Beberapa menit berlalu. Obrolan grup itu sempat sepi, hanya terlihat status ‘sedang mengetik’ yang muncul dan hilang. Anna masih menatap layar, memikirkan HEX. Ia membuka profilnya lagi, berharap menemukan sesuatu yang terlewat. Tapi tidak ada apa pun. Levelnya rendah, tidak punya emblem prestasi, tidak ada teman di daftar teman, dan tentu saja tidak pernah muncul di turnamen mana pun.Semakin aneh saja.Lalu tiba-tiba notifikasi baru muncul.GhostedFox:“Aku sudah tanya ke beberapa orang di Discord.”Anna langsung duduk tegak, penasaran.Anna:“Dan?”GhostedFox:“Tak satu pun dari mereka kenal akun HEX.”Viper:“Serius? Padahal dia mainnya seperti veteran.”BladeBreaker:“Aku juga coba cek di forum komunitas. Tidak ada yang pernah lihat nama itu. Bahkan tidak ada hasil kalau kita cari ‘HEX CODM’ di Google.”Anna mengernyitkan alis. Ini semakin tidak masuk akal.Anna:“Mustahil. Pemain sekuat itu pasti pernah muncul di mana-mana.”BladeBreaker:“Apa kamu yakin dia bukan pakai cheat?”
Anna di kamar sedang sibuk memaki. Dia juga kesal dengan akun HEX. Sebelumnya mereka tidak pernah bertemu dalam pertempuran. Dia merasa heran. Pemain hebat seperti itu baru muncul hari ini. Seperti dia yang baru keluar dari gua saja hingga tidak pernah mendengarnya.Anna mengacak rambutnya dengan frustasi. Sudah berapa lama dia bermain COD Mobile? Hampir tiga tahun. Dia hafal betul siapa saja pemain-pemain teratas di server ini. Tapi HEX? Nama itu sama sekali asing di telinganya.Dia berguling-guling di atas ranjang dan mencoba mengingat beberapa nama akun yang sering muncul di papan peringkat. Sekeras apa pun dia memeras ingatannya, tidak ada nama si HEX ini. DragonSlayer, SilentKill, NoobMaster—semua nama itu familiar. Tapi HEX? Kosong.Akhirnya dia menyerah dan hanya beranggapan bahwa ini adalah pemain pro yang telah bersembunyi beberapa lama dan baru kembali hari ini. Anna hanya sedang sial saja. Atau mungkin ini pemain dari server lain yang baru pindah? Tapi tetap saja, skill sep
“Aku akan berhati-hati.” Anna mencoba menenangkan Adam dengan senyum tipis. “Lagi pula aku tidak sendirian kan? Tuan Dawson pasti ada di sekitarnya.”Adam kebingungan. Otaknya bekerja keras mencari cara untuk mengalihkan perhatian Anna. Mendadak dia memiliki sebuah ide yang terdengar konyol bahkan di telinganya sendiri. “Oh, apa kau bisa mengajariku bermain game yang kau mainkan tadi? Itu terlihat sangat seru.”“COD Mobile?” Anna menaikkan alis, terkejut dengan permintaan yang tidak terduga itu.“Hah?” Adam tidak mengerti yang disebutkan Anna.“Nama gamenya.” Anna memberitahu dengan sabar, meski masih heran dengan minat mendadak Adam.“Oh, ya ya. COD Mobile.” Adam mengangguk-angguk dalam kebingungan, berusaha terlihat antusias. Selama ini dia sesekali bermain game juga di ponselnya. Jenis permainan bayi, ejek Felix di masa lalu. Entah sejak kapan anak itu menjadi musuhnya. Mereka sulit akur.“Apa kakek yakin? Akan ada senjata dan darah. Ini game terlihat realistis. Aku khawatir kau a
Kepala Anna dipenuhi pemikiran saat kembali dari ruang makan. Dia berjalan di koridor sambil melamun, langkah kakinya terasa ringan namun pikirannya berat.Felix membelanya di depan keluarga Dawson. Itu luar biasa. Seumur hidup Anna, tidak banyak yang berdiri untuk membelanya. Jika pun ada yang melakukannya, tentu saja ada pamrih yang harus dia bayar kelak. Di depan sebuah kamar dia hampir bertabrakan dengan seseorang.“Kakek!” Anna menghindar di saat yang tepat. Refleks tubuhnya bergerak cepat, menghindari tabrakan yang hampir terjadi. Orang tua itu juga sedang melamun dan tidak melihat orang lain yang berjalan berlawanan arah dengannya.Adam sendiri terkejut bukan main. Jantungnya berdegup keras. Dia lebih kaget dengan seruan nyaring Anna, bukan pada kenyataan mereka hampir bertabrakan. “Kau mengejutkanku.” Adam memegangi dadanya sambil menggerutu, napasnya masih belum teratur. Selalu penuh kejutan, pikirnya kesal.“Kakek, bukankah kau yang berjalan sambil melamun? Untunglah aku
Di meja makan telah berkumpul lima orang. Felix duduk di ujung meja. Wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Sedangkan Anna diatur duduk di kursi sebelah kanannya, tidak sekali pun dia melirik ke arah suaminya. Adam duduk di sebelah kiri Felix, tangannya gelisah memainkan serbet di pangkuannya. Sisanya, Frans bersebelahan dengan Adam dan Viona di sebelah Anna.Ada suasana canggung yang terasa di antara mereka. Suara dentingan sendok dan garpu menjadi satu-satunya yang memecah keheningan. Saat mereka mulai menyantap makanan, Vionalah yang mulai bicara."Sepupu, apa kau sudah tahu yang terjadi pada ibu hari ini?" Dia melirik pada nyonya Harrison yang berpenampilan seperti gadis muda yang polos. Viona sangat ingin mencekiknya hingga tewas.Felix sedang mengiris sepotong daging di piringnya menjadi bagian kecil dengan gerakan elegan. Dia menyuapnya dan mengunyah tanpa suara, bahkan tanpa menoleh ke arah Viona. Ekspresinya datar saja saat mendengar ucapan sepupunya itu."Ibumu perlu terapi
Felix tidak berniat kembali ke rumah sore itu. Dia masih harus memeriksa pengiriman dari gudang di luar kota ketika pesan dari Adam masuk ke ponselnya. Dengan sigap, dia menekan layar dan membaca pesan singkat itu. Setelah membaca pesannya, kerutan di keningnya segera tercipta.Baru tadi pagi isterinya membuat masalah. Apakah dia akan mengacau lagi di rumah?Felix menghela napas panjang. Rasanya dia baru saja menyelesaikan satu masalah, dan sekarang ada lagi. Dia menatap keluar jendela mobil, melihat gedung-gedung tinggi yang berlalu lalang. Saat dia memutuskan pulang dan menyuruh supir memutar arah mobil, saat itulah Aurel mendapat serangan panik. Dia hanya menemukan Anna sendirian di ruang tamu tengah bermain game di ponselnya. Suara tembakan dan musik latar permainan memenuhi ruangan itu. Meski berisik, tapi terasa tenang. Jenis ketenangan yang aneh. Tidak ada tanda-tanda pernah terjadi pertarungan.Anna duduk bersila di sofa dengan santai, seolah tidak ada yang terjadi. Ponselny