Share

Pendekar Sejak Dalam Kandungan
Pendekar Sejak Dalam Kandungan
Penulis: Mr. W

Desa Guntung

Desa Guntung adalah sebuah desa yang jauh dari pusat keramaian kota. mayoritas masyarakat menggantung kan hidup pada alam. Bisa di lihat setiap hari mereka para lelaki hanya melakukan aktivitas berburu di hutan, bahkan tak jarang juga ada perempuan yang ikut berburu.

Pagi itu seorang lelaki ingin pergi ke hutan untuk berburu, ia bernama Abisatya seorang lelaki yang sudah beristri. Saat itu istrinya sedang mengandung anak pertama dari mereka.

Abisatya segera bergegas kehutanan bersama temannya untuk berburu hewan liar yang ada di hutan.

Sampai di dalam hutan mereka terus mencari hewan buruannya, tapi sampai sore mereka berdua masih belum mendapatkan satu pun hewan buruan.

Akhirnya teman Abisatya tersebut memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena hari sudah hampir gelap.

"Abi... Aku pulang saja hari sudah mau gelap, apa kamu ikut pulang juga?"

"Kamu duluan saja, aku masih ingin mencari buruan untuk istriku di rumah." Abisatya tetap ingin berburu karena dia tahu istrinya sedang menunggu di rumah dengan perut kosong.

Abisatya terus berkeliling dalam hutan sembari mengawasi sekelilingnya. Sampai pada akhirnya ia tersadar kalau sekarang dia tersesat di dalam hutan yang sangat luas ini. Rupanya Abisatya sudah salah jalur dan tidak mengikuti jalur biasanya.

Abisatya nampak kebingungan saat itu, kemudian datang seekor burung di dekatnya. Awalnya Abisatya ingin menembak burung itu, tapi tiba tiba burung itu malah hinggap di senapannya. Hal itu sangat membuat Abisatya terheran heran.

Ternyata burung tersebut adalah burung ajaib yang di utus oleh para dewa untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.

Dengan ajaibnya burung itu berbicara pada Abisatya. 

"Kamu sedang tersesat kan?" 

"Loh.. loh.. aku tidak mimpi kan? Kok kamu burung bisa bicara, burung apaan kamu ini?" 

"Tenang aku akan membantu mu keluar dari hutan ini dan kembali kerumah."

Abisatya yang masih terbengong segera berdiri perlahan sembari melihat burung tersebut hingga dari satu pohon ke pohon lainnya.

Burung itu memang benar benar menunjukkan jalan yang benar pada Abisatya. Sampai pada akhirnya Abisatya berhasil keluar dari hutan dan segera pulang kerumahnya.

"Terimakasih sudah mengantarkan sampai keluar hutan, aku hutang Budi padamu." Ucap Abi dengan burung itu.

Anehnya burung itu tetap terus mengikuti Abisatya sampai pulang kerumahnya. 

Abi yang sadar melihat itu langsung bertanya pada burung.

"Kenapa kamu masih mengikuti aku? Aku sudah berterimakasih padamu tadi.

"Gapapa, aku sedang cari seseorang yang cocok untuk di berikan kekuatan yang kumiliki."

Abisatya tak mau pusing memikirkan burung tersebut dan membiarkannya saja.

Istri Abisatya memang betul sudah menunggu suaminya pulang di teras rumah mereka.

"Kamu menunggu ku dari tadi?"

"Iyha, aku sangat lapar sekarang."

"Maafkan aku istriku, aku hari ini tidak berhasil mendapatkan satu hewan buruan pun."

"Tidak apa apa suamiku, yang terpenting kamu sudah usaha dan pulang dengan selamat."

Abisatya kebingungan, lantaran dia tidak memperoleh hasil buruan sama sekali hari ini. Hanya burung yang mengikutinya terus dari tadi.

Abi memutuskan untuk meminta makanan pada tetangga nya, karena di desa itu memang terkenal orang nya tidak pelit pelit.

"Selamat malam.... Malam.... Tok.. tok... Tok..." 

Tetangganya segera membuka pintu.

"Ada apa bi? Apa ada yang perlu paman bantu sekarang?"

"Ini paman, jadi dari tadi pagi aku berburu tapi sampai sekarang belum dapet hasilnya. Nah istriku sekarang lapar, aku boleh minta makanan mu sedikit tidak?"

Tetangga yang baik itu kemudian masuk lagi kedalam rumah untuk mengambil kan makanan yang ada.

Abisatya begitu senang dan sedikit lega karena tetangganya sangat baik padanya, dia juga tak perlu khawatir lagi dengan istrinya yang sedang kelaparan.

"Ini Bii. Maaf cuma bisa ngasih seadanya saja, semoga bisa bantu kamu ya."

"Gaperlu minta maaf, aku yang seharusnya minta maaf karena sudah sering merepotkan dirimu."

Abisatya kembali pulang untuk memberikan makanan pada istrinya.

"Ini kami makan dulu biar kamu tidak kelaparan lagi."

Istrinya segera menyantap makanan tersebut dengan sangat lahap karena dia benar benar sangat lapar.

"Kamu tidak ikut makan?" Menanyakan pada suaminya

"Tidak kamu saja yang habisin, aku tidak lapar." Abisatya berbohong pada istrinya saat itu. sebenarnya dia sangat lapar karena seharian sudah berkeliling hutan tapi tak menemukan apa apa.

Abisatya terus menahan lapar sembari memandangi istrinya yang tengah hamil dan akan segera melahirkan dalam waktu dekat.

Burung yang mengikutinya tadi terbang ke arah bahu Abisatya, burung itu membisikkan sesuatu padanya.

"Anak kamu berjenis kelamin laki laki, dia nantinya akan menjadi pendekar perang yang sangat kuat tapi dia hanya menggunakan kemampuan nya untuk membantu rakyat rakyat kecil yang sedang di tindas."

Abisatya terkaget bukan main mendengar bisikin burung tersebut, lantas ia bertanya kembali pada burung itu.

"Memangnya kamu tahu dari mana? Kan itu masih masa yang akan datang, tidak mungkin ada orang, bahkan hewan yang tahu tentang masa depan."

Burung itu menjawab dengan lantang.

"Lihat saja nanti, pasti kamu akan tahu tentang ini."

Abisatya malah semakin bingung setelah mendengar bisikan dari burung itu.

"Hei .. burung, apakah kamu punya nama seperti manusia?"

"Punya lah.. namaku Bena."

"Owh ok Bena."

Mereka berdua pun segera bergegas tidur, anehnya Bena selalu datang dan hinggap di perut istri Abisatya.

"Kenapa kamu hinggap di situ Bena? Ayo pergi dari situ, nanti istriku bangun dan melihat mu seperti itu. Pasti dia tidak akan suka."

"Tenang, di sini aku akan menjaga istrimu dan juga calon anakmu, aku hanya sedikit memeberinya kenyamanan."

Abisatya yang tak mau memikirkan hal itu segera tertidur lelap juga karena dia merasa sangat capek saat berkeliling di hutan yang sangat luas.

Saat mengetahui Abisatya sudah tertidur, Bena akhirnya melakukan tugasnya untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.

Bena terus mencium cium perut istri Abisatya dengan paruhnya yang kecil, itu dilakukan agar bayi yang ada di dalamnya merasakan kekuatan yang sudah di milikinya.

Sampai pada pagi harinya Abisatya melihat Bena sudah mati di atas perut istri nya. Itu berarti tugas Bena untuk memberikan kekuatan pada calon bayi sudah selesai. Bena sudah kembali ke kehidupan para dewa.

Abisatya terkejut, dia berpikir kenapa burung ini bisa tiba tiba mati di atas perut istrinya. Itu sungguh kejadian yang sangat aneh baginya.

Lantas Abisatya segera membawa bangkai Bena ke halaman belakang rumah untuk di kuburkan.

Setelah menguburkan bangkai Bena, Abisatya pamit pada istrinya untuk pergi ke hutan mencari hewan buruan.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
MarquesYobi
...... sangat menjiwai
goodnovel comment avatar
MarquesYobi
mendalami benar
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status