Seorang lelaki tampak menekan-nekan pelipisnya sendiri dengan ibu jari dan jari tengah. Kedua matanya terpejam selagi kepalanya berpikir keras. Pikiran lelaki itu jelas kusut. Setelah tiga kematian penjaga, siapa menyangka jika sekarang giliran seorang tabib yang tewas. Apa ini artinya, pembunuh misterius itu tidak hanya menyasar penjaga?Tunggu sebentar, berdasarkan keterangan singkat yang lelaki itu dengarkan dari Xiangyu, Tabib Jia tewas tergantung. Kematian tabib itu lebih sesuai jika disebut sebagai kasus bunuh diri ketimbang pembunuhan.Namun, untuk apa Tabib Jia bunuh diri?Benarkah hanya karena kesedihan ditinggal mati Yang Zhi membuat tabib itu hilang akal? Putus asa? Frustrasi?"Tuan Chen, silakan diminum tehnya." Suara lembut seorang perawat bahkan membuat Chen Long berjingkat. Lelaki itu memaksakan diri untuk tersenyum sesaat sebelum menyesap teh hangat di hadapannya.Dengan perlahan Chen Long meletakkan cangkir putih dengan ornamen bunga ke atas meja. Meski tak membantu
"Mohon maaf Tuan Chen, untuk itu ... tidak ada satu pun di antara kami yang tahu. Tadi malam Tabib Jia tidak kunjung tidur. Awalnya kami pun terjaga untuk menemaninya. Tapi, mungkin karena melihat kami sudah sangat mengantuk, Tabib Jia meminta supaya kami tidur terlebih dahulu."Chen Long menggertakkan gigi-giginya. Kedongkolan menggila di batinnya lantaran tidak kunjung berhenti kecewa mendengar penjelasan perawat yang tidak memberikan kejelasan apa pun. "Apa kalian tidur seperti orang mati hingga tidak mendengar Tabib Jia membuka pintu?!"Melihat wajah masam Chen Long semakin kentara, perawat yang tadi berbicara merasa perlu untuk menyelamatkan diri dari amukan yang lebih mengerikan. Jangan sampai kepala kami benar-benar pecah, benaknya, sebelum berkata, "Tu-tuan Chen, sepertinya Tabib Jia sengaja membuat kami tidak sadarkan diri.""Apa?" Tampaknya hari ini kata itu menjadi favorit Chen Long. Entah sudah berapa kali dia menuturkannya."Benar, Tuan Chen. Ketika mayat Tabib Jia ditem
Penjaga perempuan menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat rumit ketika menjawab, "Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jika Yang Mulia memang menghendaki seorang tahanan mati, pasti tahanan tersebut akan dibunuh di penjara ini juga. Kau pasti sering mendengar para penjaga menakut-nakuti tahanan, bukan hal baru jika ada tahanan yang dikubur hidup-hidup ataupun disiksa hingga tewas."Xiu Zhangjian bergeming. Dadanya menjadi sesak membayangkan Feng Yin diperlakukan dengan buruk. Siapa yang bisa menjamin diam-diam Feng Yin tidak dibunuh?Ingatan Xiu Zhangjian langsung terseret sangat jauh ke belakang. Setelah kematian sang ayah, kehadiran Feng Yin dalam hidup Xiu Zhangjian menjadi sangat berarti. Lelaki tua berambut perak itu tidak hanya menjadi guru, tetapi juga teman, bahkan tidak jarang bertindak sebagai seorang ayah.Feng Yin-lah orang pertama yang menggenggam erat tangannya dan Li Min ketika mereka menjadi buronan setelah nekat mencuri potongan kepala Xiu Jian. Dalam setiap setiap si
Di tempat pembuatan senjata, tampak kerumunan mengelilingi seorang tahanan perempuan yang bertarung dengan penjaga laki-laki. Sebagai sebuah hiburan langka, tentu saja hal itu langsung menyita perhatian para tahanan yang bekerja membuat senjata. Mereka memberanikan diri untuk menghadapi segala risiko demi tidak melewatkan pertunjukan menarik tersebut."Siapa yang bertengkar?" tanya seorang penjaga usai berlari tergopoh-gopoh menghampiri seorang tahanan yang berada di paling belakang kerumunan.Dengan wajah pucat tahanan itu menggeleng. "Tidak bertengkar Tuan, tetapi bertarung.""Apa?!""Benar, Nona Chen bertarung melawan seorang penjaga laki-laki."Terang saja informasi singkat yang diperoleh dari salah seorang tahanan itu membuat sang penjaga menelan ludah. Mendadak kedua kakinya pun seolah dipaku dalam-dalam ke dalam tanah. Dia ragu-ragu untuk melangkah, baik maju ke tengah kerumunan ataupun mundur meninggalkan kerumunan.Kalau aku maju, bisa-bisa aku akan menjadi sasaran Nona Chen
Sang penjaga yang sejak tadi menguntit di belakang Chen Long hampir-hampir menabrak kepala penjaga itu karena menghentikan langkahnya secara mendadak. Untung saja! Desisnya dalam hati ketika berhasil menahan diri dengan kaki. "Minggir!" Chen Long menyapu tubuh bawahnya ke samping kanan hingga terhuyung demi melihat siapakah gerangan yang berani memanggilnya seperti memanggil seorang pelayan. Anehnya, saat pertama kali mata Chen Long melihat orang yang berjalan cepat menghampirinya, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat, terlihat sangat rumit hingga membuat punggungnya seperti bergerak sendiri untuk membungkuk penuh hormat. "Salam pada Tuan Xu." Rupa-rupanya, orang yang memanggil Chen Long tadi adalah asisten menteri peradilan, Xu Jinping. Tak kalah dari Chen Long, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan aura membunuh yang pekat. Saat dia telah berdiri di depan Chen Long, hal pertama yang dia lakukan adalah ... Plak!! "Tu-tuan Xu ...." Chen Long hanya bisa menelan rasa sakit sekali
Sepasang mata mengendap-endap di atap sebelum melompat turun melewati tembok pembatas. Tampaknya sosok itu memiliki kemampuan meringankan tubuh hingga saat kedua kakinya berpijak pada tanah tidak mengeluarkan suara.Sosok berpakaian serba hitam tersebut terlihat mengembuskan napas berat sebelum beranjak meninggalkan tempat itu. Pergerakannya sangat cepat memakan jarak yang ada.Dia merapal doa dalam diam, 'Semoga Tetua Feng benar-benar ada di sana dan baik-baik saja.' Setibanya sosok itu di hutan bambu, kakinya berhenti secara tiba-tiba. Samar-samar dia mendengar pergerakan yang intens tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memejamkan mata, memfokuskan diri untuk mempertajam pendengaran. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar. 'Siapa yang bertarung di sini? Aiya, bukan urusanku!'Sosok itu berbalik untuk mencari jalan lain sebab tidak ingin terlibat dalam pertarungan apa pun. Tujuan utamanya adalah menemukan Feng Yin. Itu saja!'Aku tidak punya waktu untuk mengurus hal semacam ini,' b
"Jika masih ingin melihat temanmu ini hidup, serahkan perhiasan itu sekarang juga!"Dua bandit saling menatap sesaat sebelum kembali menatap rekan mereka yang ada dalam penguasaan lawan. Tampak rekan mereka yang sudah ada di ujung tanduk menggelengkan kepala, memberi tanda supaya perhiasan itu tidak diberikan. Tentu saja dia khawatir, musuh akan berkhianat. Bukankah lebih baik mati dengan imbalan sepadan daripada mati sia-sia tanpa hasil apa pun?"Lepaskan dulu teman kami, maka kami akan memberikan ini padamu.""Tidak! Bunuh saja sampah itu sekarang. Kita bisa merebut perhiasan itu nanti," sahut seseorang yang tadi memprovokasi, lagi-lagi membuat rekannya mengangguk setuju.Tentu saja hal itu membuat lawan semakin terpojok. Tanpa ragu, bandit perempuan yang tadi berteriak mencegah agar rekannya tidak ditusuk tombak langsung melemparkan buntelan merah ke tanah. Seberharga apa pun perhiasan curian itu, tetap diberikan juga demi menebus nyawa rekannya. "Ambil ini dan lepaskan dia!" Taw
Ketiga bandit serempak memejamkan mata saat melihat lelaki misterius tanpa ampun menusukkan pedang ke perut lawan. Meski lawan sebenarnya sudah tidak berdaya, dia tidak ingin membiarkan mereka mendapat kesempatan untuk bertahan hidup. 'Tidak ada tempat sempurna untuk penjahat yang licik kecuali neraka!' Lelaki misterius tersenyum miring menatap tiga bandit bertombak terkapar di tanah tanpa nyawa. Dia pun mengambil buntelan merah dari tangan salah satu mayat. "Menyedihkan, susah payah memeluk erat harta, tetapi mati sebelum menggunakannya!" Ucapan menohok dari lelaki misterius membuat para bandit berpedang menggenggam erat senjata masing-masing. Dua di antaranya maju dan membuat bandit wanita berlindung di belakang mereka. Ketika lelaki misterius balik badan dan berjalan menghampiri mereka, dua bandit tadi menarik pedang untuk dihunuskan padanya. "Jangan mendekat atau kami akan membunuhmu!" gertak seorang bandit dengan suara bergetar. Sejujurnya hal tersebut membuat lelaki misteri