Beranda / Fantasi / Pendekar Pedang Bulan Sabit / Ang Walang Kamatayang Sagradong Babaeng

Share

Ang Walang Kamatayang Sagradong Babaeng

Penulis: Kayinkayinn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 13:20:08

“Choi Bai Lu ?” Ling Fei begitu terkejut saat Bai Lu memberi tahukan nama aslinya.

Ling Fei dan juga Lee Gon saling beradu pandang. Mereka tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan kembali mendengar nama Bai Lu, setelah hampir 200 tahun lamanya tak mendengar nama itu lagi.

“Kenapa? Ada yang salah dengan namaku?” Bai Lu menatap Ling Fei dan Lee Gon silih berganti.

“Tunggu, bisa kau ceritakan kepada kami, kenapa kau bisa terjebak di dalam tubuh Yuram?” Ling Fei terlihat sangatlah penasaran, karena menurutnya ini sangatlah aneh.

Bai Lu pun mulai menceritakan kisahnya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon. Mulai dari siapa dia sebenarnya, menceritakan soal pertama kali ia bermimpi tentang gumiho, air terjun suci, soal tatto huruf tagalog yang berwarna biru tua, hingga ia terjebak di Dinasti Joseon.

“Tatto? Boleh aku melihat tattomu itu?” tanya Ling Fei terlihat penasaran.

“Tentu, dengan senang hati.”

Bai Lu langsung memperlihatkan sebuah tatto berwarna biru tua yang berada di bahu kirinya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon.

“Ang walang kamatayang sagradong babaeng.”

“Kau bisa membacanya?” Bai Lu dan Lee Gon tampak terkejut saat Ling Fei berhasil membaca sebuah tatto yang berada di bahu kiri Bai Lu.

“Apa itu artinya?” Lee gon tampak sangat penasaran.

“Pendekar wanita lembah suci abadi,” jawab Ling Fei kemudian.

“Apa? Maksudmu Yuram palsu ini adalah seorang Haneunim Uju?”

Ling Fei menganggukkan kepalanya pelan. Sementara Lee Gon menatap ke arah Yuram tak percaya.

“Luar biasa, kau seorang Haneunim Uju?”

“Apa? Ha . . .apa? aku tak mengerti.”

“Haneunim Uju, yang artinya kau adalah Dewa dari para Dewanya seorang Dewa. Haneunim Uju adalah Dewa Semesta. Seorang Dewa Demesta memiliki tanda lahirnya sendiri. Menurut legenda, dia itu memiliki sebuah tatto berwarna biru tua di bahu kirinya. Ternyata, kau memiliki tatto itu di bahu kirimu.”

Menurut cerita dan legenda, Haneunim Uju menjadi Dewa Semesta melalui perjalanan yang panjang dan penuh dengan pengorbanan. Dalam beberapa versi cerita, Haneunim uju adalah seorang manusia yang sangat bijaksana dan kuat secara spiritual. Dia melakukan meditasi dan latihan spiritual yang intens, untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa.

Dalam prosesnya, Haneunim Uju menghadapi berbagai ujian dan rintangan yang menantang. Dia harus mengatasi godaan dan mengalahkan kekuatan jahat yang mencoba menghalanginya.

Dalam perjalanan ini, dia juga belajar tentang kebijaksanaan, cinta kasih, dan keadilan. Setelah melewati semua ujian dan mencapai tingkat kesempurnaan spiritual yang tinggi, Haneunim Uju akhirnya diangkat menjadi Dewa Semesta.

Sebagai Dewa Semesta, dia memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang luar biasa untuk mengatur dan menjaga keseimbangan alam semesta.

“Bukankah Yuram juga memiliki tatto itu? Dia juga seorang Dewa yang menjadi Yeongjusan bukan?” Lee Gon menatap Ling Fei bingung.

Ling Fei tak menjawab. Namun, ia mengeluarkan sebuah buku dengan kertas berwarna coklat keemasan dari balik pakaiannya.

“Bacalah ini.”

“Apa ini?” tanya Bai Lu bingung.

“Kitab Han Ling Gon. Ini sebuah pedoman dasar agar kau bisa mengerti siapa dirimu di masa lalu, siapa kita sebenarnya, dan apa tujuan kehidupan kita. Semua pertanyaanmu akan terjawab di kitab ini. Jika sudah mengerti, temui kami di lembah Air Terjun Suci sore nanti. Lee Gon, ayo pergi!”

Ling Fei pun pergi dengan di ikuti Lee Gon dari belakang. Sementara Bai Lu, ia tampak memandangi kitab Han Ling Gon itu dengan seksama. Untuk memahami situasi yang tak terduga ini, pada akhirnya Bai Lu memutuskan untuk membuka dan membacanya.

Kitab Han Ling Gon memiliki kekuatan magis yang mampu membuka pintu ke dunia spiritual dan mengungkapkan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Kitab ini berisi pengetahuan kuno dan hikmat yang diperoleh dari para Dewa serta makhluk mitologis.

Han Yuram, Ling Fei, dan Lee Gon adalah tokoh-tokoh penting dalam kitab tersebut. Mereka terhubung dengan Kitab Han Ling Gon dan memulai perjalanan mereka untuk memahami diri mereka sendiri, dan tujuan hidup mereka melalui kitab tersebut. Dalam perjalanan panjang ini, mereka menghadapi berbagai petualangan dan tantangan yang menguji keberanian, kebijaksanaan, dan tekad mereka.

Kitab Han Ling Gon menjadi panduan bagi mereka untuk menemukan kebenaran tentang diri mereka sendiri, menggali potensi tersembunyi, dan menghadapi takdir mereka dengan penuh keyakinan. Kitab ini memberikan petunjuk tentang bagaimana menghadapi cobaan, memperoleh kebijaksanaan, dan mencapai pencerahan spiritual.

Bai Lu pun memutuskan untuk membacanya karena sangat penasaran dengan isi kitab tersebut. Begitu membuka lembaran demi lembaran, Bai Lu mulai mengerti beberapa hal.

Ling Fei, perempuan berambut kecoklatan itu adalah seorang Jeonsa goljjagi dari lembah Cheonbuldog. Pakaian yang selalu ia kenakan adalah sebuah hanbok berwarna putih dengan nuansa hijau tua. Yang melambangkan sebuah kemurnian alam kehidupan yang memelihara cahaya keabadian. Senjata yang ia miliki adalah pedang Cahaya.

Kelebihan yang ia miliki adalah bola mata hijaunya yang tajam. Yang bisa melumpuhkan lawan saat melihatnya, serta bisa melihat masa depan mau pun masa lalunya hanya dengan menyentuh pakaian milik seseorang yang dituju. Matanya seperti seekor burung Elang yang bisa melihat situasi dari jarak yang cukup jauh, dengan pendengarannya yang cukup tajam.

Sementara Lee Gon, ia adalah seorang Jeonsa goljjagi penguasa dari pulau Ulleungdo berambut putih panjang bermata bulat. Pakaian yang selalu ia kenakan adalah hanbok berwana hitam yang melambangkan sumber penciptaan dari semua alam semesta. Senjata yang ia miliki adalah pedang Keabadian.

Kelebihan yang ia miliki adalah kecepatan di atas normal, bisa menyembuhkan luka seseorang dan memiliki kekuatan 100 ekor gajah.

“Uwaaaa, ternyata pria berambut putih itu kekuatannya sangat luar biasa!!”

Sementara Han Yuram, perempuan berambut panjang berwarna hitam itu merupakan Jeonsa goljjagi penguasa gunung Halla yang mencakup dari semua alam kehidupan. Yuram adalah seorang Dewa yang menjadi Yeongjusan atau bisa disebut pusat keabadian.

Han Yuram selalu mengenakan hanbok berwarna putih biru dengan nuansa kekuningan yang melambangkan pusat kehidupan alam semesta, dengan cinta yang murni seperti sumber mata air kehidupan.

Senjata yang ia miliki adalah pedang Hayeongsan; cahaya rembulan dari bulan sabit. Pedang yang hanya bisa disentuh oleh Han Yuram sendiri dan hanya bisa dipanggil olehnya.

Kelebihan yang ia miliki adalah bisa membaca pikiran seseorang dan menghentikan waktu.

“Hah? Serius? Aku memiliki kekuatan luar biasa seperti ini?” teriak Bai Lu yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia baca dari kitab Han Ling Gon.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Samjoko dan Yong

    "Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Bunga Hibiscus

    "Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Misi Pertama

    Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Babak Baru Pendekar Keabadian

    Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Gabyeoun Ssang

    "Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Suku Moguya

    Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status