Syuting berjalan lancar hingga selesai. Ivy yang memprediksi Naomi akan cari masalah dengannya, ternyata saudara tirinya itu menjadi kalem. Naomi hanya duduk santai di tempatnya jika bukan gilirannya. Namun, Naomi tetap mengabaikannya dan hanya mengobrol baik dengan kru di sana.Setelah pamit pada semua orang, Ivy keluar menunggu taksi di pinggir jalan. Namun, baru saja berdiri di sana, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih, berhenti tepat di depannya. Ivy mengerutkan keningnya, heran dan penasaran melihat sosok pria asing keluar dari mobil. Bahkan Ivy kaget ketika pria itu membungkuk hormat di depannya."Selamat sore Nyonya. Saya Edy. Mulai hari ini, saya akan menjadi manajer Anda, juga sekaligus supir pribadi Anda. Apapun yang Anda butuhkan, bisa katakan pada saya. Saya bisa melakukan semua perintah nyonya.""Jonathan yang suruh kamu?" Ivy menebak bahwa yang mengutus orang ini untuk berada disisinya adalah Jonathan tapi ia bertanya karena hanya ingin memastikan tebakannya bena
Ivy yang baru saja dari kamar mandi, tak sengaja melihat Jonathan dibawa oleh perempuan asing. Ivy tidak ingin peduli karena menganggap bahwa perempuan itu adalah kenalan Jonathan. Terlebih lagi, ia dan Jonathan punya perjanjian untuk tidak saling ikut campur urusan pribadi. Namun, Jonathan pernah mengatakan padanya bahwa alasan ia menikah bukan hanya untuk menggantikan posisi tunangannya sementara. Melainkan salah satunya untuk menjadikannya tameng. Mengingat itu, membuat Ivy tak bisa menutup mata. Dengan tuntutan itulah, Ivy membalikkan badannya mendatangi Jonathan yang baru saja masuk ke sebuah kamar. "Aku nggak bisa diam aja," gumam Ivy sembari berjalan mendekati Jonathan.Sementara Jonathan kini berada di kamar. Namun, pria itu sadar bahwa ia dibawa oleh perempuan asing. Dengan kasar, Jonathan mendorong perempuan itu. "Brengsek! Menjauhlah dariku! Jangan sentuh aku!"Perempuan itu tidak mau menyerah. Ia kembali berdiri dan mengejar Jonathan yang berjalan keluar dari kamar itu da
Jonathan bangun lebih dulu. Ia duduk di pinggir kasur dengan kedua kakinya sudah menginjak lantai. Ia memegang kepalanya yang terasa begitu berat kemudian mengibas-ngibas kepalanya itu untuk meringankan sakit di kepalanya.Kemudian, Jonathan menoleh melihat Ivy yang masih tidur di belakangnya. "Ternyata dia masih perawan. Cih, pantas saja tunangannya mengkhianatinya."Bagi Jonathan, berhubungan intim ketika berpacaran adalah hal yang harus dilakukan untuk mempererat hubungan cinta keduanya. Jika tidak melakukan hubungan intim, bisa membuat hubungan mereka nantinya menjadi hancur seperti yang dialami Ivy.Itu menurut Jonathan yang berbeda prinsip dengan Ivy.Jonathan pun berdiri sembari memungut pakaiannya. Dengan langkah pelan, Jonathan masuk ke kamar mandi.Sekitar lima belas menit, Jonathan keluar dari sana dengan handuk yang melingkar dipinggangnya. Dan matanya langsung tertuju pada Ivy yang duduk di kasur dengan tangan menahan selimut yang menutupi hingga dadanya."Baru bangun?" t
Naomi marah karena rencananya untuk menjebak Jonathan semalam, gagal total. Ia melampiaskan amarahnya pada barang-barangnya di kamar. "Brengsek! Sebenarnya siapa wanita yang mengaku sebagai istri Jonathan dan menggagalkan rencanaku. Sialan!" teriak Naomi sembari melempar vas bunga ke dinding dekat pintu hingga nyaris mengenai Nyonya Sukma yang tengah membuka pintu kamar anaknya. "Astaga! Apa yang terjadi Naomi? Kamu sampai memecahkan vas bunga yang mama simpan di kamarmu!" kata Nyonya Sukma dengan ekspresinya yang terkejut melihat vas bunga miliknya hancur di lantai. Naomi tidak menjawab. Ia malah duduk di tepi kasur dengan amarah yang masih nampak diwajahnya. Melihat itu, membuat Nyonya Sukma khawatir hingga ia mendekati anaknya, lalu duduk di sebelah Naomi. "Kenapa? Apa kau mengalami kesulitan di lokasi syuting? Bukannya itu sudah beres Naomi?" tanya Nyonya Sukma. "Bukan itu Ma. Tapi, ini masalah semalam." "Kenapa dengan semalam? Apa Tuan Jonathan menolakmu sayang? Tidak mungk
Ivy dan Delino melakukan pemotretan bersama. Keduanya tampak kompak melakukan semua yang diperintahkan oleh sang fotografer. Bahkan karena kekompakan mereka berdua, para kru dan yang lainnya, saling berbisik, menganggap mereka adalah pasangan kekasih yang menjalin cinta jarak jauh. Terlebih si makeup artis yang melihat mereka berpelukan tadi di ruang make up, menceritakan semuanya hingga menambah keyakinan mereka tentang hubungan tersembunyi aktris baru dan aktor ternama itu.Selesai pemotretan, mereka bergantia pakaian dengan pakaian mereka sendiri. Di luar ruang ganti Ivy, Delino menunggu sahabatnya itu untuk makan siang bersama. Tak lama, Ivy keluar dengan dandanan sederhananya tapi tetap terlihat cantik dan menawan. Ya, bagi perempuan cantik blasteran seperti Ivy, memakai apapun akan terlihat cantik untuknya."Loh, kamu di sini. Aku pikir, kamu udah pulang." Ivy kaget melihat Delino ternyata menunggunya di luar. Ia pikir, bahwa Delino akan pergi karena kegiatannya yang terlalu sib
"Kamu cepat banget sih Ivy. Padahal baru jam tujuh malam, kamu udah mau balik aja. Biasanya kalau kita ketemu, kamu ngajak nongkrong dulu atau ngajak nonton film di bioskop." Kebiasaan mereka jika bertemu, mereka selalu menghabiskan waktu di cafe, nongkrong di bar atau dugem berdua sekedar untuk senang-senang sebelum kembali ke aktifitas mereka. Bahkan keduanya wajib nonton film dulu, baru pulang. Oleh sebab itu, Delino merasa heran pada Ivy yang tiba-tiba meminta izin untuk pulang. "Nonton filmnya lain kali aja soalnya aku benar-benar nggak bisa nemenin kamu. Aku punya kerjaan yang harus aku selesaikan dan aku nggak bisa kasih tahu kamu sekarang!" Ivy tidak bisa menceritakan pada Delino mengenai statusnya yang sudah menikah. Bukan karena Ivy tidak mau jujur tapi ia tidak punya kesempatan menceritakan semuanya pada Delino. "Nggak apa-apa Ivy. Ketemu kamu dan makan siang berdua sama kamu, udah buat aku bahagia banget. Kita masih punya hari lainnya Ivy karena aku bakal tinggal bebera
"Kok kamu malah cium sih," bisik Ivy yang tampak kesal pada Jonathan. Jonathan mendekatkan bibirnya ditelinga Ivy dan tersenyum miring, kemudian berbisik mesra, "kamu yang menyuruhku untuk bersikap mesra. Jadi, aku pun terpaksa melakukannya." Setelah berbisik, Jonathan kembali berdiri tegak menatap Ivy sembari tersenyum. Bahkan Jonathan menaikkan alisnya, menggoda Ivy. 'Dia kenapa tiba-tiba begitu sih?' batin Ivy sembari melirik tajam pada Jonathan. Aneska yang tidak suka melihat kedekatan mereka, mendekati Jonathan dan langsung merangkul lengan Jonathan. "Kak Jo, kamu pasti belum makan malam karena baru pulang. Gimana kalau kita makan berdua?" Ivy yang melihat sikap centil Aneska, menarik tangan Aneska menjauh dari Jonathan. Lalu ia menggantikan Aneska merangkul lengan Jonathan. Aneska tak senang melihat sikap Ivy yang menurutnya tak sopan serta kasar padanya. Hal itu juga membuat Nyonya Selfia tak senang pada Ivy."Ivy, sopan sedikit pada Aneska. Dia tamu di rumah ini. Sebagai
"Setelah apa yang kukatakan padamu tadi, kamu masih berpikir untuk bertemu dengannya? Ivy, apa kamu tidak paham maksud kata-kataku tadi? Aku sedang melarangmu untuk tidak bertemu dengan pria lain selama masih menjadi istriku." "Aku tidak berbuat sesuatu yang merugikan kamu, Jonathan. Lagipula, kamu sendiri bilang kalau aku nggak masalah mau berhubungan dengan siapapun. Apalagi kedekatanku dengan Delino hanya sebatas teman saja. Atau kamu rewel begini karena cemburu dengan Delino." Ivy benar-benar tidak memahami Jonathan yang melarangnya berteman dengan Delino hingga ia menuduh Jonathan bersikap seperti itu karena cemburu. "Huh, aku nggak cemburu karena sedikitpun tidak ada rasa suka untukmu. Aku melarangmu karena aku memikirkan reputasiku. Dan memang tidak masalah, kamu mau berhubungan dengan siapa saja. Itu terserah kamu. Aku sama sekali nggak terganggu tapi aku tidak mau kalau kamu menghancurkan rencanaku Ivy. Kamu tahu, kalau ada orang yang lihat kamu berduaan dengan pria lain, t