Share

Penantian Malam Pertama
Penantian Malam Pertama
Penulis: Rfi Dianafi

Part 1

"Sayang, aku sudah tidak sabar menunggu malam ini sejak dua tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau akhirnya kita akan hidup bersama membangun keluarga bahagia," tutur Rendi, suami Miana yang saat ini berdiri di belakang sembari memeluknya. 

"Aku juga sangat bersyukur karena kita bisa menyatukan cinta kita dalam ikatan yang suci. Terima kasih sudah menghalalkan aku, Mas," balas Miana sembari tersenyum melalui pantulan cermin meja rias di hadapannya. 

Rendi dan Miana saling melemparkan senyum bahagia. Keduanya sudah sama-sama membersihkan diri setelah pesta pernikahan mereka yang diadakan dengan sangat meriah. 

Selain malam pertama yang akan mereka lalui malam ini sebagai sepasang pengantin baru, ini juga adalah malam pertama bagi mereka berdua menempati rumah baru mereka. Ya, sebelum menikah Rendi sudah menabung dan membeli rumah untuk mereka tempati. 

Katanya, supaya mereka bebas melakukan apapun sesuka hati di saat pengantin baru. Jadi, di sinilah mereka sekarang. Di rumah baru yang sesuai dengan impian Miana selama ini. Merajut kasih secara halal dan juga hanyut dalam asmara kenikmatan yang sebentar lagi akan keduanya raih. 

"Bolehkah aku memetik buah segar yang selama ini sudah kamu jaga, sekarang?" tanya Rendi sembari menatap Miana. Pria itu mencium puncak kepala dengan tangannya yang mulai menjelajah di bagian depan dirinya. 

"Apapun yang Mas mau, Mas boleh melakukannya. Aku sepenuhnya milikmu. Kamu berhak atas diriku, Mas," jawab Miana sembari tersenyum malu. 

Rendi membantu Miana beranjak dan berdiri di hadapannya. Dia mendekatkan tubuh mereka sampai tidak berjarak. Dengan perlahan Rendi memajukan wajahnya untuk menggapai bibir Miana. 

Spontan Miana memejamkan mata. Sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya meski mereka sudah berpacaran dua tahun akhirnya dapat mereka lakukan malam ini dengan cara yang benar dan halal.

Naluri Miana menginginkan sesuatu yang menjadi bagian inti dari kegiatan mereka ini. Namun, belum sampai lebih juah pikirannya melayang, Rendi menghentikan kegiatan mereka.

"Kita lanjutkan di kasur, hmm?" tanya Rendi di sela kegiatan mereka.

Miana hanya mengangguk mengiyakan. Dengan perlahan Rendi mendorong Miana menuju ranjang king size. Miana yang terlentang membuat Rendi melancarkan serangannya pada bagian yang lain. 

"Dari mana Mas Rendi bisa mengetahui hal seperti ini padahal ini adalah pertama kalinya kita melakukan?" tanya Miana heran. Namun, tidak ada kecurigaan yang dia berikan kepada Rendi. 

"Aku laki-laki dewasa, Miana. Meskipun aku tidak memiliki pengalaman dalam melakukan malam pertama, tapi aku dapat mengetahui hal itu dengan mudah dengan banyak cara," papar Rendi membuat kening Miana berkerut tak mengerti apa maksudnya. 

Rendi terkekeh geli melihat ekspresi istri kesayangannya. Dia mencubit hidung Miana gemas. Mungkin Rendi sedang memberikan istrinya waktu untuk beristirahat setelah pemanasan dahsyat sebelum masuk ke acara inti karenanya dia mengajak Miana sedikit bercanda seperti ini.

"Banyak teman yang bercerita perihal apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri di malam pertama. Meskipun aku tidak mempraktekkannya secara langsung, tapi aku dapat pengalaman dari semua cerita itu," lanjut Rendi menjelaskan setelah tidak mendapatkan balasan dari istrinya. 

"Dan lagi, di zaman modern seperti sekarang banyak hal yang bisa kita dapatkan tanpa harus praktek. Saat ini dunia dalam genggaman, Miana. Apapun yang kita mau bisa kita dapatkan dari ponsel," jelas Rendi membuat Miana mengerti.

Seketika Miana langsung membulatkan mata menatap tidak percaya padanya. Sementara Rendi, dia tetap tersenyum sembari mengedipkan sebelah mata genitnya. Miana memicing sembari membuka suaranya. 

"Itu artinya Mas Rendi sudah melihat video orang bercinta sebelumnya?" tanya Miana memastikan meski sebenarnya dia sudah tahu jawaban pasti mengenai hal itu. 

"Miana, aku pria normal yang juga butuh hiburan. Aku butuh pengetahuan perihal pengalaman bercinta meski aku tidak harus melakukannya. Terlebih lagi saat usiaku remaja. Keinginanku untuk mengetahui sesuatu lebih tinggi dibandingkan aku yang sudah dewasa dan matang seperti ini," jawab Rendi tepat seperti dugaan Miana. 

"Kamu tidak perlu khawatir, Sayang. Seperti itu wajar terjadi baik itu di kalangan laki-laki ataupun perempuan. Meski yang lebih banyak menonton video bercinta berada dari pihak mereka para laki-laki," beber Rendi memberikan pengertian kepada Miana yang sudah mulai merajuk. 

"Yang terpenting aku sama sekali tidak pernah menyentuh wanita manapun. Aku masih menjaga diriku sama seperti kamu yang masih menjaga milik mu." 

"Sekarang, waktunya aku mengambil bukti cintamu yang sudah kita perjuangkan bersama." 

Belum sampai Miana membuka suara, Rendi sudah lebih dulu membuka kaos oblong miliknya. Sepertinya dia sengaja melakukan itu agar istrinya tidak melakukan protes dan bertanya lebih banyak. 

Tepat sebelum Rendi menurunkan celana dan juga kain bagian dalamnya, terdengar suara berbunyi nyaring mengganggu kegiatan mereka. 

Ting!

Ting!

"Mas, siapa yang bertamu malam-malam begini?" tanya Miana padanya dengan kening berkerut.

"Shit! Mengganggu saja!" umpat Rendi.

"Apa dia tidak tahu sebentar lagi aku harus menghisap madu yang sangat lezat dan nikmat?" kesal Rendi dengan wajah yang terlihat emosi karena kegiatan mereka terganggu. 

"Tidak mungkin Ibu yang bertamu kan, Mas?" 

Tentu saja suara bel yang tidak berhenti membuat keduanya tidak dapat melanjutkan kegiatan mereka yang mesra tadi. Miana dan Rendi saling menatap. 

Kalau mereka tidak juga melihat siapa yang datang malam-malam begini, bisa-bisa hal menyenangkan seperti tadi akan terus mengganggu kalau orang itu tidak kunjung pergi. 

"Kamu tunggu di sini dulu, hmm."

"Tetaplah polos dan jangan gunakan kain menyebalkan itu. Tutupi saja dengan selimut yang ada. Aku akan melihat siapa yang datang dan akan memberikan pelajaran karena sudah mengganggu kegiatan kita berdua." 

Rendi memberikan perintah dengan nada yang sangat kesal. Dia membenarkan resleting celananya dan memakai kembali kaos oblongnya. 

Setelah mencium kening Miana, Rendi pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban. Tampak dia menahan emosi yang besar. Hanya saja, justru wajah Rendi yang seperti itu terlihat menggemaskan di mata Miana.

'Aku ingin melihat siapa yang datang, tapi tidak mungkin aku kembali memakai pakaian lengkap sementara Mas Rendi melarangnya. Daripada memancing keributan, aku memilih menutupi tubuh polosku dengan selimut yang ada di sana saja,' batin Miana sembari menutupi seluruh tubuh polosnya.

"Ya ampun, ternyata sprei yang rapi tadi sudah tak berbentuk lagi. Ini baru pemanasan. Entah seperti apa jadinya kalau sampai mereka nanti bermain pada tahap inti."

"Sepertinya sprei ini tidak akan lagi pada tempatnya diiringi dengan ranjang yang akan terus bergoyang sepanjang malam," gumam Miana pelan setelah beranjak dari ranjang dan memilih duduk di depan meja rias. 

"Mas Rendi benar-benar buas. Masih pemanasan saja dia sudah membuat banyak tanda lukisan di leher dan di dadaku. Entah bagaimana buasnya dia nanti saat kami bersatu." Lirih Miana sembari melihat jejak merah yang ditinggalkan Rendi di tubuhnya.

"Kamu sudah tidak suci lagi. Mulut Mas Rendi sudah menjelajahmu tanpa ampun. Setelah ini dan hari-hari berikutnya kamu harus memberikan yang lebih memuaskan pada suamiku. Jangan pernah sekalipun mengecewakannya dalam melayani dia di atas ranjang," kata Miana pada gunung kembarnya.

Miana berdiri dan ingin kembali membuka selimut yang menutupi sampai pada bagian bawah inti tubuhnya. Hanya saja, semua itu terhenti saat dia mendengar teriakan yang memekakkan telinga diiringi dengan suara pintu kamar yang terbuka dengan keras dan kasar.

"Miana!" teriak Rendi membuat Miana langsung melihat padanya sembari membenarkan selimut untuk menutupi tubuh polos itu.

"Ada apa, Mas?" tanya Miana tidak mengerti melihat wajah Rendi yang tampak seperti menahan amarah. 

"Ada apa kamu bilang?!"

"Ini apa, hah?! Ini apa?!" tanya Rendi sembari memperlihatkan sebuah flash disk yang Miana sendiri tidak tahu apa itu isinya. 

Miana masih tidak mengerti apa yang ada di dalam flash disk itu sampai membuat Rendi terlihat sangat marah kepadaku. Namun, perasaannya mengatakan kalau sesuatu yang tidak baik pasti terjadi di sini. Tidak mungkin kemarahan Rendi yang tampaknya seperti itu hanyalah sebuah prank untuk malam pertama mereka. 

"A ... apa itu, Mas? Aku benar-benar tidak tahu," tanya Miana tergagap berharap apa yang dipikirkan tidak terjadi. 

Rendi melemparkan flashdisk itu ke arah Miana. Dengan tangan gemetar dia mengambilnya segera dan membuka cepat di ponselnya yang kebetulan berada di atas meja rias. 

Kening Miana berkerut melihat banyaknya file yang terdapat di sana. Secara random dia membuka salah satu di antaranya dan melihat video rekaman yang terdapat di dalam sana.

Deg! 

Hati Miana nyeri dengan jantung yang berdetak semakin cepat. Air matanya luruh begitu saja. Mengalir deras dan semakin deras seiring dengan sesuatu yang terus berputar di dalam sana. Mina melihat durasinya yang mencapai satu jam. 

Tangan Miana bergetar melihat video di sana dan dia mempercepat memutar sampai waktu terakhir. Sebelum dia membuka suara dan menjelaskan apa yang terjadi, perkataan Rendi berhasil membuat hatinya semakin sakit dengan air mata yang semakin deras. 

"Kita akan segera bercerai! Aku akan mengurusnya besok pagi!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status