Share

Cheonyeo Gwisin

Author: Kayinkayinn
last update Huling Na-update: 2024-01-26 13:18:51

Bai Lu keluar dari goa dan mengikuti ke mana Lee Gon juga Ling Fei pergi dari arah belakang.

"Apa ini di Dinasti Joseon?" tanya Bai Lu kepada Lee Gon dan juga Ling Fei.

"Menurutmu?" Lee Gon kembali menakut-nakuti Bai Lu dan menodongnya kembali dengan menggunakan pedang Abadi miliknya.

Pedang Abadi milik Lee Gon adalah sebuah senjata legendaris. Pedang ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai simbol kekuasaan dan keadilan. Pedang Abadi memiliki bilah yang terbuat dari logam yang sangat kuat dan tajam. Bilahnya dilapisi dengan warna biru yang indah, memberikan kesan yang misterius dan magis. Pegangan pedang juga ini terbuat dari bahan yang kuat dan nyaman digenggam.

Lee Gon memang memiliki hak istimewa untuk menggunakan Pedang Abadi ini. Pedang ini memberinya kekuatan untuk melawan kejahatan dan menjaga keamanan dunia. Ia menggunakan pedang ini dengan keahlian dan keberanian untuk melawan musuh-musuhnya, dan melindungi orang-orang yang dicintainya.

Pedang Abadi milik Lee Gon memiliki makna yang sangat mendalam. Selain sebagai senjata fisik, pedang ini juga melambangkan kekuatan, keberanian, dan semangat yang tak tergoyahkan dalam menghadapi tantangan, dan melindungi kebenaran.

"Hei, Bung. Santai, jangan penuh emosi seperti itu." Bai Lu merasa gugup dan juga panik, karena setiap kali ia berbicara dengan pria berambut putih itu, ia selalu saja menodongnya dengan pedang Abadi miliknya.

"Kau pikir kau ada di mana?" tanya Lee Gon kembali.

"Jadi, ini bukan tahun 2024? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan, bagaimana aku bisa pulang ke tempat di mana aku berada?" katanya tampak panik.

"Sttt, jangan berisik!!" Ling Fei terlihat bersiap-siap mengeluarkan pedang miliknya dari balik pakaiannya, seraya melihat ke arah sekelilingnya dengan mata menyelidik.

"Kenapa, Ling Fei?" tanya Lee Gon bingung.

"Cheonyeo Gwisin ada di sini."

"Apa?" teriak Lee Gon begitu terkejut.

Tiba-tiba saja, dari arah belakang muncul gelombang angin yang begitu besar. Gelombang angin itu langsung menerbangkan Ling Fei dan menghempaskan tubuhnya begitu jauh.

"Ling Fei!!" teriak Lee Gon yang langsung mengeluarkan pedang Abadinya.

"Ada apa ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Karena bingung harus melakukan apa, Bai Lu bersembunyi dari balik sebuah batu besar karena merasa panik dan ketakutan yang membelenggunya. Sementara Lee Gon, ia berusaha untuk menyerang Cheonyeo Gwisin dengan menggunakan pedang Abadi miliknya.

Sementara itu, Cheonyeo Gwisin adalah sebangsa hantu perawan. Sebagai wanita yang belum menikah, semasa hidupnya ia selalu mengalami kesulitan serta menyimpan begitu banyak dendam.

Cheonyeo Gwisin, juga dikenal sebagai makhluk gaib atau hantu yang sering muncul dalam cerita rakyat. Cheonyeo Gwisin secara harfiah berarti "hantu wanita muda".

Cheonyeo Gwisin biasanya digambarkan sebagai wanita muda yang meninggal dalam keadaan tragis atau dengan dendam yang belum terpenuhi. Mereka sering kali memiliki penampilan yang menakutkan, dengan rambut panjang yang terurai, dan gaun putih yang kusut. Mereka seringkali terlihat berkeliaran di malam hari atau di tempat-tempat terpencil.

Menurut cerita rakyat, Cheonyeo Gwisin sering kali muncul untuk mencari keadilan atau membalaskan dendam. Mereka dapat mengganggu atau menakuti orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian mereka, atau seseorang yang telah berbuat jahat terhadap mereka.

Beberapa cerita juga menggambarkan mereka sebagai makhluk yang haus darah, serta mencari korban untuk memuaskan kehausan mereka.

Cheonyeo Gwisin sering kali dikaitkan dengan ritual atau upacara tertentu. Misalnya, orang-orang meletakkan makanan dan minuman di luar rumah mereka sebagai persembahan untuk Cheonyeo Gwisin, agar mereka tidak mengganggu rumah tangga warga sekitar.

Meskipun Cheonyeo Gwisin sering digambarkan sebagai makhluk menakutkan, mereka juga sering kali dipandang sebagai simbol kesedihan dan kehilangan. Mereka mewakili rasa sakit dan penderitaan yang belum terselesaikan dan sering kali mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan menghargai kehidupan.

Karena arwahnya yang menjadi tidak tenang dan terjebak di alam fana. Ia selalu menyerang siapapun yang berusaha menghalangi pembalasan dendamnya.

"Lee Gon, di belakangmu!!" teriak Ling Fei memberi tahu.

Melihat pertarungan sengit antara pedang Abadi milik Lee Gon dengan lilitan rambut panjang Cheonyeo Gwisin yang tajam, Bai Lu semakin terlihat ketakutan dan berusaha menjauhi pertarungan tersebut dengan mencari tempat persembunyian.

"Hey, Yuram palsu!!" teriak Ling Fei kepada Bai Lu, "apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersembunyi?"

"Aku takut, aku hanya gadis lemah tak berdaya. Aku tidak bisa berbuat banyak, aku benar-benar tidak bisa bertarung!" serunya gelagapan karena ketakutan.

"Gadis bodoh! Kau hanya diam saja melihat saudaramu diserang seperti ini? Cepat keluar dan bantu kami!!" teriak Ling Fei penuh emosi dan menarik tubuh Bai Lu dari tempat persembunyiannya, dengan menggunakan kekuatan yang berada pada matanya.

Merasa terdorong oleh kekuatan mata Ling Fei, Bai Lu kembali berteriak begitu heboh, dan berusaha untuk kabur. Namun, usahanya sia-sia saja karena tiba-tiba saja kawan-kawan sejenis Cheonyeo Gwisin bermunculan begitu banyak dan menyerangnya.

"Tidak!!!" teriak Bai Lu saat para hantu-hantu ini berusaha melilitnya dan menyerangnya.

"Aishhh, gadis bodoh dan tidak berguna!!" teriak Ling Fei kesal seraya berlari menghampiri Bai Lu, dan menolongnya dengan cara menarik pakaiannya menggunakan tangannya, dan melemparnya serta menghempaskannya ke udara.

Merasa dilempar tak berdaya seperti itu, Bai Lu kembali berteriak dan terlihat sangat ketakutan.

"Jangan berteriak seperti itu gadis bodoh!!" Ling Fei kembali berteriak seraya menghunuskan pedang Cahaya miliknya ke arah wajah hantu-hantu itu dengan begitu cepat.

Pedang Cahaya milik Ling Fei adalah senjata yang memiliki ciri khas unik dan mempesona.

Pedang Cahaya memiliki bilah yang terbuat dari kristal yang transparan dan berkilauan. Bilahnya memancarkan cahaya berwarna-warni yang indah saat terkena sinar matahari atau cahaya lainnya.

Cahaya yang dipancarkan oleh pedang ini memberikan kesan magis dan memikat. Pegangan pedang ini terbuat dari bahan yang kuat dan nyaman digenggam. Biasanya, pegangan tersebut dilapisi dengan kulit atau anyaman yang memberikan pegangan yang baik dan stabil, saat digunakan dalam pertempuran.

Kekuatan utama Pedang Cahaya adalah kemampuannya untuk memancarkan serangan energi cahaya yang kuat. Ketika Ling Fei mengayunkan pedang ini, serangan energi cahaya akan ditembakkan ke arah musuh. Serangan ini dapat melumpuhkan atau menghancurkan musuh dengan kekuatan yang dahsyat.

Selain itu, Pedang Cahaya juga memiliki kemampuan penyembuhan. Ling Fei dapat menggunakan pedang ini untuk mengirim energi penyembuhan ke orang-orang yang terluka atau sakit. Cahaya yang dipancarkan oleh pedang ini memiliki sifat penyembuhan yang menenangkan dan dapat memulihkan kesehatan.

Pedang Cahaya milik Ling Fei melambangkan kekuatan, keberanian, dan kebaikan. Pedang ini menjadi senjata andalan bagi Ling Fei dalam melawan kejahatan dan melindungi orang-orang yang dicintainya. Kemampuan dan keistimewaan Pedang Cahaya membuatnya menjadi senjata yang sangat berharga dan efektif dalam pertempuran.

Ketika tubuh Bai Lu kembali ke dasar tanah dan hampir saja terjatuh, Ling Fei langsung terbang menghampirinya seraya menariknya, kemudian menerbangkannya kembali saat hantu-hantu itu kembali menyerangnya.

"Kau diam saja di atas. Kau tidak berguna sama sekali!" Ling Fei langsung menggunakan kekuatan matanya, dengan membuat Bai Lu terdiam di udara, hingga melayang-layang bagaikan seorang burung yang mematung.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Samjoko dan Yong

    "Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Bunga Hibiscus

    "Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Misi Pertama

    Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Babak Baru Pendekar Keabadian

    Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Gabyeoun Ssang

    "Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Suku Moguya

    Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Tersirat Perasaan yang Aneh

    Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Sebuah Ritual

    "Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F

  • Pendekar Pedang Bulan Sabit   Rahasia Kang Sora

    Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status