjawab telfonnya?” “Ah, maaf, Tuan … tadi saya sedang mengemas barang-barang saya. Hari ini, saya akan pergi ke rumahnya Nona Angel, Tuan,” “Oh, hmm … kapan kamu ingin pergi ke rumahnya?” “Rencana, saya akan pergi ke rumah Nona Angel sekarang. Akan tetapi, kalau anda masih memerlukan saya, saya akan membatalkannya, Tuan,” “Oh, bagus lah, saya ingin kamu menemani Sonia pergi ke pantai. Saya tidak bisa menemaninya karena kepala saya sakit untuk sekarang ini. Hmm … mungkin karena terlalu banyak min
“Hmm, sepertinya tidak perlu deh. Saya …,” Ding … ding … ding … “Maaf, saya menjawab telfon dulu sebentar,” “Silahkan, Nona.”Petugas Keamanan menyarankan untuk memeriksa kamera pengawas, untuk melihat orang yang dimaksud oleh Sonia. Karena si petugas keamanan itu tak tahu siapa orang yang dimaksud oleh nya, begitu pun dengan dirinya. Petugas keamanan itu juga belum pernah bertemu dengan Sonia. “Halo, Sayang …,” “Sonia, kamu dimana? Temanku sudah dari tadi menunggumu di lobby Hotel,” “Hah? Lho, ini aku sudah berada di lobby Hotel, kok! Aku juga sudah lima menit tiba di lobby Hotel, tapi aku ngga melihatnya,” “Lho, bagaimana sih!? Temanku mengatakan, kalau kamu belum juga tiba di lobby. Sedangkan kamu mengatakan, kalau temanku tidak