Beranda / Pendekar / Pendekar Naga Petir / Kelahiran Sang Pewaris Langit

Share

Pendekar Naga Petir
Pendekar Naga Petir
Penulis: sophelia

Kelahiran Sang Pewaris Langit

Penulis: sophelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 22:25:29

Malam yang biasanya tenang mendadak berubah menjadi lautan kegelapan mencekam. Angin meraung, guntur bergemuruh, dan petir menyambar-nyambar tanpa henti. Suara dentuman begitu kuat hingga tanah bergetar seolah hendak pecah.

Di desa kecil di kaki gunung, orang-orang berhamburan keluar dari rumah mereka. Wajah pucat, mata penuh ketakutan.

“Ya Dewa… apa ini akhir dunia?” bisik seorang lelaki tua sambil memeluk cucunya erat.

“Lihat langit itu! Petirnya bukan warna biru atau ungu… tapi keemasan!” teriak seorang pemuda.

“Tidak… tidak mungkin! Itu petir langit ilahi! Itu tak pernah muncul sejak zaman leluhur!” seru tetua desa, suaranya bergetar.

Di udara, aliran energi menekan begitu kuat hingga anak-anak menangis dan hewan-hewan bersembunyi ketakutan. Tapi tak seorang pun tahu, di balik badai petir itu, takdir besar sedang terbentuk.

Sementara itu, di rumah kayu sederhana di tengah desa—

“AAAHHH!” jerit seorang wanita menggema dari dalam ruangan.

“Xue’er, bertahanlah! Sedikit lagi!” ujar seorang pria muda dengan wajah tegang. Tubuhnya dipenuhi keringat, tapi matanya penuh kasih dan kekhawatiran. Ia adalah Qin Yuan, kepala keluarga muda dari garis utama klan kecil di wilayah itu.

Seorang dukun wanita tua di sampingnya berteriak, “Dorong lagi! Aku bisa lihat kepalanya!”

Li Xue, istrinya, menggigit bibir hingga berdarah, tangannya mencengkeram kuat lengan suaminya. “Yuan… aku… aku bisa merasakan… sesuatu yang besar… turun dari langit…”

Qin Yuan menatap istrinya tajam. “Jangan bicara dulu! Fokuslah, Xue’er!”

Tangis bayi akhirnya pecah. Tapi bersamaan dengan itu, seluruh langit di atas desa menyala terang—petir yang tadinya mengamuk tiba-tiba berhenti. Semua orang terdiam. Petir yang sebelumnya menembus awan kini membentuk bentuk aneh… seekor naga.

Bukan naga biasa. Tubuhnya sebesar gunung, sisiknya bersinar keemasan, dan dari tubuhnya keluar percikan petir yang seperti hujan cahaya.

“NA… NAGA! Lihat itu!” seseorang di luar rumah menjerit.

“Empat… empat kepala! Dan dua belas mata!? Itu naga ilahi!” seru tetua desa sampai lututnya lemas.

Langit seluruh dunia bergetar. Petir menyambar tanpa suara, tapi tekanan energinya membuat galaksi lain turut merasakan gejolak. Di istana raja galaksi, di ruang meditasi para leluhur abadi, di kerajaan-kerajaan jauh—semua merasakan hal yang sama.

“Apa ini? Apakah ada makhluk ilahi yang turun ke dunia fana?” ujar seorang kaisar surgawi, matanya menyipit.

“Kekuatan ini… bahkan melampaui dewa naga!” jawab yang lain dengan nada gemetar.

Namun, sebelum siapa pun sempat bertindak, naga itu tiba-tiba menundukkan kepala dan lenyap—melesat turun menuju rumah kayu tempat bayi itu lahir.

Cahaya menyilaukan memenuhi ruangan. Qin Yuan hampir kehilangan keseimbangan.

“Apa yang—!? Tidak mungkin!”

Dari tubuh bayi mungil di pelukan Li Xue, cahaya keemasan menyala terang. Udara di sekitarnya mendidih. Petir berputar lembut di udara, lalu menyatu ke tubuh mungil itu—bersamaan dengan sosok naga tadi.

“Yuan…” suara Li Xue lemah. “Apa yang terjadi… dengan anak kita?”

Qin Yuan menatap bayi itu lama, matanya membulat tak percaya. “Dia… dia menyerap naga itu… semua petir langit… masuk ke tubuhnya.”

“Tidak mungkin,” gumam dukun tua di sudut ruangan. “Itu… itu kekuatan yang bahkan kaisar abadi pun tak sanggup menahan!”

Tangisan bayi berhenti. Di wajah mungilnya muncul senyum lembut, dan cahaya keemasan menyelimuti seluruh tubuhnya.

Lalu sesuatu yang lebih mencengangkan terjadi—langit yang tadinya gelap kembali cerah, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, matahari, bulan, dan bintang bersinar bersamaan.

“Lihat ke langit!” teriak seseorang dari luar. “Tiga cahaya surgawi muncul sekaligus!”

Qin Yuan mendongak, wajahnya berubah serius. “Tiga cahaya… matahari, bulan, dan bintang… berkumpul di satu titik.” Ia menatap anaknya lagi. “Apa mungkin… semuanya terserap ke tubuhnya?”

Li Xue menatap suaminya dengan wajah ketakutan. “Yuan, apakah… apakah anak kita akan baik-baik saja?”

Qin Yuan memegang tangan istrinya, mencoba menenangkan. “Tenanglah. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku yakin… dia bukan bayi biasa.”

Bayi itu menatap mereka dengan mata berwarna emas terang, seperti dua potongan matahari kecil.

Keesokan harinya, badai sudah mereda, tapi dunia belum sepenuhnya tenang. Qin Yuan membawa Li Xue dan bayinya menuju gua rahasia di balik gunung.

“Yuan, ke mana kita pergi?” tanya Li Xue dengan napas terengah.

“Ke tempat yang aman,” jawabnya singkat. “Aku harus memastikan sesuatu.”

Gua itu dipenuhi ukiran kuno dan formasi spiritual yang memantulkan cahaya redup. Di tengah ruangan berdiri sebuah altar batu dengan harta kuno berbentuk mangkuk kristal besar—Alat Uji Garis Darah Kuno—warisan keluarga dari era abadi.

“Ini…” Li Xue menatap benda itu dengan mata lebar. “Kau ingin mengujinya?”

Qin Yuan mengangguk. “Aku harus tahu siapa—atau apa—anak ini.”

Dengan hati-hati, ia meletakkan bayi itu di atas wadah tersebut.

Sesaat hening… lalu—BOOM!

Cahaya menyilaukan meledak ke seluruh penjuru gua. Simbol-simbol kuno berputar cepat di udara. Formasi di dinding bergetar, lalu mulai retak.

“Yuan! Apa yang terjadi!?” jerit Li Xue.

“Dia… dia menghancurkan alatnya!” Qin Yuan mundur dengan wajah pucat.

Benda suci yang seharusnya abadi—retak, lalu hancur berkeping-keping.

Ledakannya memicu gelombang energi yang menyapu gunung. Suara gemuruh terdengar sejauh ribuan mil. Desa di bawah ikut berguncang, dan di kejauhan, beberapa kultivator kuat yang tengah bermeditasi langsung terbatuk darah.

“Tidak mungkin…” Qin Yuan memeriksa bayi itu lagi. “Dia… dia bukan hanya menyerap naga petir.”

“Apa maksudmu?” tanya Li Xue khawatir.

Qin Yuan menatap bayi itu dengan wajah antara kagum dan takut. “Dia punya empat garis darah berbeda… naga petir, matahari, bulan, dan bintang. Empat dantian terbentuk di dalam tubuhnya.”

“Empat dantian?” Li Xue membeku. “Tapi itu… mustahil…”

“Ya,” jawab Qin Yuan pelan. “Bahkan leluhur abadi pun hanya punya satu inti energi. Tapi dia… dia memiliki empat.”

Qin Yuan mengangkat tangannya, dan seberkas cahaya spiritual muncul, menyorot tubuh bayi. Cahaya itu menyingkap kekuatan tersembunyi dalam tubuh kecil itu.

“Ranah Leluhur Bela Diri… tingkat dua,” bisiknya tak percaya. “Dia lahir dengan kultivasi setinggi itu.”

Li Xue menatap anaknya dengan mata berkaca. “Yuan… apakah ini berkah atau kutukan?”

Qin Yuan terdiam lama, lalu berkata, “Bisa jadi keduanya.”

Ia mengambil napas panjang, lalu mengeluarkan sebuah buku kuno dari cincin penyimpanannya. Sampulnya hitam pekat dengan simbol bintang di tengahnya.

“Buku itu… bukankah itu…?” tanya Li Xue terkejut.

“Ya,” jawab Qin Yuan. “Pusaka keluarga kita. Kitab Kultivasi Semesta. Teknik yang bahkan para dewa pun tidak mampu menembusnya sepenuhnya.”

Ia menatap bayi itu dan berbisik lembut, “Shan’er… suatu hari nanti, kalau kau sudah cukup kuat, kitab ini akan jadi penuntunmu.”

Li Xue menyentuh pipi bayinya. “Kau akan membawa cahaya baru ke dunia ini, Nak…”

Tapi Qin Yuan tahu, cahaya besar selalu menarik bayangan besar pula.

Ia menatap ke arah mulut gua. “Kita harus menyegel kekuatannya dulu.”

Ia mengeluarkan artefak berbentuk batu giok transparan. “Ini adalah Harta Penyembunyi Esensi. Dengan ini, semua energi dan garis darahnya akan tersegel sampai waktu yang tepat.”

Cahaya lembut keluar dari batu giok itu, menyelimuti tubuh Qin Shan. Aura besar yang tadi bergetar kini menghilang, digantikan dengan keheningan.

Li Xue tersenyum lega. “Sekarang dia… terlihat seperti bayi biasa.”

Qin Yuan memandangi wajah kecil itu dengan senyum getir. “Itu yang kuinginkan.”

Ia berjongkok, menatap langsung ke mata anaknya yang mulai terpejam. “Shan’er… kau akan membawa badai besar ke dunia ini. Tapi ingatlah, selama ayah dan ibumu masih hidup, tak akan ada yang bisa menyentuhmu.”

Li Xue menatap suaminya lembut. “Kau yakin akan meninggalkan kami untuk melanjutkan kultivasi?”

Qin Yuan menatap jauh ke dalam gua yang gelap. “Aku harus. Dunia ini akan berubah begitu dia tumbuh. Aku perlu kekuatan untuk melindunginya.”

Ia mendekat, mencium kening Li Xue dan anaknya. “Jaga dia untukku.”

Li Xue menggenggam tangannya. “Kembalilah… sebelum semuanya terlambat.”

Qin Yuan tersenyum samar. “Aku berjanji.”

Ia melangkah pergi, dan bayangannya lenyap dalam kegelapan gua.

Malam itu, langit kembali tenang. Tapi di balik ketenangan itu, seluruh alam semesta seakan tahu—telah lahir seorang bayi yang kelak mengguncang semua dunia.

Qin Shan, pewaris empat garis darah ilahi, bayi yang lahir di bawah teriakan naga langit.

Dan dengan kelahirannya, takdir dunia mulai bergerak.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Naga Petir   Di Antara Kilatan dan Bayangan

    Ledakan cahaya itu datang begitu cepat hingga Qin Shan tak sempat menarik napas. Dalam sekejap, seluruh lembah tertelan cahaya biru menyilaukan. Angin berputar liar, mengangkat debu dan batu seperti badai.Ia melompat mundur, berusaha mengaktifkan formasi pelindung di tubuhnya. Tapi sebelum segelnya terbentuk, cahaya itu menelannya bulat-bulat.Suara petir meledak di telinganya—panjang, berat, dan terasa seperti menggetarkan tulang. Lalu semuanya hening.Ketika kesadarannya kembali, ia berdiri di tempat yang tidak lagi sama.Langit di atasnya bergulung seperti kabut berlapis petir. Tanah di bawah kakinya adalah dataran gelap berwarna keperakan, memantulkan bayangan dirinya sendiri. Tak ada angin, tak ada suara. Hanya dengung halus dari udara yang bergetar oleh energi.“Dimensi buatan…” gumamnya pelan. Ia menunduk, menyentuh tanah. “Stabilisasi energi petir tingkat tinggi. Mirip teknik segel ruang yang digunakan oleh Bai Chen.”Jantungnya berdetak lebih cepat. Semua ini terasa terlalu

  • Pendekar Naga Petir   Umpan di Lembah Angin Tersembunyi

    Pagi itu udara di kota perbatasan terasa lebih berat dari biasanya. Awan kelabu menggantung rendah, menyelimuti atap-atap rumah yang berdebu. Qin Shan berjalan di sisi kiri jalan bersama Yue Ling, langkahnya tenang tapi matanya tajam mengamati setiap sudut.Kertas kecil di tangannya kini telah menjadi beban pikiran yang terus berputar sejak semalam.“Jika kau ingin bertemu Bai Chen, datanglah ke reruntuhan Lembah Angin Tersembunyi. Tapi jangan membawa siapa pun selain dirimu.”Tulisan itu terlalu rapi untuk sekadar jebakan murahan. Dan simbol formasi petir biru di ujungnya—terlalu spesifik untuk diabaikan. Simbol itu hanya digunakan oleh kelompok yang menguasai formasi tingkat tinggi dari wilayah selatan.“Masih yakin mau datang?” tanya Yue Ling pelan. “Kalau ini jebakan, kita bisa kehilangan nyawa.”Qin Shan menatap lurus ke depan, suaranya datar. “Justru karena itu aku harus datang. Jika benar Bai Chen masih hidup, maka seseorang sedang berusaha mempermainkan kita.”Mereka berbelok

  • Pendekar Naga Petir   Ujian di Lembah Tersembunyi

    Pagi itu, kabut tipis masih menggantung di atas pasar kota perbatasan. Qin Shan menatap gulungan kertas di tangannya—pesan dengan simbol petir biru yang belum sempat ia buang sejak kemarin.“Lembah Angin Tersembunyi,” gumamnya pelan. Yue Ling menatapnya tajam. “Kau yakin mau pergi sendirian?” “Aku harus memastikan sendiri. Kalau Bai Chen benar-benar hidup, dia mungkin menunggu di sana.” “Dan kalau ini jebakan?” Qin Shan tersenyum tipis. “Maka orang yang memasangnya akan menyesal.”Ia menyimpan kertas itu ke dalam lengan jubahnya, kemudian melangkah pergi tanpa menoleh. Yue Ling hanya bisa menatap punggungnya hingga menghilang di antara kabut.Perjalanan menuju lembah memakan waktu setengah hari. Daerah itu sunyi, hanya angin lembut yang berhembus membawa bau lembab tanah tua. Di kejauhan, lembah itu tampak seperti luka di antara dua tebing, dikelilingi pohon berdaun merah tua yang tidak seharusnya tumbuh di tempat sekering ini.Begitu Qin Shan menjejakkan kaki di dalam, hawa spirit

  • Pendekar Naga Petir   Tenang Sebelum Badai

    Udara di luar lembah terasa berat. Sisa-sisa petir hitam dari pertarungan sebelumnya masih menggantung di langit barat, menandakan Mo Yuan belum sepenuhnya musnah.Qin Shan dan Yue Ling berdiri di puncak tebing kecil. Angin membawa aroma logam dan abu. Dari kejauhan, mereka bisa melihat kilatan cahaya merah di antara awan hitam—tanda bahwa sesuatu masih bergerak di dalam tubuh Mo Yuan.“Dia tidak akan menyerah,” ucap Qin Shan datar. Nada suaranya tenang, tapi matanya menyimpan kekhawatiran.“Lalu apa yang akan kita lakukan?” tanya Yue Ling pelan. “Kalau dia benar-benar bangkit, kita tidak mungkin melawannya dalam kondisi sekarang.”Qin Shan menatap cakrawala sejenak, lalu menarik napas panjang. “Kita mundur dulu. Aku perlu waktu untuk menstabilkan dantian dan menguatkan fisik dewa perangnya. Dunia Batu Semesta akan mempercepat pemulihanku.”Tanpa banyak bicara lagi, ia menutup matanya, memusatkan kesadaran jiwa, dan dalam sekejap tubuhnya lenyap dari tempat itu. Yue Ling mengikuti, me

  • Pendekar Naga Petir   Di Ambang Kematian

    Asap tebal memenuhi lembah. Batu-batu besar yang sebelumnya kokoh kini hancur berserakan. Bau ozon memenuhi udara akibat petir hitam yang baru saja menghantam tanah.Yue Ling berlari dengan wajah panik, tubuhnya berlumuran debu dan darah. “Qin Shan! Di mana kau?!”Tidak ada jawaban. Hanya suara batu yang runtuh dan desis petir yang belum sepenuhnya padam.Ketika debu mulai mengendap, matanya menangkap sebuah sosok di tengah kawah besar. Qin Shan berdiri setengah berlutut, tubuhnya penuh luka. Sebagian baju terbakar, darah menetes dari pelipis dan dada kirinya. Namun matanya masih terbuka, tajam seperti biasa.“Qin Shan!” Yue Ling berlari mendekat.“Jangan,” katanya lirih sambil menahan napas. “Jangan terlalu dekat.”Yue Ling terhenti. Dari jarak beberapa langkah, ia merasakan tekanan aneh yang menyelimuti Qin Shan—campuran antara aura petir dan energi hitam milik Mo Yuan yang belum sepenuhnya menghilang.“Kau terluka parah,” ucap Yue Ling, nada suaranya bergetar. “Kita harus segera ke

  • Pendekar Naga Petir   Takdir di Bawah Langit

    Debu reruntuhan belum sepenuhnya mereda saat Qin Shan berdiri tegak di tengah sisa paviliun. Udara masih bergetar akibat ledakan energi yang baru saja terjadi. Batu-batu besar di sekelilingnya hancur menjadi serpihan, dan tanah di bawahnya tampak seperti terbakar oleh petir.Ia menarik napas dalam-dalam. Setiap tarikan udara membawa rasa logam dan listrik.“Bagian dari Hati Langit, huh…” gumamnya pelan.Tubuhnya memang terasa berbeda. Energi spiritual di dalam dantiannya berputar jauh lebih cepat, tapi setiap aliran energi itu juga menimbulkan tekanan yang luar biasa. Seolah tubuhnya sedang berjuang menyeimbangkan sesuatu yang terlalu besar untuk ditampung manusia biasa.Ia menunduk dan melihat tangannya yang bergetar halus. Urat-urat biru keemasan tampak samar di bawah kulitnya — tanda bahwa energi Hati Langit belum stabil.“Kalau aku ceroboh sedikit saja, seluruh tubuh ini bisa meledak,” pikirnya.Langkah kaki terdengar dari belakang. Pria bertopeng yang tadi bertarung dengannya ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status