Share

6. Double Date

Sepanjang hari, pria itu hanya menekuk wajahnya tanpa mempedulikan ibunya yang sibuk memilih perhiasan untuk sang menantu. Mimik wajah tampan itu tak bersahabat, ia sangat kesal dengan permintaan yang memaksa dari ibunya itu.

"Akhirnya selesai juga. Alea pasti suka," ucap Nyonya Rahayu dengan mata yang berbinar. Ia menghampiri Radit yang saat ini duduk di lobby toko perhiasan langganannya itu.

"Sudah sore. Yuuk, jalan!" ajaknya.

"Hemm... Dari tadi kek, Mah. Aku malas dan capek, pengen banget pulang dan beristirahat," ucap Raditya sambil bangkit dari duduknya.

Pria itu berjalan lebih dulu meninggalkan ibunya yang saat ini berpamitan pada pemilik toko perhiasan itu. Sangat menjenuhkan jika menunggu wanita berbelanja. Apalagi ibunya ini berbelanja hadiah untuk Alea. Memuakkan, batin Radit terus bergerutu dalam hati.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Nyonya Rahayu meminta Raditya mampir ke suatu tempat.

"Mau apa lagi sih, Mah?" tanyanya kesal ketika di perempatan jalan Nyonya Rahayu meminta untuk belok ke arah kiri. Padahal arah rumah mereka tinggal lurus saja.

"Kita ke restoran dulu," ucap wanita paruh baya itu dengan bersemangat. Senyum terus terpancar di wajahnya yang awet muda itu.

"Apa? Restoran? Ckk, kenapa kita gak makan di rumah saja sih, Mah?"

Radit kembali menunjukkan wajah yang kesal. Ibunya ini benar-benar menyita waktunya. Mana mungkin Radit bisa menghabiskan waktunya seharian ini, sementara Maura tengah sakit disana.

Wajahnya semakin dilipat kesal karena ibunya itu tidak menjawab pertanyaannya. Wanita dengan polesan bibir berwarna merah menyala itu malah terkekeh kecil sambil menatap layar ponselnya. Entah sedang berbalas pesan dengan siapa, yang pasti Radit semakin jenuh dibuatnya.

Setengah jam kemudian, mobil mewah berwarna hitam metalik itu berhenti di sebuah restoran mewah. Radit enggan bertanya kembali mengapa ibunya membawanya kemari? Rasa kesal yang menyelimutinya saat ini membuatnya memilih untuk diam. Tidak ada gunanya untuk berdebat ataupun menolak permintaan ibunya yang memintanya untuk makan di restoran ini.

"Duuh, jas kamu kok kusut begini? Ish, mana kau juga belum mandi sejak dari rumah sakit. Sini Mama olesin parfum lagi." Wanita itu menepuk-nepuk jas anaknya lalu merogoh sesuatu dari dalam tas miliknya. Ia mencari parfum yang selalu dibawanya kemana-mana.

Sebenarnya Radit sangatlah harum. Aroma maskulin selalu menyeruak meskipun wajahnya nampak kusut saat ini. Pria itu sangat perfeksionis.

"Mama apa-apaan sih? Lagipula kita mau ketemu siapa sih, Mah?" tanyanya ketus.

"Senyum dong. Wajahmu sejak tadi kusut. Yuuk ah, kita masuk!" ajak wanita itu mengalihkan pertanyaan anaknya.

Nyonya Rahayu menarik tangan Raditya untuk masuk ke dalam restoran tersebut. Nampak beberapa pelayan langsung menyambut mereka.

"Selamat datang Nyonya, selamat datang Tuan muda," sapa para pelayan seraya menunduk hormat. Keluarga Abimana ini merupakan pelanggan VIP di restoran ini. Tentu saja para pelayan mengenal dan sangat menghormati tamu istimewa mereka.

"Malam," jawab Nyonya Rahayu singkat sambil tersenyum ramah.

"Silahkan Nyonya, Tuan sudah menunggu," ujar salah satu pelayan laki-laki yang menggunakan batik berwarna hijau tosca itu.

Nyonya Rahayu mengangguk. Ia mengapit lengan anaknya, setengah memaksa CEO tampan yang sejak tadi terlihat murung itu masuk ke dalam.

Mereka telah sampai di lantai tiga. Nyonya Rahayu tersenyum lebar tatkala seseorang melambaikan tangan padanya.

Raditya tersenyum kecut. Ternyata ia akan makan malam bersama ayahnya juga. Aneh sekali, padahal biasanya kedua orang tuanya itu sangat sibuk.

"Good night, Honey. Maaf membuatmu menunggu," ucap Nyonya Rahayu sambil mengecup kedua pipi suaminya.

Melihat pemandangan itu, Radit tersenyum singkat. Meskipun hatinya tengah jengkel, namun melihat kemesraan kedua orang tuanya, membuatnya sedikit terharu. Mereka memang sangat romantis, selalu menunjukkan kemesraan dimana pun.

"Sebaiknya kalian makan malam berdua saja, dari pada aku jadi nyamuk," celetuknya.

Tuan Damian dan Nyonya Rahayu mengurai pelukannya dan seketika terkekeh kecil oleh kata-kata dari anak mereka.

"Hei, My boy. Kau memang akan jadi nyamuk jika sendirian," ucap Tuan Damian seraya mendekat lalu memeluk sang anak.

"Tapi sayangnya tidak. Karena kita akan double date malam ini," bisik Tuan Damian yang membuat Radit bingung.

"Double date? Apa maksudnya?" Perasaannya mulai tidak enak.

Belum sempat Tuan Damian menjawab, seseorang berjalan anggun ke arah mereka.

"Ma–maaf, Pah. Aku lama di toiletnya," ucap seseorang itu sambil menundukkan wajahnya. Menyembunyikan rona merah karena malu jika bertatap wajah dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

"Dia!!! Ngapain wanita itu disini?!" Radit semakin menunjukkan wajah kesalnya. Ia menatap tajam ke arah wanita yang ia pikir telah menjebaknya sehingga ia mau menggagahinya tanpa sadar.

"Radit, kamu ini gimana sih? Alea kan istrimu. Kok malah nanya ngapain? Kita mau makan malam bersama dong," ucap Nyonya Rahayu seraya merangkul bahu Alea dan membawanya berjalan mendekat ke arah Raditya.

"Ta–tapi, Mah...."

"Jangan tapi-tapian. Kita sudah siapkan meja khusus untuk kalian. Papa dan Mama juga tidak mau diganggu. Jadi kalian jauh-jauh ya."

Radit terbelalak. Ia semakin kesal pada kedua orang tuanya. Ia pikir Ibu dan ayahnya ini ingin makan malam bersamanya. Tapi ternyata, mereka merencanakan ini agar ia bisa makan dengan wanita yang dibencinya itu.

Nyonya Rahayu mengapit lengan suaminya. Mereka saling berpandangan dan berkedip satu sama lain. Seolah saling mengisyaratkan sesuatu yang membuat Radit semakin curiga pada kedua orang tuanya itu.

"Bye, sayang. Jangan lupa kamu kasih hadiahnya. Ada di saku jasmu," bisik Nyonya Rahayu sebelum ia meninggalkan sepasang pengantin baru itu dalam kecanggungan.

Radit meraba saku jas nya. Matanya membulat, 'sejak kapan perhiasan ini ada dalam jasku?' tanyanya dalam hati.

Keduanya masih berdiri terdiam satu sama lain. Radit yang menatap Alea dengan tajam, sementara Alea yang tidak berani untuk mengangkat wajahnya. Antara gugup dan takut bercampur jadi satu.

"Silahkan Tuan muda dan Nona. Meja anda ada disebelah sana," ucap seorang pelayan dengan ramah. Pelayan wanita itu membawa tamu mereka ke sebuah ruangan out door yang begitu nyaman dan privat. Sepertinya kedua orang tuanya memang sengaja memilih tempat ini khusus untuk mereka dinner romantis berdua.

Namun makan malam romantis itu sepertinya hanya angan-angan untuk Alea saja. Sampai mereka sama-sama telah duduk, Radit masih menunjukkan wajah datarnya.

"Kau pikir dengan makan malam begini, aku akan tertarik padamu? Dasar wanita tidak tahu malu!" Pekik pria itu yang membuat Alea seketika mendongak ke arahnya.

Wanita itu lagi-lagi terlihat kecewa. Matanya mengembun seketika. Namun karena kata-kata itu pula, kini Radit dapat menangkap wajah cantik yang sejak tadi terus ditundukkan itu dengan jelas.

Deg.

Raditya terpukau sejenak. wajah wanita itu tiba-tiba mampu menyihirnya. Seketika amarahnya mengendur. Wajah menawan itu mampu mengembalikan ingatannya tentang kejadian yang ia lakukan setengah sadar. Meski yang terbayang saat itu adalah wajah Maura, namun Radit masih ingat dengan betul lekuk indah yang begitu menggairahkan hasratnya.

**

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status