Share

Menjaga Zanitha

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 07:13:00

Setiap pagi, sebelum toko bunganya buka, Zanitha sudah tiba di rumah sakit membawa satu buket bunga segar—mawar putih, anggrek ungu, atau kadang lili Casablanca yang menjadi kesukaan mendiang istri Mathias. Ia meletakkannya di vas meja sudut ruangan, mengganti airnya, lalu memastikan aromanya tidak terlalu menusuk untuk ruangan rawat inap.

“Ini bunga lili. Harumnya lembut, seperti musim semi di Munich,” gumamnya sambil menyusun tangkai-tangkai bunga di vas keramik putih.

Mathias hanya menatap Zanitha dari atas ranjang, diam, tak berkomentar. Tapi matanya mengikuti gerak tangan Zanitha—lincah dan terampil.

“Selamat pagi….” Bagian catering masuk membawa sarapan pagi untuk Mathias.

“Ini sarapan paginya,” kata wanita itu sembari meletakan piring-piring di atas meja makan pasien portable beroda.

“Terimakasih,” kata Zanitha sembari membuka plastik putih yang menjaga makanan tetap higienis.

Zanitha duduk di samping ranjang Mathias, sudah siap untuk menyuapinya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
cieeee,,, cctv ananta nh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Janji

    Malam harinya, di dalam kamar utama Mansion yang paling luas, udara terasa lebih hangat dari biasanya.Lampu tidur menyala temaram, mewarnai ruangan dengan semburat oranye lembut.Zanitha dan Ananta berbaring di atas ranjang, saling berpelukan.Mereka baru saja menidurkan Ares tanpa drama bahkan Ananta tidak selesai membaca dongeng karena Ares terlalu kelelahan bermain dengan mainan barunya. Zanitha mengenakan kaftan tidur tipis, sementara Ananta hanya memakai celana training dan kaus polos.Di antara mereka, keheningan nyaman mengisi udara.Zanitha menyandarkan kepalanya di dada Ananta, mendengarkan detak jantung laki-laki itu yang stabil dan menenangkan.Tangan besar Ananta mengusap-usap rambut Zanitha dengan gerakan lambat.“Aku belum berhenti bersyukur,” bisik Ananta tiba-tiba, suaranya rendah, nyaris serak.Zanitha menoleh sedikit, mengangkat dagunya untuk menatap wajah suaminya.“Bersyukur karena apa?” tanyanya lembut.Ananta menatap dalam ke mata istrinya, matanya ge

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Kebahagiaan Yang Menjadi Nyata

    Udara sore di taman belakang mansion Von Rotchschild sejuk, langit biru bersih tanpa awan.Ares, yang kini berusia dua tahun, berlarian sambil membawa pesawat mainan di tangannya. Tawa kecilnya menggema, lincah dan tak pernah kehabisan energi.Namun Zanitha hanya duduk di bangku taman, wajahnya pucat, tubuhnya terasa berat.Matanya mengikuti Ares dengan tatapan kosong karena tubuhnya terlalu lelah untuk bergerak.Biasanya, dia yang paling semangat mengejar Ares, bermain petak umpet, atau sekadar ikut tertawa melihat tingkah putranya.Tapi hari ini…Hari ini rasanya tubuhnya memberontak.“Ares … pelan-pelan ya, Sayang,” tegur Zanitha pelan, hampir seperti berbisik.Ares tertawa, berlari lebih kencang.Zanitha menahan mual di tenggorokannya, memejamkan mata sesaat.Peluh dingin membasahi pelipisnya.Langkah kaki cepat terdengar mendekat.Ananta, mengenakan kemeja santai berwarna biru tua, menghampiri dengan raut khawatir.“Sayang, kamu kenapa?” tanyanya sambil jongkok di de

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Tempat Pulang

    Dua hari setelah Nayla menemuinya dengan memberi kabar buruk sekaligus bahagia, Rafael kembali duduk termenung di balkon apartemen kecilnya.Matanya sembab. Di meja, dua cangkir kopi sudah dingin. Satu kosong, satu tak disentuh.Lalu terdengar suara pintu diketuk.Dengan malas Rafael melangkah gontai untuk membukanya tanpa ekspektasi apapun tentang siapa yang ada di depan pintu.Dia lantas mendapati Ananta, berdiri dengan mantel panjang, wajah serius tapi tanpa tekanan.“Aku tidak ada tenaga untuk debat.” Rafael berkata lirih, mencoba menutup pintu kembali.Namun Ananta menahan menggunakan satu tangan.“Aku datang ke sini bukan untuk berdebat,” katanya. “Aku ke sini … karena Zanitha.”Rafael mengerjap.Ananta masuk perlahan, duduk di sofa.Suasana hening sebentar.“Dia minta aku bicara denganmu,” lanjut Ananta. “Dia merasa iba melihat Jonas dan Jenny. Katanya … anak-anak tidak pantas jadi korban keegoisan orang tua.”Rafael duduk perlahan di seberangnya, tatapannya kosong.

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Terlambat

    Proses perceraian Rafael dan Winna tidak berjalan semudah ucapan “Aku muak, aku mau cerai.”Setelah surat gugatan resmi dikirim, pengacara dari kedua pihak saling membalas, saling mengklaim hak atas aset, dan yang paling menyakitkan adalah hak asuh atas Jonas dan Jenny.Hari ini adalah sidang pertama mediasi.Di ruang pertemuan netral yang difasilitasi oleh pengacara Von Rotchschild, Winna dan Rafael duduk berseberangan.Wajah keduanya penuh amarah yang tak sempat reda.Winna mengenakan blazer hitam, dingin dan defensif.Rafael berjas abu-abu, mata sayunya menyimpan luka—dan sedikit sesal.“Anak-anak akan ikut aku. Aku ibunya. Aku yang tahu apa yang mereka butuhkan,” ujar Winna tajam.Rafael menatapnya tak kalah menusuk. “Kamu ibunya, ya. Tapi kamu juga wanita yang membuat rumah tangga ini jadi neraka. Aku tidak akan membiarkan kamu bawa mereka untuk pelarian ambisimu lagi!”Suasana langsung memanas.Pengacara Winna mengetuk meja, mencoba meredakan.Namun sebelum suasana me

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Melindungi Dengan Segala Cara

    Satu minggu setelah dia dicopot jabatannya dari CEO Helvion Group Fintech, Rafael duduk sendirian di cafe kecil di sudut kota.Topi ditarik rendah, tangan menggenggam cangkir kopi dingin yang bahkan tak disentuhnya.Dunia seolah berputar tanpa dirinya.Tak ada jabatan.Tak ada keluarga.Tak ada kehormatan.Saat ia nyaris tenggelam dalam pikirannya sendiri, seseorang menarik kursi di hadapannya.Rafael mengangkat wajah, membeku.Ananta.Dengan stelan sederhana—kemeja hitam, jeans—Ananta menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.“Kalau kamu mau meledekku atau menertawakanku, silakan,” kata Rafael pahit, membuang muka.Ananta tidak bereaksi.Ia hanya duduk, meletakkan kedua sikunya di meja, saling mengunci jari-jarinya.“Aku ke sini … untuk bicara baik-baik.”Rafael mendengus sinis. “Setelah semua yang aku lakukan? Setelah semua usahaku untuk menjatuhkan kamu?”Ananta menghela napas pelan.“Aku juga tid

  • Pengantin Dari Sebuah Tragedi   Cinta Yang Paling Murni

    Pagi itu, langit di atas mansion Rafael mendung, seolah mengantisipasi badai yang akan segera datang.Winna duduk di ruang tamu, wajahnya pucat.Sering kali Rafael pergi tanpa memberitahu ke mana tujuannya dan selama beberapa hari tanpa kabar, seperti sekarang—pria itu tidak pulang dan ia gelisah.Ada firasat buruk menusuk jantungnya.Itu kenapa Winna menyuruh orang untuk mencari dan mengawasi Rafael.Saat ia hendak meneguk kopi yang mulai dingin, ponselnya berdering.Sebuah pesan masuk.Dari orang kepercayaannya untuk mencari di mana Rafael tinggal selama beberapa hari ini.Dengan jari gemetar, Winna membuka pesan itu.Dan dunia di sekelilingnya runtuh.Foto-foto Rafael bersama seorang wanita muda tersebar di layar:• Mereka berpelukan di lobi hotel.• Rafael mencium gadis itu di mobil.• Rafael masuk ke kontrakan kecil sambil menggandeng wanita itu.Winna menahan napas, jantungnya seperti diremas.Tubuhnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status