Share

10. Seperti Nyamuk

Alea terkejut. Radit kembali bertutur lembut dan mengatakan sayang padanya. Ia juga dibuat tersipu saat menatap mata suaminya yang berbinar sambil tersenyum dengan begitu manis.

'Apakah ini efek mabuk? Aah, sudahlah... mabuk pun tak apa. lebih enak melihatnya yang bersikap lembut seperti ini,' gumam Alea sambil mengulum senyumnya.

Namun sayang, senyuman itu seketika mengendur tatkala Radit bangkit dan kembali mengatakan sayang. Sebuah kata yang ternyata bukan ditunjukkan padanya.

"Sayang, kamu dari mana saja?"

Pria itu berjalan ke arah pintu yang terbuka. Disana berdiri seorang wanita cantik bersama pelayannya yang menatapnya tanpa ekspresi.

Alea terkejut, mereka pun sama terkejutnya.

Tangan Maura terkepal saat melihat seorang wanita duduk di sofanya. Ia yakin jika wanita itu adalah Alea, wanita yang dijodohkan dengan kekasihnya. Maura melihat potret wanita itu pada sebuah majalah saat pernikahan CEO muda yang tak lain adalah kekasihnya.

"Ngapain kamu bawa wanita itu? Kamu jahat! Bisa-bisanya kamu bawa dia ke hadapanku!" Maura memukul-mukul dada bidang Radit yang saat itu mendekat dan hendak memeluknya. Nampak sekali kemarahan yang tersirat dari matanya yang berapi-api itu.

"Sayang, dengarkan aku dulu. Aku tadi mencarimu ke rumah sakit. Perawat mengatakan jika kamu sudah dibawa pulang. Aku khawatir karena nomor ponselmu tidak bisa dihubungi. Aku berinisiatif kemari untuk memastikan kamu baik-baik saja," ucap Radit menjelaskan kesalah pahaman ini.

"Apa harus dengan wanita itu?" tanya Maura sambil menunjuk ke arah Alea dengan tajam..

Alea merasa kikuk. Ia repleks menundukkan kepalanya. Harusnya kan dirinya yang marah juga karena suaminya masih berhubungan dengan wanita lain padahal sudah sah menjadi suami orang. Namun kali ini, Alea merasa seperti wanita antagonis dalam sebuah film. Seorang wanita jahat yang tega merebut kekasih orang.

"Tenang dulu, Sayang." Radit langsung memeluknya. Pemandangan itu sungguh tidak mengenakkan. Apalagi saat Maura tergugu dalam pelukan pria itu dan Radit terus mengelus punggungnya dengan lembut.

Maura tersenyum kecut, 'Kapan Mas Radit bisa seperti itu padaku ya?'

'Sadar Alea, sadarlah. Jangan halu,' gumam Alea mencoba menyadarkan dirinya bahwa ia hanyalah orang ketiga dalam hubungan mereka ini.

"Dia keserempet mobil tadi. Besok kakek akan datang, aku tidak mau buat masalah jika sampai dia hilang di kota ini. Maafkan aku, Sayang. Aku harap kamu mengerti," ucap Raditya dengan lembut. Pria itu mengurai pelukannya, mencoba menenangkan hati kekasihnya yang tengah dilanda amarah dan cemburu itu.

"Sudah makan?" tanya Radit sambil mengelus rambut bergelombang kecoklatan milik kekasihnya.

Maura menggeleng pelan. Ia mengendus bau alkohol yang cukup menyengat. Dalam hatinya membatin, pasti Radit minum banyak. untung saja ia datang cepat. Jika tidak, entah apa yang akan pria itu lakukan pada istrinya dalam keadaan mabuk. seketika pikiran kotor itu hinggap dalam benaknya.

"Jenny, tolong belikan makanan dan minuman hangat untuk Maura. Beli juga suplemen terbaik agar Maura cepat pulih," titah Radit pada Jenny yang berdiri siaga di depan pintu apartemen mewah itu.

"Baik, Tuan."

Jenny bergegas pergi untuk membeli pesanan tuannya. Sementara itu, Radit mengajak Maura untuk beristirahat di dalam kamar. Mereka berjalan melewati Alea begitu saja. Tidak memperdulikan Alea yang juga merasa kesal karena tak dianggap itu.

BRUK.

Pintu kamar di tutup dengan rapat. Alea terhenyak, dalam pikirannya menerka-nerka. Apa yang akan dilakukan dua manusia itu dalam kamar? Seketika pikiran kotor hinggap dalam benaknya.

'Duh, mereka ngapain ya? Gimana kalau mereka sampai....'

Entah mengapa perasaannya menjadi tak menentu. Alea merasa tidak rela Radit berada di dalam sana. Padahal mereka sudah membuat kesepakatan agar Alea tidak mencampuri urusan pribadi suaminya.

"Duuh, sial sekali. Aku seperti nyamuk," ucap Alea dengan kesal.

Tak lama kemudian .

Ceklekk.

Krieettt.

Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Alea bernafas lega saat Radit keluar bersama wanita itu dalam keadaan rapi. Itu tandanya mereka tidak melakukan apapun di dalam sana.

"Aku akan pulang setelah menyuapimu makan ya, Sayang," ucap Radit membawa Maura duduk di sofa ruang tamu itu.

Alea dibuat canggung ketika harus berada satu meja dengan Radit dan juga kekasihnya.

"Kapan kamu bisa menginap?" tanya Maura dengan manja.

Wanita itu menyenderkan kepalanya di bahu Raditya. Alea memalingkan wajahnya, entah mengapa ia merasa jika Maura tengah memanasinya.

"Mungkin minggu depan ya, Sayang. Aku cari cara dulu supaya bisa menginap disini. Untuk sekarang-sekarang aku belum bisa. Kamu tahu sendiri kan bagaimana aku jika ada kakekku?"

Maura mengerucutkan bibirnya. Jari telunjuknya yang lentik itu menari-nari pada dada bidang Radit. Membuat Alea jengah melihatnya.

"Tapi janji ya, kamu nanti menginap disini. Aku rindu sama kamu, Sayang," ucapnya lagi dengan manja dan menggoda.

Radit tersenyum sambil mengangguk pelan. Sementara Alea, ia bergidik melihat tingkah wanita itu. Sakit saja bisa seperti itu, apalagi sedang sehat? Alea seketika membayangkan sejauhmana hubungan mereka?

'Heemm... Jadi ini wanita yang membuat Mas Radit tergila-gila. Aku pikir sosok Maura itu adalah gadis yang polos. Tapi sepertinya aku lebih polos dari wanita itu. Ckk... sungguh memuakkan. Lebih baik tidak melihat saja dari pada menyaksikan dua manusia yang tak punya malu itu.'

Alea terus mengumpat dalam hati ketika Maura dan Radit duduk bermesraan di hadapannya. Mereka hanya tersekat meja dengannya. Radit duduk dengan tangan yang direntangkan pada lengan sofa. Sementara Maura menyender pada bahu pria itu. Tatapan penuh cinta terlihat jelas ketika keduanya saling memandang.

Mereka mengobrol akrab dan saling bersenda gurau, membalas senyuman satu sama lain. Pemandangan yang memuakkan untuk Alea yang awalnya sudah tertarik dengan suaminya itu.

Selain kesal, kecewa dan canggung, Alea juga merasa tidak enak hati saat ini. Sedekat itu Radit dan Maura. Bahkan Radit sangat bucin pada kekasihnya itu.

**

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status