Share

7. Berhati Iblis

Author: Diandra Ayu
last update Last Updated: 2023-07-14 09:28:18

'Ternyata dia cantik sekali. Mengapa aku baru menyadarinya,' gumamnya seraya terus memandang wajah wanita di hadapannya tanpa berkedip.

Raditya dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyadarkan dirinya, tidak boleh sampai terpukau dengan kecantikan wanita yang menurutnya menjadi pembawa masalah itu. Hati dan cintanya hanya untuk Maura seorang.

"Silahkan dinikmati hidangan pembuka dari kami. Pengiring musik akan mengiringi makan malam Tuan muda dan Nona. Selamat menikmati, semoga hari anda menyenangkan," ucap seseorang yang memecah kesunyian di antara dua insan itu.

Pelayan itu datang kembali bersama pramusaji lainnya yang membawakan hidangan pembuka.

Raditya meraih segelas wine yang baru dituangkan oleh pelayan. Ia menegaknya perlahan. Matanya terus menatap datar ke arah Alea yang nampak gugup sekaligus bingung harus berbuat apa?

Para pelayan undur diri. Bersamaan dengan itu, alunan musik klasik terdengar begitu merdu. Membuat suasana romantis yang tidak mereka nikmati saat ini.

Alea yang gugup dan ketakutan. Sementara Raditya yang kesal, merasa telah dijebak oleh orang tuanya juga wanita dihadapannya ini.

Masih dengan wajah dingin tanpa ekspresi, pria itu meraih sendok dan garpu. Ia mulai mencoba makanan lezat yang terhidang di mejanya. Raditya tidak mempedulikan Alea dan enggan untuk menyapa wanita itu. Makan malam ini adalah rencana kedua orang tuanya, jadi ia pikir setelah makan malam dirinya bisa pergi meninggalkan wanita itu lagi. Yang penting saat ini ia turuti saja dulu keinginan ibu dan ayahnya. Toh hanya makan malam, batinnya.

"Apa kau akan terus melihat aku makan? Makanlah makananmu! Aku gak mau Mama dan Papa datang melihatmu tidak makan. Jangan buat masalah baru!" tegas pria itu setengah mengencam.

"Ba–baik, Mas. Ini aku juga mau makan," ucapnya gugup.

Alea segera meraih sendok dan garpu lalu mulai menikmati makanannya. Makanan lezat yang entah mengapa terasa hambar? Ia merasa sedikit tertekan dengan acara makan malam ini. Jika saja ini bukan keinginan kedua mertuanya, mana mau Alea makan malam dengan pria aneh ini. Pria sedingin es batu yang sikapnya berubah-ubah seperti bunglon. Masih terekam jelas perlakuan lembut pria itu padanya saat pertama kali mereka melakukan penyatuan. Namun sikap lembut itu berubah drastis setelah pria itu bangun. Sangat aneh bukan?

Hidangan pembuka, menu utama hingga hidangan penutup sudah mereka nikmati tanpa obrolan sama sekali. Hanya denting sendok garpu yang beradu dengan piring terdengar. Alea benar-benar sangat canggung dan tidak nyaman makan malam berdua dengan pria yang acuh itu.

"Aku sudah selesai. Kau pulang naik taksi saja," ujar Radit seraya mengusap bibirnya menggunakan tisyu.

"Ta–tapi, Mas..."

"Apa kau pikir aku mau mengantarmu? Ckkk, Dasar tidak tahu malu! Jangan mimpi, wanita sialan!"

"Tapi aku tidak tahu jalanan disini, Mas. Kamu tahu sendiri aku baru tinggal di ibukota. Aku tidak tahu daerah sini," ucap Alea dengan pelan dan ragu-ragu.

Radit mendengkus kesal. Wanita ini benar-benar sangat menyebalkan.

"Apa urusannya denganku?! Kau mau hilang atau kesasar atau mati pun aku tidak peduli," sahutnya lagi dengan sarkas.

Alea menunduk. Bulir bening itu kembali menganak sungai. Radit benar-benar sangat kasar dan tidak punya perasaan.

"Nangis. Nangis lagi? Dasar cengeng!" sindir pria itu yang membuat Alea tidak mampu untuk menahannya lagi. Bahunya berguncang beriringan dengan isak tangis yang tertahan.

"Ckkk... jangan bersandiwara! Aku sangat paham bagaimana wanita licik sepertimu ini. Kau menjebakku dan sekarang kau bersikap seolah aku lah yang kasar dan tidak berperasaan. Kau benar-benar bermuka dua, Alea! Percuma punya wajah cantik tapi hatinya busuk, Dasar licik!"

"Aku tidak licik, Mas? Mengapa kau selalu bersikap kasar padaku? Jika kau memang tidak suka dengan kehadiranku, kau tinggal bilang saja pada Mama dan Papa. Ceraikan aku baik-baik." Entah punya keberanian dari mana, Alea akhirnya mempu meluapkan unek-unek dalam hatinya. Wajahnya yang basah oleh air mata itu ia angkat, polesan di bagian mata sedikit berantakan akibat air matanya.

"Jangan pura-pura bodoh atau mau mengelak lagi, Sialan! Kau menjebakku untuk tidur denganmu. Kau benar-benar sangat menjijikkan. Dan kau jadikan orang tuaku sebagai alasan untuk tetap bertahan. Bilang saja jika kau hanya ingin hartaku saja?!" sindirnya. Pria itu menyeringai, menatap Alea yang wajahnya nampak bersedih dan kecewa. Tidak ada rasa iba sama sekali tertera dari wajahnya. Raditya benar-benar pria tampan berhati iblis, umpat Alea dalam hati.

"Cukup, Mas. Cukup! Jangan kau tuduh aku seperti itu. Sumpah demi apapun, aku tidak tahu dengan apa terjadi pada kita? Aku pikir itu murni karena keinginanmu. Aku tidak menjebak apalagi berniat mendekatimu karena harta."

"Sudahlah, jangan berpura-pura lagi. Aku sangat tahu bagaimana kelakuan wanita-wanita sepertimu. Sok lugu tapi nyatanya kau sangat licik." Pria itu terus mencibirnya. Menghina Alea yang semakin lama semakin tidak tahan dengan sikap suaminya itu.

Alea bangkit dari duduknya. Ia mengusap matanya yang basah dengan punggung tangannya. Wanita itu meraih tas miliknya, menatap Radit dengan tajam. Ia tidak mau terus direndahkan seperti ini.

"Cukup sudah. Terserah kau mau menilaiku seperti apa? Tapi yang pasti, aku tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi padamu. Selamat tinggal, Tuan Raditya. Maaf telah membuatmu harus merasakan tubuhku yang menjijikan ini!"

Alea membalikkan tubuhnya. Tanpa menoleh kembali, ia berjalan meninggalkan tempat malam malam itu. Kedua tangannya terkepal menahan emosi di dalam hati. Sementara air matanya terus mengalir tak tertahankan. Membuatnya harus menunduk karena tidak ingin menjadi pusat perhatian orang yang melihatnya.

Raditya terdiam setelah Alea mengucapkan kata-kata terakhir sebelum akhirnya wanita itu pergi meninggalkan tempat ini. Dalam benaknya berperang, antara ingin percaya pada ucapan wanita itu atau tidak? Jika bukan karena dijebak oleh Alea, lalu siapa?

"Aarrhhghhh!!! Menyusahkan sekali! Ngapain coba dia pergi sendirian? Kalau ada apa-apa, aku juga yang disalahkan. Dasar merepotkan!"

Radit segera bangkit lalu berjalan cepat untuk mengejar wanita itu. Ia tidak ingin membuat masalah baru. karena jika sampai Alea hilang atau terjadi sesuatu dengan wanita itu, tentu saja kedua orang tuanya tidak akan tinggal diam. Bisa ia bayangkan ibunya yang lembut namun pemaksa itu akan murka jika sampai terjadi sesuatu dengan menantu kesayangannya itu.

**

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Hati CEO Arogan    11. Tidur Satu Kamar

    Drrrttttt... Drrrttttt...Getar ponsel di atas meja mengalihkan perhatian tiga orang di ruang tamu apartemen itu. Radit dan Maura yang wajahnya semakin dekat itu dengan repleks menjauhkan wajah mereka.Berbeda dengan Radit dan Maura yang nampak kesal, Alea malah menahan senyumnya. Ia berpikir jika semseta pun tidak merestui mereka. Lagipula mereka benar-benar gila, bisa-bisanya hendak bercumbu di depan Alea, istri sah pria itu."Ckk... Mama. Ada apa sih? Mengganggu saja," pekik Radit setelah mengetahui siapa yang menghubunginya saat ini.Radit mendiamkan panggilan itu. Membiarkan ponselnya kembali mati. Rasanya sangat malas untuk mengangkat telepon itu. Paling ibunya hanya akan bertanya dimana mereka sekarang berada? Satu, dua, hingga tiga kali panggilan itu terus berbunyi. Maura yang juga ikut kesal akhirnya meminta Radit untuk mengangkat panggilan tersebut. Ia tak mau jika sampai Nyonya Rahayu tahu jika Radit sedang berada di apartemennya saat ini. "Angkat saja, Sayang," titah Mau

  • Penakluk Hati CEO Arogan    10. Seperti Nyamuk

    Alea terkejut. Radit kembali bertutur lembut dan mengatakan sayang padanya. Ia juga dibuat tersipu saat menatap mata suaminya yang berbinar sambil tersenyum dengan begitu manis.'Apakah ini efek mabuk? Aah, sudahlah... mabuk pun tak apa. lebih enak melihatnya yang bersikap lembut seperti ini,' gumam Alea sambil mengulum senyumnya.Namun sayang, senyuman itu seketika mengendur tatkala Radit bangkit dan kembali mengatakan sayang. Sebuah kata yang ternyata bukan ditunjukkan padanya."Sayang, kamu dari mana saja?"Pria itu berjalan ke arah pintu yang terbuka. Disana berdiri seorang wanita cantik bersama pelayannya yang menatapnya tanpa ekspresi.Alea terkejut, mereka pun sama terkejutnya.Tangan Maura terkepal saat melihat seorang wanita duduk di sofanya. Ia yakin jika wanita itu adalah Alea, wanita yang dijodohkan dengan kekasihnya. Maura melihat potret wanita itu pada sebuah majalah saat pernikahan CEO muda yang tak lain adalah kekasihnya."Ngapain kamu bawa wanita itu? Kamu jahat! Bisa

  • Penakluk Hati CEO Arogan    9. Mabuk Cinta

    "Bagaimana kabarmu, Say–"Bibir pria itu langsung terkatup saat melihat kamar inap VIP itu sudah kosong.Dimana Maura? Mengapa dia tidak ada?Dengan tergesa, Radit segera keluar dari kamar inap itu lalu menemui suster jaga."Permisi, Sus.""Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perawat yang berjaga di resepsionis itu."Saya mau tanya, kemana pasien atas nama Maura Cintya? Mengapa tidak ada di kamarnya?" tanya Raditya bingung dan gelisah. "Pasien atas nama Maura sudah meninggalkan rumah sakit satu jam yang lalu, Tuan. Seorang pria paruh baya yang mengaku ayahnya meminta agar Maura bisa pulang hari ini. Dan karena keadaan Nona Maura sudah cukup baik, dokter pun menyetujuinya."Mendengar itu, Radit langsung terhenyak.'Ayahnya? Bukankah Maura sebatang kara?' Dengan pikiran yang kalut dan penuh kebingungan, Radit pun meninggalkan area rawat inap itu. Berjalan sambil menempelkan benda pipih itu di telinganya.Radit mencoba menghubungi Maura. Berharap kekasihnya itu mengangkat

  • Penakluk Hati CEO Arogan    8. Perhatian

    Tiiiinnnn...BUUGH.Suara klakson yang panjang beriringan dengan suara benda terjatuh dengan cukup kencang."Aduuhh, aaaaww... sakit." Seorang wanita mengaduh dan meringis kesakitan ketika seseorang tiba-tiba mendorongnya hingga ia tersungkur di pinggir jalan.Alea, ia menahan sakit sambil menatap lekat wajah pria yang mendorongnya itu. Siapa lagi kalau bukan Raditya, suami yang tidak mengakuinya."Telat sedetik saja, mungkin kau sudah mati!" tegas Radit dengan ketus. Ia yang juga ikut terjatuh dengan posisi menindih tubuh Alea, langsung bangkit dan menepuk-nepuk jas miliknya yang sedikit kotor terkena jalanan aspal itu. Pria itu sedikit kesal, bisa-bisanya ia repleks menolong Alea saat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.'Mengapa tidak aku biarkan saja wanita itu tertabrak dan mati? ' gumamnya.Beberapa pasang mata memperhatikan mereka, namun tidak ada satupun yang menyapa maupun membantu Alea saat itu. Mungkin mereka berpikir jika sudah ada pria baik yang menolongnya. Padahal ny

  • Penakluk Hati CEO Arogan    7. Berhati Iblis

    'Ternyata dia cantik sekali. Mengapa aku baru menyadarinya,' gumamnya seraya terus memandang wajah wanita di hadapannya tanpa berkedip.Raditya dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyadarkan dirinya, tidak boleh sampai terpukau dengan kecantikan wanita yang menurutnya menjadi pembawa masalah itu. Hati dan cintanya hanya untuk Maura seorang."Silahkan dinikmati hidangan pembuka dari kami. Pengiring musik akan mengiringi makan malam Tuan muda dan Nona. Selamat menikmati, semoga hari anda menyenangkan," ucap seseorang yang memecah kesunyian di antara dua insan itu.Pelayan itu datang kembali bersama pramusaji lainnya yang membawakan hidangan pembuka.Raditya meraih segelas wine yang baru dituangkan oleh pelayan. Ia menegaknya perlahan. Matanya terus menatap datar ke arah Alea yang nampak gugup sekaligus bingung harus berbuat apa?Para pelayan undur diri. Bersamaan dengan itu, alunan musik klasik terdengar begitu merdu. Membuat suasana romantis yang tidak mereka nikmati saat i

  • Penakluk Hati CEO Arogan    6. Double Date

    Sepanjang hari, pria itu hanya menekuk wajahnya tanpa mempedulikan ibunya yang sibuk memilih perhiasan untuk sang menantu. Mimik wajah tampan itu tak bersahabat, ia sangat kesal dengan permintaan yang memaksa dari ibunya itu."Akhirnya selesai juga. Alea pasti suka," ucap Nyonya Rahayu dengan mata yang berbinar. Ia menghampiri Radit yang saat ini duduk di lobby toko perhiasan langganannya itu."Sudah sore. Yuuk, jalan!" ajaknya."Hemm... Dari tadi kek, Mah. Aku malas dan capek, pengen banget pulang dan beristirahat," ucap Raditya sambil bangkit dari duduknya.Pria itu berjalan lebih dulu meninggalkan ibunya yang saat ini berpamitan pada pemilik toko perhiasan itu. Sangat menjenuhkan jika menunggu wanita berbelanja. Apalagi ibunya ini berbelanja hadiah untuk Alea. Memuakkan, batin Radit terus bergerutu dalam hati.Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Nyonya Rahayu meminta Raditya mampir ke suatu tempat."Mau apa lagi sih, Mah?" tanyanya kesal ketika di perempatan jalan Nyonya Rahayu memi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status