Share

Pendekar Sejak Dalam Kandungan
Pendekar Sejak Dalam Kandungan
Penulis: Mr. W

Desa Guntung

Penulis: Mr. W
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-01 23:04:40

Desa Guntung adalah sebuah desa yang jauh dari pusat keramaian kota. mayoritas masyarakat menggantung kan hidup pada alam. Bisa di lihat setiap hari mereka para lelaki hanya melakukan aktivitas berburu di hutan, bahkan tak jarang juga ada perempuan yang ikut berburu.

Pagi itu seorang lelaki ingin pergi ke hutan untuk berburu, ia bernama Abisatya seorang lelaki yang sudah beristri. Saat itu istrinya sedang mengandung anak pertama dari mereka.

Abisatya segera bergegas kehutanan bersama temannya untuk berburu hewan liar yang ada di hutan.

Sampai di dalam hutan mereka terus mencari hewan buruannya, tapi sampai sore mereka berdua masih belum mendapatkan satu pun hewan buruan.

Akhirnya teman Abisatya tersebut memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena hari sudah hampir gelap.

"Abi... Aku pulang saja hari sudah mau gelap, apa kamu ikut pulang juga?"

"Kamu duluan saja, aku masih ingin mencari buruan untuk istriku di rumah." Abisatya tetap ingin berburu karena dia tahu istrinya sedang menunggu di rumah dengan perut kosong.

Abisatya terus berkeliling dalam hutan sembari mengawasi sekelilingnya. Sampai pada akhirnya ia tersadar kalau sekarang dia tersesat di dalam hutan yang sangat luas ini. Rupanya Abisatya sudah salah jalur dan tidak mengikuti jalur biasanya.

Abisatya nampak kebingungan saat itu, kemudian datang seekor burung di dekatnya. Awalnya Abisatya ingin menembak burung itu, tapi tiba tiba burung itu malah hinggap di senapannya. Hal itu sangat membuat Abisatya terheran heran.

Ternyata burung tersebut adalah burung ajaib yang di utus oleh para dewa untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.

Dengan ajaibnya burung itu berbicara pada Abisatya. 

"Kamu sedang tersesat kan?" 

"Loh.. loh.. aku tidak mimpi kan? Kok kamu burung bisa bicara, burung apaan kamu ini?" 

"Tenang aku akan membantu mu keluar dari hutan ini dan kembali kerumah."

Abisatya yang masih terbengong segera berdiri perlahan sembari melihat burung tersebut hingga dari satu pohon ke pohon lainnya.

Burung itu memang benar benar menunjukkan jalan yang benar pada Abisatya. Sampai pada akhirnya Abisatya berhasil keluar dari hutan dan segera pulang kerumahnya.

"Terimakasih sudah mengantarkan sampai keluar hutan, aku hutang Budi padamu." Ucap Abi dengan burung itu.

Anehnya burung itu tetap terus mengikuti Abisatya sampai pulang kerumahnya. 

Abi yang sadar melihat itu langsung bertanya pada burung.

"Kenapa kamu masih mengikuti aku? Aku sudah berterimakasih padamu tadi.

"Gapapa, aku sedang cari seseorang yang cocok untuk di berikan kekuatan yang kumiliki."

Abisatya tak mau pusing memikirkan burung tersebut dan membiarkannya saja.

Istri Abisatya memang betul sudah menunggu suaminya pulang di teras rumah mereka.

"Kamu menunggu ku dari tadi?"

"Iyha, aku sangat lapar sekarang."

"Maafkan aku istriku, aku hari ini tidak berhasil mendapatkan satu hewan buruan pun."

"Tidak apa apa suamiku, yang terpenting kamu sudah usaha dan pulang dengan selamat."

Abisatya kebingungan, lantaran dia tidak memperoleh hasil buruan sama sekali hari ini. Hanya burung yang mengikutinya terus dari tadi.

Abi memutuskan untuk meminta makanan pada tetangga nya, karena di desa itu memang terkenal orang nya tidak pelit pelit.

"Selamat malam.... Malam.... Tok.. tok... Tok..." 

Tetangganya segera membuka pintu.

"Ada apa bi? Apa ada yang perlu paman bantu sekarang?"

"Ini paman, jadi dari tadi pagi aku berburu tapi sampai sekarang belum dapet hasilnya. Nah istriku sekarang lapar, aku boleh minta makanan mu sedikit tidak?"

Tetangga yang baik itu kemudian masuk lagi kedalam rumah untuk mengambil kan makanan yang ada.

Abisatya begitu senang dan sedikit lega karena tetangganya sangat baik padanya, dia juga tak perlu khawatir lagi dengan istrinya yang sedang kelaparan.

"Ini Bii. Maaf cuma bisa ngasih seadanya saja, semoga bisa bantu kamu ya."

"Gaperlu minta maaf, aku yang seharusnya minta maaf karena sudah sering merepotkan dirimu."

Abisatya kembali pulang untuk memberikan makanan pada istrinya.

"Ini kami makan dulu biar kamu tidak kelaparan lagi."

Istrinya segera menyantap makanan tersebut dengan sangat lahap karena dia benar benar sangat lapar.

"Kamu tidak ikut makan?" Menanyakan pada suaminya

"Tidak kamu saja yang habisin, aku tidak lapar." Abisatya berbohong pada istrinya saat itu. sebenarnya dia sangat lapar karena seharian sudah berkeliling hutan tapi tak menemukan apa apa.

Abisatya terus menahan lapar sembari memandangi istrinya yang tengah hamil dan akan segera melahirkan dalam waktu dekat.

Burung yang mengikutinya tadi terbang ke arah bahu Abisatya, burung itu membisikkan sesuatu padanya.

"Anak kamu berjenis kelamin laki laki, dia nantinya akan menjadi pendekar perang yang sangat kuat tapi dia hanya menggunakan kemampuan nya untuk membantu rakyat rakyat kecil yang sedang di tindas."

Abisatya terkaget bukan main mendengar bisikin burung tersebut, lantas ia bertanya kembali pada burung itu.

"Memangnya kamu tahu dari mana? Kan itu masih masa yang akan datang, tidak mungkin ada orang, bahkan hewan yang tahu tentang masa depan."

Burung itu menjawab dengan lantang.

"Lihat saja nanti, pasti kamu akan tahu tentang ini."

Abisatya malah semakin bingung setelah mendengar bisikan dari burung itu.

"Hei .. burung, apakah kamu punya nama seperti manusia?"

"Punya lah.. namaku Bena."

"Owh ok Bena."

Mereka berdua pun segera bergegas tidur, anehnya Bena selalu datang dan hinggap di perut istri Abisatya.

"Kenapa kamu hinggap di situ Bena? Ayo pergi dari situ, nanti istriku bangun dan melihat mu seperti itu. Pasti dia tidak akan suka."

"Tenang, di sini aku akan menjaga istrimu dan juga calon anakmu, aku hanya sedikit memeberinya kenyamanan."

Abisatya yang tak mau memikirkan hal itu segera tertidur lelap juga karena dia merasa sangat capek saat berkeliling di hutan yang sangat luas.

Saat mengetahui Abisatya sudah tertidur, Bena akhirnya melakukan tugasnya untuk memberikan kekuatan pada calon bayi Abisatya.

Bena terus mencium cium perut istri Abisatya dengan paruhnya yang kecil, itu dilakukan agar bayi yang ada di dalamnya merasakan kekuatan yang sudah di milikinya.

Sampai pada pagi harinya Abisatya melihat Bena sudah mati di atas perut istri nya. Itu berarti tugas Bena untuk memberikan kekuatan pada calon bayi sudah selesai. Bena sudah kembali ke kehidupan para dewa.

Abisatya terkejut, dia berpikir kenapa burung ini bisa tiba tiba mati di atas perut istrinya. Itu sungguh kejadian yang sangat aneh baginya.

Lantas Abisatya segera membawa bangkai Bena ke halaman belakang rumah untuk di kuburkan.

Setelah menguburkan bangkai Bena, Abisatya pamit pada istrinya untuk pergi ke hutan mencari hewan buruan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
MarquesYobi
...... sangat menjiwai
goodnovel comment avatar
MarquesYobi
mendalami benar
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Berakhir damai

    Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Penolakan warga

    Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Ikut tinggal di desa

    "Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Keputusan tepat

    Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Antara membunuh atau tidak

    Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw

  • Pendekar Sejak Dalam Kandungan   Raja Gen

    Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status