“Aku lihat kau juga bisa menggunakan ilmu kanuragan dari Paguron Margabuana, tapi kenapa kau mencoba menghalangi kami?” tanya Buras seraya menatap tajam Jayadharma.“Tidak setiap Jawara yang menguasai ilmu kanuragan Paguron Margabuana adalah orang jahat. Jadi jangan samakan aku dengan kalian semua,” jawab Jayadharma sembari perlahan berjalan mendekati Buras.“Pontrang, kau hadapi wanita itu. Aku akan mengurus pria sok suci ini,” perintah Buras. Nyi Pontrang hanya mengangguk saja seraya mulai berjalan mendekati Ratri, sementara itu puluhan bandit lainnya yang ada di sana kini terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang berada di dekat Buras, ada juga yang di dekat Nyi Pontrang.“Baik Kang,” jawab Nyi Pontrang.“Berhati-hatilah Kang, ada kemungkinan murid-muridnya juga menguasai ajian malih rasa,” batin Ratri menggunakan ajian sambat basa dengan memejamkan matanya. Melihat Ratri memejamkan matanya, para bandit yang tadi hendak mengejar Indra segera melesat menyerangnya dengan tebasan golok d
“Posisi kuda-kuda itu, gerakan sahasrabala?” gumam Buras seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Keadaan ini, dia jelas-jelas hendak menggunakan gerakan silat tingkat tinggi,” ujar Nyi Pontrang yang secara refleks melompat mundur untuk menjaga jarak dari Ratri.“Siapa kau sebenarnya hah? Mengapa kau bisa menguasai gerakan silat tingkat tinggi Paguron Margabuana?” tanya Buras.“Aku putra Surya Sasmita, alias Lodaya Tipakidulan,” jawab Jayadharma sambil menyeringai.“Mustahil.. dia putra dari murid terkuat Paguron Margabuana?” gumam Buras terbelalak kaget.‘Beukh’‘Krek’“Heukh!” pekik Buras. Belum sempat dia mengedipkan matanya, tiba-tiba saja Jayadharma sudah menghujamkan pukulan di perutnya hingga dia memuntahkan darah, bukan hanya itu sebab suara tulang yang remuk juga sampai terdengar dari tubuh Buras sesaat sebelum tubuhnya terpental jauh menghantam dua bandit lainnya hingga terkapar di sana.‘Bregh’Suara tanah yang bergetar terdengar jelas saat Jayadharma kembali mengh
‘Beugh’“Eukh!” pekik Ratih sambil memuntahkan darah dari mulutnya saat ajian tribaya yang digunakan oleh Mbah Kupat berhasil menghantam perutnya dengan telak.‘Bregh’“Heukh..” pekik Indra saat dia merasakan rasa sakit di perutnya, saat itu juga dia memuntahkan darah segar dari mulutnya bersamaan dengan tubuhnya yang oleng hendak ambruk. Makin lama rasa sakit itu juga diiringi oleh rasa panas yang luar biasa layaknya terbakar.Mendadak saja tubuh Indra seketika diselimuti oleh api, tubuh Indra terbakar seiring dengan tubuhnya yang jatuh ke tanah. Indra terbaring tak berdaya di tanah dengan punggung terus dibakar oleh api yang berkobar. Sementara itu tubuh Ratih yang terpental karena terkena pukulan Mbah Kupat jatuh tak jauh dari tempat Indra berada, matanya seketika terpejam bersamaan dengan kesadarannya yang hilang.“Dasar orang-orang lemah, tekad kuat kalian tidak akan berguna jika tidak diimbangi oleh kekuatan yang setara,” gerutu Mbah Kupat sambil menyeringai puas melihat tubuh I
“Ajian gelap ngampar!” ucap Indra sambil menghantamkan kedua telapak tangannya ke tanah.‘Dddhhhooommmrrrrrr’‘Ggggrrrrrr’Seketika itu juga ribuan petir yang amat terang di langit secara bersamaan menyambar hutan tempat mereka berada saat ini. Suara dentuman keras layaknya letusan gunung berapi terdengar begitu kencang bersamaan dengan deru angin yang bergemuruh dahsyat. Tanah dan pepohonan yang ada di sekitar tempat tersebut langsung hancur berkeping-keping karena sambaran ribuan petir yang turun, jeritan Mbah Kupat terdengar jelas saat tubuhnya yang sudah tua renta itu tersambar petir secara bersamaan hingga hancur berkeping-keping. Tanah di sekitar hutan saat itu juga berguncang kuat layaknya gempa bumi.***Di tempat lain, Jayadharma dan Ratri Galuh yang sudah berhasil menghabisi Nyi Pontrang, Buras dan para bandit lainnya dibuat kaget saat mereka merasakan tanah tiba-tiba berguncang hebat. Mereka berdua secara bersamaan segera menengadahkan kepalanya ke langit, kegelapan yang ta
“Ayah?” ujar Ratri dengan wajah terkejut melihat pria paruh baya yang ada di depannya.“Ratri?” gumam pria muda yang ada di samping Kusuma Galuh, dia tak lain adalah kakak Ratri Galuh yaitu Patra Galuh.“Aku tidak menyangka akan bertemu dengan kalian bertiga di sini,” ucap Kusuma Galuh seraya menatap Jayadharma dan Irgi yang terlihat mulai tertidur lagi.“Teh Ratri Galuh dan Kang Jayadharma,” batin seorang pemuda yang ada di dekat Patra dan Kusuma Galuh. Dia adalah salah satu murid Perguruan Linggabuana, namanya Tata Sanjaya.“Kami datang untuk membawa Irgi berkunjung ke Linggabuana. Tapi tidak saya sangka akan bertemu ayah dan kakak di tempat seperti ini,” ucap Jayadharma.“Kami datang kemari setelah melihat ada ribuan petir yang turun dari langit ke sekitar sini. Kami yakin telah terjadi sesuatu di sini,” jawab Patra Galuh.“Itu benar, aku merasakan ada orang yang menggunakan ajian gelap ngampar di sini. Karena itu aku buru-buru datang kemari bersama Patra dan Tata,” timpal Kusuma G
“Kelihatannya dia memang sudah mati, sebab kami tidak melihat jejaknya melarikan diri. Terlebih dengan keadaannya yang seperti itu tidak akan mungkin dia bisa dengan mudah kabur dari jangkauan ajian terlarang yang sangat luas tersebut,” tutur Ratri.Mereka terus berlari dengan kecepatan tinggi menuju Gunung Linggabuana sambil membicarakan banyak hal, terutama tentang identitas Indra sebenarnya. Ratri dan Jayadharma juga tidak bisa menjelaskannya secara tepat sebab mereka hanya tahu namanya saja, itupun juga dari para bandit yang mereka kalahkan.Tanpa terasa jarak yang Indra perkirakan hanya bisa ditempuh dalam satu hari nyatanya bisa mereka semua tempuh dalam waktu yang singkat. Tengah malam mereka sudah sampai di Perguruan Linggabuana, saat itu juga Indra dan Ratih dirawat secara langsung oleh Mahaguru Kusuma Galuh serta istrinya yang bernama Neni Anggraini, mereka juga ditemani para murid kepercayaannya yang ahli dalam bidang pengobatan termasuk Tata Sanjaya.Ratri segera menidurka
Tiga hari berlalu sejak Indra mendapatkan perawatan dari keluarga Mahaguru Kusuma Galuh akhirnya dia mulai sadarkan diri. Perlahan Indra mulai membuka kedua matanya, samar-samar dia bisa melihat tempat yang begitu asing baginya. Ika Pratiwi yang waktu itu kebagian bertugas mengawasi keadaannya buru-buru memanggil Neni dan Ratri.Saat itu juga mereka segera bergegas memeriksa kondisi Indra. Kusuma Galuh, Jayadharma dan Patra Galuh juga tak lupa untuk segera ikut ke sana. Ratih yang sudah sembuh dan bisa berjalan lagi juga buru-buru menemui Indra. Dia saat itu juga memeluk tubuh Indra yang masih terbaring di tempat tidur, tangisnya tidak bisa dia tahan lagi setelah beberapa hari yang lalu dia melihat luka yang Indra alami.“Kang Indra, maafkan saya.. maafkan saya..” tutur Ratih dengan lirih.“Tidak apa-apa,” kata Indra pelan, tubuhnya serasa masih lemas dan sakit di beberapa titik.“Tidak Kang, jika saja saya waktu itu menuruti permintaan Akang mungkin saat ini Akang baik-baik saja,” uc
“Akhirnya beliau memanggilku juga,” gumam Indra. Tampaknya Kusuma Galuh ingin melanjutkan perbincangan beberapa hari yang lalu sebelum dia benar-benar pulih. Indra hanya bisa menghela nafas dalam agar detak jantungnya yang berdegup kencang menjadi lebih tenang.Setelah Indra sampai di kediaman Kusuma Galuh, dia segera diarahkan oleh Ratri menuju ruangan Kusuma Galuh. Di ruangan tersebut tampak sudah ada Patra dan juga Jayadharma yang sedang menunggu. Dari tatapannya saja sudah jelas hal yang akan dibicarakan adalah hal yang sangat serius.“Duduklah Indra, kau juga Ratri,” perintah Kusuma Galuh.“Maaf Mahaguru, tapi saya ingin mengawasi Irgi. Jika berkenan silahkan lanjutkan pembicaraannya tanpa saya,” tolak Ratri dengan sopan.“Baiklah,” tutur Kusuma Galuh. Ratri hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan tempat mereka berada.“Apa ada yang ingin kau katakan, Indra?” tanya Kusuma Galuh sembari menatap tajam Indra.“Saya sangat berterima kasih atas kebaikan keluarga Ma-“ namun bel