Share

Bab 3

Penulis: Mawar
Sungguh memalukan!

Kalau saja, tadi pria itu tidak memberikan perintah untuk menyuruhku berhenti, aku tidak tahu hal mengerikan apa yang akan terjadi. Aku bahkan tidak berani membayangkannya!

Pak Toby pasti mengira aku sengaja menggodanya dan menganggapku wanita tidak tahu malu!

Sambil menangis, aku mengetik pesan dan mengirimkannya kepada Ben.

[Kumohon, lepaskan aku. Apa pun yang kamu inginkan akan aku turuti. Kumohon, hapus video itu.]

Tugas yang diberikan pria itu memang memicu hasrat dalam diriku, tapi jika terlalu sering bermain api, pasti akan terbakar juga.

Jika suatu saat pria itu memberikan permintaan yang lebih keterlaluan, tanpa dia unggah videonya di forum kampus pun, aku yakin para mahasiswa laki-laki pasti sudah menyebarkan apa yang kulakukan di kelas!

[Tugas terakhir. Selama kamu menyelesaikannya, aku akan menghapus video itu.]

Pria itu membalas pesanku. Tugas terakhir?

Aku memeluk ponselku sambil menangis lega. Akhirnya aku bisa lepas terbebas dari cengkeraman iblis ini!

Namun, saat kupikirkan lagi, mungkinkah pria ini akan semudah itu melepaskanku?

Sudah pasti dia akan mengajukan permintaan yang lebih keji lagi, menjadikanku seorang dosen yang melanggar etika dan dibenci banyak orang.

[Datanglah ke gerbang sekolah malam ini, di dekat pos satpam. Kali ini, aku akan memilikimu sepenuhnya!]

Memilikiku sepenuhnya?

Selain itu, di dekat pos satpam, di depan gerbang kampus yang ramai dilalui orang. Sebenarnya, apa yang ingin dilakukan pria itu?

Aku gelisah dan tidak tenang memikirkannya, tapi entah mengapa, ada sedikit rasa menantikannya. Sudah terlalu lama aku tidak merasakan sensasi yang begitu mendebarkan hingga membuatku merinding, seperti masuk ke dalam lumpur, makin bergerak makin tenggelam.

Tanpa sadar, pria itu perlahan telah membuka belenggu hasrat dalam diriku, membawaku ke dalam petualangan-petualangan yang penuh ketegangan, dan membuat ambang hasratku mencapai puncaknya.

Menjelang malam, aku mengenakan rok yang tidak terlalu mencolok, lalu pergi ke tempat yang dikatakan pria itu.

Tepat di balik tembok ini, ternyata ada lubang sebesar lengan dan letaknya pas di posisi pantatku.

[Berdiri menempel di tembok dan hadapkan pantatmu ke lubang itu.]

Ponselku berdering. Pria itu kembali memberiku tugas.

Aku tahu apa yang sedang direncanakan pria itu kali ini, tapi aku hanya bisa menuruti perintahnya dan bersandar pasrah di tembok.

Begitu tubuhku menempel di lubang itu, aku mulai merasa gugup dan gelisah.

Tidak jauh dari sana, ada beberapa satpam yang sedang bercanda, serta beberapa mahasiswa yang berjalan dalam kelompok kecil.

Meskipun beberapa pohon di depanku sedikit menghalangi pandangan, selama ada yang mendekat, semua gerak-gerikku pasti akan terlihat jelas.

Beberapa satpam tertawa kecil sambil bersiap untuk berpatroli. Aku bahkan tidak berani bernapas terlalu keras karena takut menarik perhatian.

Tiba-tiba, ponselku berdering lagi.

[Angkat rokmu!]

Apa?

Mataku membelalak ketakutan. Menatap satpam yang lewat di depanku, tubuhku seketika membeku.

"Nggak...nggak boleh." Aku nyaris menangis keras.

Dari balik tembok, terdengar langkah kaki tergesa-gesa. Pria yang mengancamku berada tepat di balik dinding itu.

"Kalau nggak patuh, harus siap-siap menerima hukuman, ya!"

Pria itu menyeringai nakal, bahkan sempat menyentuh pinggangku dari balik celah.

Jantungku berdebar kencang, aku menundukkan kepala dalam-dalam karena malu. Aku ingin melawan, tapi tidak berani bergerak.

"Cepat! Kamu mau gagal di tugas terakhir?"

Suara dingin pria itu kembali terdengar, membuat bulu kudukku hampir berdiri semua.

Ini yang terakhir... ya, ini yang terakhir...

Selama aku menyelesaikan tugas ini, aku tidak perlu lagi hidup di bawah ancaman pria itu!

Aku menangis pelan karena merasa begitu tertekan, tapi karena tidak punya pilihan lain, aku pun perlahan menjulurkan tangan ke belakang, mengangkat rokku dari betis hingga ke pinggang.

Kakiku gemetar. Kami hanya dipisahkan oleh satu dinding, aku bisa mendengar suara gerakan tergesa-gesa dari balik tembok, seperti suara seseorang sedang membuka ikat pinggang...
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 8

    Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk mendorong Theo dan berlari dalam kegelapan menuju pintu gudang.Saat ini, aku tidak bisa melihat Theo, dia pun tidak bisa melihatku.Aku berlari ke arah pintu, tetapi ternyata Theo sudah lebih dulu berjaga di sana dan menungguku datang.Dia langsung menarik rambutku dan menyeretku kembali masuk. Melihat jarakku dengan pintu makin jauh, aku menangis dan berteriak minta tolong ke luar.Theo mengeluarkan pisau dan menempelkannya ke dadaku. Dia menunjukkan sikap bahwa jika hari ini dia tidak berhasil, aku pasti akan mati."Bu Liana, kalau kamu menurut, aku janji setelah ini aku akan menghapus video itu. Tapi kalau kamu melawan, jangan salahkan aku bertindak kejam!""Baik! Aku menurut! Aku menurut!"Aku kembali dijatuhkan oleh Theo ke lantai. Dia mulai menarik paksa rokku.Namun, tepat di saat kritis, terdengar suara dari luar pintu gudang.Seseorang menendang pintu besi dengan keras. Cahaya dari luar langsung menerobos masuk, Theo bahkan tidak sempat

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 7

    Aku menceritakan seluruh dugaanku saat ini, beserta rencana memancing musuh keluar dari persembunyiannya kepada Pak Toby tanpa menyisakan satu pun.Tanpa menunggu balasannya, aku mematikan ponsel, lalu mendorong pintu besi dengan susah payah dan masuk ke dalam gudang.Begitu aku melangkah masuk, pintu besi kembali tertutup dengan bunyi keras, membuatku sama sekali tidak bisa melihat apa pun yang ada di dalam gudang.Gudang itu gelap gulita, seperti ruangan kecil tanpa cahaya. Bahkan aku tidak bisa melihat tanganku sendiri.Melangkah dalam kegelapan dan menghadapi ketidakpastian membuat hatiku dipenuhi kecemasan. Rasa takut membuatku gemetar, setiap langkah terasa berat dan napasku tersengal-sengal.Aku maju beberapa langkah dengan gelisah sambil meraba-raba, lalu tiba-tiba, sesuatu yang tajam menempel di punggungku.Orang itu ternyata sudah lama bersembunyi di dalam gudang ini!"Ben? Itu kamu?"Aku bisa merasakan napas panas menyentuh leherku. Napas pria itu terengah-engah. Dia seperti

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 6

    Aku dan Pak Toby mulai bekerja sama dengan membagi tugas. Aku pergi mencari jadwal mata kuliah Profesor Liam dan menemukan dia kebetulan mengajar pada hari itu.Kampus memiliki peraturan bahwa selama jam kuliah, kecuali dalam keadaan darurat, dosen tidak diperbolehkan menyentuh ponsel.Di sisi lain, Pak Toby juga mendapat informasi. "Profesor Liam itu orangnya kolot, bahkan ponsel pintar saja jarang dia gunakan, apalagi alat berteknologi tinggi seperti kamera tersembunyi.”Dengan begitu, Profesor Liam pun dikesampingkan dari daftar tersangka. Kalau begitu, siapa pelakunya?Pria misterius yang memegang rahasiaku itu makin sulit dipahami. Jika orang ini tidak segera tertangkap, dia bisa menjadi ancaman besar yang tidak terbayangkan bagiku.Selama dia menginginkannya, dia bisa saja menggunakan video itu untuk memaksaku melakukan hal-hal yang sama sekali tidak bisa kuterima!Pak Toby mencoba menenangkanku. "Jangan panik dulu. Aku akan memeriksa rekaman kamera pengawas di sekitar kampus unt

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 5

    "Tunggu, kita jalan bareng. Kebetulan aku ada hal yang ingin kutanyakan padamu."Jarak dari gerbang kampus ke kantor sebenarnya tidak jauh, hanya sekitar lima menit berjalan kaki. Namun, rasanya seperti satu abad.Sesampainya di kantor, aku duduk di kursi kerjaku dan bertanya, "Pak Toby, tadi kamu bilang mau menanyakan sesuatu?"Pak Toby berdiri dan menutup pintu kantor. Sekarang, hanya ada kami berdua di dalam kantor. Matanya sesekali melirik ke arah rokku.Aku sontak berdiri, wajahku memerah hingga terasa panas. "Pak Toby, kalau memang ada urusan, mari kita bicarakan baik-baik. Kenapa harus menutup pintu segala?"Pak Toby menundukkan pandangannya, seolah sedang menyusun kata-kata. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran, "Bu Liana, apa akhir-akhir ini kamu sedang mengalami masalah?"Jantungku serasa tersentak. Rasanya seperti ada batu besar yang jatuh menimpa dadaku."Kalau kamu memang sedang dalam kesulitan, kasih tahu aku. Selama aku bisa memban

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 4

    Tiba-tiba, kulihat Pak Toby keluar dari kantor dan berjalan ke arah pos satpam.Tidak!Jika Pak Toby mendekat, dia pasti akan melihat apa yang sedang kulakukan!Aku tertegun sebentar, lalu segera menjauh dari tembok itu dan merapikan rokku.Pria itu memegang rahasia kelamku. Dia seperti iblis yang mengendalikanku dengan cengkeramannya.Mana mungkin aku percaya kalau itu akan jadi yang terakhir seperti yang dia janjikan.Orang yang tidak tahu malu seperti dia, pasti akan terus menggunakan video itu untuk mengancamku.Ucapannya tidak bisa dipercaya. Selama video itu masih di tangannya, dia tidak akan melepaskanku!Aku melihat ke sisi tembok. Pria itu pasti menyadari aku telah sadar dan kabur.Dia pasti belum kabur terlalu jauh!Aku berlari ke gerbang kampus, berusaha mengejarnya.Saat sampai di gerbang kampus, aku tanpa sengaja menabrak seorang satpam. Saat menoleh ke tembok tadi, tempat itu sudah kosong.Satpam itu datang dari arah yang sama dengan pria tadi. Aku mulai merasa curiga, k

  • Pendidikan Rasa Sakit dan Nikmat   Bab 3

    Sungguh memalukan!Kalau saja, tadi pria itu tidak memberikan perintah untuk menyuruhku berhenti, aku tidak tahu hal mengerikan apa yang akan terjadi. Aku bahkan tidak berani membayangkannya!Pak Toby pasti mengira aku sengaja menggodanya dan menganggapku wanita tidak tahu malu!Sambil menangis, aku mengetik pesan dan mengirimkannya kepada Ben.[Kumohon, lepaskan aku. Apa pun yang kamu inginkan akan aku turuti. Kumohon, hapus video itu.]Tugas yang diberikan pria itu memang memicu hasrat dalam diriku, tapi jika terlalu sering bermain api, pasti akan terbakar juga.Jika suatu saat pria itu memberikan permintaan yang lebih keterlaluan, tanpa dia unggah videonya di forum kampus pun, aku yakin para mahasiswa laki-laki pasti sudah menyebarkan apa yang kulakukan di kelas![Tugas terakhir. Selama kamu menyelesaikannya, aku akan menghapus video itu.]Pria itu membalas pesanku. Tugas terakhir?Aku memeluk ponselku sambil menangis lega. Akhirnya aku bisa lepas terbebas dari cengkeraman iblis ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status