Share

Ang Walang Kamatayang Sagradong Babaeng

“Choi Bai Lu ?” Ling Fei begitu terkejut saat Bai Lu memberi tahukan nama aslinya.

Ling Fei dan juga Lee Gon saling beradu pandang. Mereka tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan kembali mendengar nama Bai Lu, setelah hampir 200 tahun lamanya tak mendengar nama itu lagi.

“Kenapa? Ada yang salah dengan namaku?” Bai Lu menatap Ling Fei dan Lee Gon silih berganti.

“Tunggu, bisa kau ceritakan kepada kami, kenapa kau bisa terjebak di dalam tubuh Yuram?” Ling Fei terlihat sangatlah penasaran, karena menurutnya ini sangatlah aneh.

Bai Lu pun mulai menceritakan kisahnya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon. Mulai dari siapa dia sebenarnya, menceritakan soal pertama kali ia bermimpi tentang gumiho, air terjun suci, soal tatto huruf tagalog yang berwarna biru tua, hingga ia terjebak di Dinasti Joseon.

“Tatto? Boleh aku melihat tattomu itu?” tanya Ling Fei terlihat penasaran.

“Tentu, dengan senang hati.”

Bai Lu langsung memperlihatkan sebuah tatto berwarna biru tua yang berada di bahu kirinya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon.

“Ang walang kamatayang sagradong babaeng.”

“Kau bisa membacanya?” Bai Lu dan Lee Gon tampak terkejut saat Ling Fei berhasil membaca sebuah tatto yang berada di bahu kiri Bai Lu.

“Apa itu artinya?” Lee gon tampak sangat penasaran.

“Pendekar wanita lembah suci abadi,” jawab Ling Fei kemudian.

“Apa? Maksudmu Yuram palsu ini adalah seorang Haneunim Uju?”

Ling Fei menganggukkan kepalanya pelan. Sementara Lee Gon menatap ke arah Yuram tak percaya.

“Luar biasa, kau seorang Haneunim Uju?”

“Apa? Ha . . .apa? aku tak mengerti.”

“Haneunim Uju, yang artinya kau adalah Dewa dari para Dewanya seorang Dewa. Haneunim Uju adalah Dewa Semesta. Seorang Dewa Demesta memiliki tanda lahirnya sendiri. Menurut legenda, dia itu memiliki sebuah tatto berwarna biru tua di bahu kirinya. Ternyata, kau memiliki tatto itu di bahu kirimu.”

Menurut cerita dan legenda, Haneunim Uju menjadi Dewa Semesta melalui perjalanan yang panjang dan penuh dengan pengorbanan. Dalam beberapa versi cerita, Haneunim uju adalah seorang manusia yang sangat bijaksana dan kuat secara spiritual. Dia melakukan meditasi dan latihan spiritual yang intens, untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa.

Dalam prosesnya, Haneunim Uju menghadapi berbagai ujian dan rintangan yang menantang. Dia harus mengatasi godaan dan mengalahkan kekuatan jahat yang mencoba menghalanginya.

Dalam perjalanan ini, dia juga belajar tentang kebijaksanaan, cinta kasih, dan keadilan. Setelah melewati semua ujian dan mencapai tingkat kesempurnaan spiritual yang tinggi, Haneunim Uju akhirnya diangkat menjadi Dewa Semesta.

Sebagai Dewa Semesta, dia memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang luar biasa untuk mengatur dan menjaga keseimbangan alam semesta.

“Bukankah Yuram juga memiliki tatto itu? Dia juga seorang Dewa yang menjadi Yeongjusan bukan?” Lee Gon menatap Ling Fei bingung.

Ling Fei tak menjawab. Namun, ia mengeluarkan sebuah buku dengan kertas berwarna coklat keemasan dari balik pakaiannya.

“Bacalah ini.”

“Apa ini?” tanya Bai Lu bingung.

“Kitab Han Ling Gon. Ini sebuah pedoman dasar agar kau bisa mengerti siapa dirimu di masa lalu, siapa kita sebenarnya, dan apa tujuan kehidupan kita. Semua pertanyaanmu akan terjawab di kitab ini. Jika sudah mengerti, temui kami di lembah Air Terjun Suci sore nanti. Lee Gon, ayo pergi!”

Ling Fei pun pergi dengan di ikuti Lee Gon dari belakang. Sementara Bai Lu, ia tampak memandangi kitab Han Ling Gon itu dengan seksama. Untuk memahami situasi yang tak terduga ini, pada akhirnya Bai Lu memutuskan untuk membuka dan membacanya.

Kitab Han Ling Gon memiliki kekuatan magis yang mampu membuka pintu ke dunia spiritual dan mengungkapkan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Kitab ini berisi pengetahuan kuno dan hikmat yang diperoleh dari para Dewa serta makhluk mitologis.

Han Yuram, Ling Fei, dan Lee Gon adalah tokoh-tokoh penting dalam kitab tersebut. Mereka terhubung dengan Kitab Han Ling Gon dan memulai perjalanan mereka untuk memahami diri mereka sendiri, dan tujuan hidup mereka melalui kitab tersebut. Dalam perjalanan panjang ini, mereka menghadapi berbagai petualangan dan tantangan yang menguji keberanian, kebijaksanaan, dan tekad mereka.

Kitab Han Ling Gon menjadi panduan bagi mereka untuk menemukan kebenaran tentang diri mereka sendiri, menggali potensi tersembunyi, dan menghadapi takdir mereka dengan penuh keyakinan. Kitab ini memberikan petunjuk tentang bagaimana menghadapi cobaan, memperoleh kebijaksanaan, dan mencapai pencerahan spiritual.

Bai Lu pun memutuskan untuk membacanya karena sangat penasaran dengan isi kitab tersebut. Begitu membuka lembaran demi lembaran, Bai Lu mulai mengerti beberapa hal.

Ling Fei, perempuan berambut kecoklatan itu adalah seorang Jeonsa goljjagi dari lembah Cheonbuldog. Pakaian yang selalu ia kenakan adalah sebuah hanbok berwarna putih dengan nuansa hijau tua. Yang melambangkan sebuah kemurnian alam kehidupan yang memelihara cahaya keabadian. Senjata yang ia miliki adalah pedang Cahaya.

Kelebihan yang ia miliki adalah bola mata hijaunya yang tajam. Yang bisa melumpuhkan lawan saat melihatnya, serta bisa melihat masa depan mau pun masa lalunya hanya dengan menyentuh pakaian milik seseorang yang dituju. Matanya seperti seekor burung Elang yang bisa melihat situasi dari jarak yang cukup jauh, dengan pendengarannya yang cukup tajam.

Sementara Lee Gon, ia adalah seorang Jeonsa goljjagi penguasa dari pulau Ulleungdo berambut putih panjang bermata bulat. Pakaian yang selalu ia kenakan adalah hanbok berwana hitam yang melambangkan sumber penciptaan dari semua alam semesta. Senjata yang ia miliki adalah pedang Keabadian.

Kelebihan yang ia miliki adalah kecepatan di atas normal, bisa menyembuhkan luka seseorang dan memiliki kekuatan 100 ekor gajah.

“Uwaaaa, ternyata pria berambut putih itu kekuatannya sangat luar biasa!!”

Sementara Han Yuram, perempuan berambut panjang berwarna hitam itu merupakan Jeonsa goljjagi penguasa gunung Halla yang mencakup dari semua alam kehidupan. Yuram adalah seorang Dewa yang menjadi Yeongjusan atau bisa disebut pusat keabadian.

Han Yuram selalu mengenakan hanbok berwarna putih biru dengan nuansa kekuningan yang melambangkan pusat kehidupan alam semesta, dengan cinta yang murni seperti sumber mata air kehidupan.

Senjata yang ia miliki adalah pedang Hayeongsan; cahaya rembulan dari bulan sabit. Pedang yang hanya bisa disentuh oleh Han Yuram sendiri dan hanya bisa dipanggil olehnya.

Kelebihan yang ia miliki adalah bisa membaca pikiran seseorang dan menghentikan waktu.

“Hah? Serius? Aku memiliki kekuatan luar biasa seperti ini?” teriak Bai Lu yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia baca dari kitab Han Ling Gon.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status