Beranda / Semua / Pendekar Lembah Iblis / Bab 5 Kunci Misterius

Share

Bab 5 Kunci Misterius

Penulis: Langit Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-02 09:19:48

Pak tua tersebut tersenyum, lalu kemudian menepis tangan Amon perlahan. Amon tersentak, dia merasakan ada desakan yang kuat yang membuat tangannya menjadi lemah dan tidak berdaya. Lalu Pak tua itu pergi.

Amon berdiri diam, tangannya yang disentuh oleh pak tua itu terasa kesemutan. Itu, aliran tenaga dalam, imdok tingkat tinggi. Walau sekejab, tapi aliran itu mengacaukan pembuluh darah Amon. Amon terkesiap, orang tua itu ternyata bukan orang sembarang.

Sial! Bahkan di desa kecil ini ada jagoan tak bernama. Sebaiknya aku harus segera bergegas keluar dari tempat ini. gumam Amon dalam hati. Setelahnya, pemuda itu segera menarik tangan Limey. “Kita segera bergegas pergi dari tempat ini!” serunya.

Limey yang ditarik Amon tampak bingung, namun Amon sudah membetotnya menjauh dari keramaian. Kinan pun mengekori dari belakang. Sebenarnya kinan merasa kesal, terlebih tadi Amon sempat menyebut adiknya Budak, namun Kinan tidak sempat menyemburkan kemarahannya. Dia sedang belajar untuk bersabar.

Ketiganya melewati pasar budak. Kali ini pedagang budak tengah menjual seorang perempuan cantik, bajunya demikian seksi. Kinan dan Limey memandang sekilas, Amon tidak, dia tetap berjalan lurus. Kerumunan orang berkumpul di tempat pasar budak tersebut, saling berdesak-desakan melihat dan tergiur oleh penampilan beberapa perempuan budak yang dijual.

“Silahkan lihat, dia cantik, namanya Mayu, silahkan, dimulai dari 10000 Zeni. Ada yang menawar tinggi!” teriak penjaja budak.

Mereka melewati pasar budak hingga sampai di sebuah penginapan. Amon masuk dan memesan satu kamar untuk mereka bertiga. Kinan kaget, bertiga?! Pendekar pelit ini sungguh kikir sekali.

Pelayan penerima tamu sempat melirik ke arah Limey dan Lea, tampak tersenyum mesum, dalam pikirannya terbesit iri karena ada seorang lelaki dapat sekamar dengan dua perempuan, cantik pula. Ketika dia melirik ke arah Kinan, gadis itu melotot galak, “Apa lihat-lihat!” serunya kesal. Sang pelayan buru-buru menyembunyikan pandangan karena takut dengan semburan api kemarahan dari pandangan mata Kinan.

“Kalau tuan ada perlu apa-apa, saya…” belum sempat si pelayan selesai bicara, pintu segera didorong Amon hingga tertutup, tepat satu senti dari wajah sang pelayan yang melongo karena diperlakukan kasar oleh pengunjung.

“Pelayan itu mesum!” seru Kinan akhirnya setelah pintu tertutup. Amon berjalan mendekat ke arah meja, membuka kendi dan menuangkan air. “Dan tempat apa ini? sampai ada perdagangan budaknya!”

“Kalian juga hampir menjadi seperti perempuan-perempuan tadi!” ucap Amon setelah menenggak minumannya.

“Kami tidak—tidak akan pernah begitu!” Kinan membantah.

“Hampir. Kalau aku tidak datang saat itu!” tambah Amon seakan tengah mengingatkan jasanya pada Kinan.

“Kau!” Kinan berteriak tertahan, tapi Amon sudah mendelik dan Kinan merasa mata Amon seperti ancaman. Pemuda itu sedang tidak ingin beradu argumen dan bertukar kata-kata kecaman dengan Kinan, pikirannya sedang penuh oleh penampakan orang tua yang tadi ditemuinya dipasar dan meramalkan dirinya dan Limey. Jauh dalam ingatannya dia samar-samar mengingat tentang sebuah kisah seorang peramal sakti, namun itu kisah yang didengarnya waktu kecil.

“L, kau urus di sini, dan kau bocah, tutup mulutmu. Aku akan pergi keluar sebentar!” Amon segera bergegas keluar kamar. Kinan dan Limey memandang. Kinan merasa kesal, ditendangnya dipan hingga kakinya terasa sakit.

“Brengsek!!!” teriaknya, “Kenapa kita harus ketemu orang menyebalkan seperti itu!!!”

Limey duduk di satu bangku, diam dan berpikir sejenak. Kinan menjadi gelisah, tangannya terkepal-kepal marah.

“AAAAAARG!” Kinan berteriak dan membanting dirinya di atas dipan. Terbayang di matanya semua kejadian lima hari yang lalu.

**

Kinan meneliti kunci yang diterimanya tadi dari orang tua yang ditolongnya. Sebenarnya itu bukan sesuatu yang serius, namun sempat juga jadi pikirannya. Sebelumnya seorang tua hampir saja tertabrak mobil, namun dengan kesigapan Kinan, gadis itu berhasil menyelamatkan satu nyawa. Pak tua yang ditolongnya mengucapkan terimakasih, lalu kemudian memberikannya sebuah kunci.

Dengan perasaan heran, Kinan pun menerima kunci tersebut, kunci tua yang lusuh. Namun gadis itu tidak sampai hati menolak pemberian bapak tua itu yang sepertinya memaksa Kinan untuk menerima kunci itu. dengan ramah Kinan menerimanya, walau dia sendiri bingung untuk apa benda itu.

Pak tua itu tampak lega telah memberikan kunci tersebut pada Kinan. Lalu dengan suara bergetar berkata, “Gunakan ketika kamu sangat membutuhkannya untuk membuka tempat yang terkunci. Kunci itu akan menolongmu.” Pesan pak tua itu sebelum pergi.

Kinan memandang Limey yang ada di dekatnya, adiknya tersebut tersenyum lalu berkata, “simpan saja, siapa tahu benar benar berguna pada suatu saat.”

Kini, Kinan memikirkan kembali kunci aneh yang panjang dengan ujung berbentuk bulat, kunci yang biasa saja, dan bodohnya lagi, kok dia mau menerima kunci seperti itu. Limey memandang Kinan yang sibuk membolak-balik kunci tersebut di tangannya.

“Kenapa Kak?” tanya Limey.

“Ini Cuma kunci biasa, kenapa juga tadi diterima ya?” tanya Kinan sambil memandang Limey.

“Coba lihat.”

Kinan menyerahkan kunci tersebut pada Limey, dan kini Limey yang memandangnya dengan seksama. Kunci berbentuk panjang, dengan gerigi di sisinya. Panjang kunci itu persis jari telunjuk, dengan bulat di atasnya yang hanya terisi lobang kecil yang bahkan tidak bisa disangkutkan gantungan. Warna kunci itu lebih menarik lagi, sisi satu berwarna perak dan sisi lainnya kuning emas.

“Nggak ada yang aneh kan. Cuma kunci biasa. Tapi warnanya memang agak menyolok. Belum pernah ada kunci warna selang-seling begitu, tapi idih, bisa-bisanya aku dibohongi pak tua itu,” sungut Kinan penuh sesal.

“Memang orang tua itu bilang apa?”

“Dia bilang kunci ini bisa membuka pintu yang terkunci, kayak kunci all you can take. Akkkh, kenapa aku percaya begitu saja ya!!” Kinan mengacak-acak rambutnya sendiri yang pendek sebahu, “mana ada yang begituan!” celetuk Kinan sambil terus mengepal-ngepalkan jari-jemarinya.

“Ya, begitulah kakak…” ucap Limey sambil menghembuskan napasnya.

“Padahal pak tua itu kan enggak musti bohong. Aku kan nolong dia iklas, eh dia malah ngasih kunci ini. Semula kupikir emang bentuknya sedikit aneh, tapi pas dilihat-lihat ternyata biasa-biasa saja.”

Limey menyerahkan kunci itu kembali pada Kinan, Kinan memandangnya lalu bersiap untuk membuangnya, tapi mendadak Limey mencegah, “Jangan Kak. Pak tua itu sudah ngasih barang itu, siapa tahu berguna, siapa tahu seperti yang dia katakan. Kalau begitu, pasti seru.” Alis Limey bergerak seperti menggoda.

“Berguna. Iya, kali bisa membobol bank…” ucap Kinan sambil mengedip jahil pada Limey lalu menurunkan tangannya yang sudah bersiap melempar. Kemudian dimasukkannya kunci tersebut ke dalam saku celana panjangnya.

“Jadi belanjanya?” tanya Limey lagi.

“Terserah, Kalau jadi oke, enggak juga enggak apa-apa.”

“Ya udah, jadi aja. Kita ke supermarket sebentar ya,” ajak Limey sambil menunjuk satu gedung besar di depan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Mr
time travel toh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 106 Aku Miliknya

    LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 105 Pertemuan Tak Terduga

    Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 104 Yang Terluka

    Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 Racun yang keluar

    Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 103 penyatuan

    Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 102 Ayo Kita Menikah

    Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 101 Menyatukan Kesadaran

    Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 100 Menawarkan Racun

    Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”

  • Pendekar Lembah Iblis   Bab 99 Pengorbanan

    Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status