Share

Syarat Itu....

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 07:21:51

Tiba-tiba Diana, Mamanya Excel maju menghadang Nur sambil memakinya. "Heh, bocah ingusan. Kalau enggak niat bantuin jangan macem-macem, lagian kamu tidak pantas untuk putraku. Kamu tidak selevel dengan Veronika."

Nur tersenyum getir, padahal niatnya baik. Di desa memang kejam tapi sekarang ia merasakan di kota jauh lebih kejam. Dan ia harus siap mental untuk mengarungi bahtera kerasnya hidup di Jakarta.

"Mama ngomong apaan sih, bukannya mencari solusi ini malah memperkeruh keadaan. Mama mau menanggung malu kalau acara pernikahan ini sampai batal, Mama siap menerima gunjingan. Kalau Mama enggak bisa ngasih solusi sebaiknya diam saja!" sahut Azka tegas, Papanya Excel. Diana terdiam, bibirnya membrenggut dan memalingkan muka.

Kini Azka beralih pada Nur, dengan tersenyum ramah. "Maafkan istri saya ya, Nur, dia hanya sedang terbawa emosi. Saya Azka, Papanya Excel."

Azka mengulurkan tangan, Nur menyambut uluran tangan lelaki setengah baya yang nampak masih gagah itu. Nur Salim dengan sopan membuat Azka tersenyum semakin lebar.

"Terima kasih, kamu sudah mau membantu kami. Apapun syaratnya katakanlah, saya akan memenuhinya," imbuh Azka.

"Sa...." Ucapan Nur mengambang di udara, sebab dengan cepat Diana menyela.

"Kamu mau uang berapa? Sejuta, dua juta, apa sepuluh juta! Ayo bilang!" tantang Diana. Tatapan sinis ia layangkan untuk gadis berusia delapan belas tahun itu.

"Mama...!" Bentak Azka geram.

"Kalau, Ibu, enggak mau saya menikah dengan om Excel, ya sudah sebaiknya saya keluar saja," balas Nur. Sedikit pun ia tak memiliki rasa takut kepada wanita yang baru ia kenal itu.

"Ayo, Mbak, kita pulang. Buat apa kita ada di sini, keberadaan kita sedikit pun tak di hargai tuan rumah," ujar Nur kepada Lia. Ia menarik lengan sang kakak. Lia sendiri merasa was-was, dan ia tak menyangka Nur berani melawan Diana, ia membayangkan berada di posisi sang adik, pasti dirinya akan menangis.

Dengan cepat Excel mengejar Nur sebelum benar-benar keluar dari ruangan. Ia menggenggam erat lengan Nur, agar gadis itu tidak kabur.

"Nur, aku serius untuk mengajak kamu nikah. Aku tidak pernah main-main dengan pernikahan ini. Katakan apa syarat yang akan kamu ajukan?" tanya Excel dengan lembut. Sorot matanya tersiratkan tekad yang mendalam. Nur menatap mata Excel yang penuh kesungguhan itu, perlahan pertahanannya mulai runtuh yang di sebabkan oleh hinaan Ibunya Excel.

"Baiklah. Syaratnya... Setelah kita resmi menikah, segera ceraikan aku," jawab Nur dengan tegas.

Excel menatap Nur menganga, ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Baiklah, kalau itu maumu. Dan aku akan memberi imbalan apapun yang kamu mau," sahut Azka.

"Ta-pi, Pa....!" protes Excel sebab ia tak ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Baginya menikah itu ibadah, dan bukan percobaan.

"Tidak ada tapi-tapian, Xel, ini demi nama baik keluarga kita. Sekarang Nur, bersiaplah Papa akan meminta MC menghandle acara ini," ujar Azka yakin.

Semua tidak ada yang bisa menolak, bahkan Lia sendiri tak bisa membantah. Ia pasrah adiknya akan bergelar janda di masa mudanya.

Tanpa membuang waktu, Excel segera menghubungi MUA untuk mendandani Nur. Tak berapa lama pihak MUA datang membawa beberapa potong kebaya untuk Nur. Dengan sentuhan tangan MUA yang handal kini wajah Nur terlihat memukau dan mangklingi membuat Excel dan Azka tersenyum bangga.

"Nur, gimana sih kamu enggak memikirkan konsekuensinya, nikahan kamu tuh enggak sah karena enggak ada bapak," bisik Lia.

"Udah, Mbk Lia, tenang aja. Dan jangan sampai kabar ini bocor ke telinga bapak dan mamak, cukup kita aja yang tahu. Lagian besok Om Excel akan cerein aku kok," balas Nur.

Excel menghapus keringat di telapak tangannya, jujur ia sangat gugup melihat kecantikan Nur yang begitu memukau.

Ia berjabat tangan dengan pak penghulu untuk mengucapkan ikrar ijab qobul yang di wakili oleh hakim.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan saudara Excel Mahendra bin Azka Mahendra dengan Nur Cahyani binti Bambang dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang satu milyar di bayar tunai," ucap Pak penghulu.

Dengan suara tegas, Excel mengucapkan, "Saya terima nikahnya Nur Cahyani binti Bapak Bambang, dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Dalam sekejap Excel harus mengubah nama calon istrinya yang sudah ia hapalakan satu Minggu belakangan ini. Nama sang kekasih yang sudah membersaminya sejak empat tahun yang lalu. Kisah mereka harus berakhir setelah ia mengucapkan ikrar ijab qobul.

Ruangan hening. Sesaat setelah Excel menyelesaikan ucapannya, penghulu tersenyum dan memandang para saksi yang duduk di depan. "Sah?"

"Sah," jawab para saksi serempak, suara mereka menggema memenuhi ruangan.

"Alhamdulillah," kata penghulu menegaskan.

Seorang nenek berambut bersanggul yang duduk di samping Diana, nampak sekali terkejut. Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, ia masih tampak cantik dengan wajah keriput yang memancarkan kebijaksanaan dan mata tajam yang penuh wibawa. Mengenakan kebaya tradisional yang sederhana namun anggun, penampilannya memberi kesan keanggunan seorang wanita berkelas.

"Diana, apa yang telah terjadi? Kenapa nama istri cucuku bisa berbeda?" tanyanya dengan lirih namun terdengar tegas.

"I-itu, Ma...." Diana sangat gugup, ia tak tahu harus menjelaskan bagaimana kepada Ibu mertuanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ending

    Sementara itu, di rumah Heri, Nur sedang sibuk menata buku-bukunya di meja belajar. Ia baru saja menyelesaikan tugas kuliah yang cukup berat. Pikirannya sesekali melayang ke Excel, tetapi ia segera mengalihkan fokusnya. Nur tahu, ia harus tetap kuat dan menjaga keputusannya.Lia masuk ke kamar Nur sambil membawa secangkir teh hangat. "Nur, istirahat dulu. Jangan terlalu keras sama dirimu sendiri."Lia tahu, Nur selalu belajar dengan giat. Jadi wajar adiknya itu bisa masuk ke universitas ternama di Jakarta meski belum bisa mencapai beasiswa. Saat sekolah SD-SMK Nur selalu mendapat peringkat 3 besar dan memenangkan banyak lomba bersama teman-temannya. Nur tersenyum kecil. "Suwun, Mbak'e. Aku cuma mau memastikan semua tugasku selesai tepat waktu."Lia duduk di tepi tempat tidur, menatap adiknya dengan penuh sayang. "Aku bangga sama kamu, Nur. Kamu udah melalui banyak hal, tapi tetap kuat. Aku yakin kamu akan jadi orang yang sukses."Nur men

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ada Pertemuan, Ada Perpisahan

    Nur mengamati pesan itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Kata-kata Excel mengingatkannya pada masa lalu yang ingin ia lupakan, namun ada bagian kecil dari hatinya yang masih merasakan getaran dari kenangan itu. Tetapi, tekadnya sudah bulat. Dia tidak ingin terjebak lagi dalam luka yang sama.Ponselnya tiba-tiba berdering, nomor baru yang sama menghubunginya. Nur terdiam, menatap layar dengan tatapan bimbang. Tetapi ia memutuskan untuk tidak menjawab. Panggilan itu akhirnya terputus dengan sendirinya, dan tanpa ragu Nur memblokir nomor baru Excel."Ini harus berakhir," gumamnya pelan. Dia bertekad untuk melupakan Excel sepenuhnya dan fokus pada masa depannya.Seminggu kemudian, Bambang dan Isna, memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Musim panen padi sudah tiba, dan mereka ingin memastikan semuanya berjalan lancar. Sebelum pergi, mereka memastikan Nur baik-baik saja.Nur mengantarkan kedua orang tuanya ke terminal. Dalam perjalanan,

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Kembali

    Malam Semakin LarutSetelah beberapa jam bekerja dengan serius, akhirnya tugas mereka mendekati selesai. Suasana menjadi lebih santai, diselingi candaan dan tawa."Rino, kamu serius banget sih dari tadi. Santai dikit dong," goda Latifa sambil mengulurkan segelas es jus untuk pemuda berkulit kuning langsat.Rino hanya tersenyum kecil. "Kalau nggak serius, tugasnya nggak selesai-selesai, Fa."Dika, yang sejak tadi memperhatikan Nur, merasa ini adalah kesempatan untuk mendekatinya lebih jauh. Saat yang lain sibuk membereskan alat, ia menghampiri Nur yang sedang duduk sendirian di sudut ruangan."Nur, kamu hebat banget tadi. Pekerjaan kita cepat selesai berkat kamu," puji Dika, duduk di sebelahnya."Terima kasih, Dik," jawab Nur singkat, mencoba menjaga jarak.Ketika tugas benar-benar selesai, satu per satu teman-teman mereka mulai pulang. Latifa pergi bersama Rino, sementara Sera pulang lebih dulu diantar Adi. Nur, yang menunggu Pak Supri menjemput, memilih tetap duduk di ruang tengah be

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Firasat

    Latifa berbisik pada Sera dengan nada penuh semangat. "Sera, bayangin deh, kita kerja kelompok bareng mereka. Ini kesempatan emas!"Sera hanya mendesah pelan. "Emas buat kamu. Aku sih enggak ya. Kalau alatnya lengkap dan tugasnya cepat selesai, aku sih nggak masalah. Tapi kayaknya Nur agak keberatan deh."Latifa menepuk bahu Nur. "Nur, santai aja. Kita kan kerja kelompok. Nggak akan ada yang aneh-aneh kok."Setelah jam kuliah selesai, rombongan kelompok mereka bersiap menuju rumah Dika untuk memulai pengerjaan tugas. Nur, meski masih merasa kurang nyaman, akhirnya menerima tawaran Dika untuk memboncengnya dengan motor."Yuk, Nur. Motor udah siap di parkiran," kata Dika dengan senyuman yang terasa dipaksakan di mata Nur.Latifa, yang sudah sejak tadi tak bisa menyembunyikan senyumnya, langsung menghampiri Rino. "Aku bareng kamu aja, ya?" tanyanya penuh semangat.Rino, yang sedikit terkejut tapi tidak keberatan, hanya mengangguk. "

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Ragu

    Tak ingin berlama-lama dilumpuhkan oleh emosinya, Excel masuk kembali ke dalam mobil. Tanpa berpikir panjang, ia menginjak pedal gas dalam-dalam, membiarkan mobilnya melaju liar di jalanan. Kecepatan tinggi dan suara mesin menderu menjadi pelariannya. Ia tak peduli pada bahaya atau rambu-rambu yang ia langgar.Namun kali ini, pelariannya berakhir tragis. Di sebuah tikungan tajam, mobilnya kehilangan kendali dan menghantam pembatas jalan dengan keras. Suara benturan menggema, diikuti suara kaca yang pecah berantakan.Saat tubuhnya terkulai di balik kemudi, kepala Excel berdenyut hebat. Dunia di sekitarnya terasa buram, tapi ingatan demi ingatan menyeruak di benaknya.Excel melihat Vero yang tengah mencoba gaun pengantin putih. Senyum manis yang dulu pernah ia cintai kini terasa seperti belati yang menusuk dadanya. Kenangan itu terasa begitu nyata, hingga tiba-tiba bayangan itu memudar, digantikan oleh kenyataan pahit yang menghantamnya tanpa ampun.

  • Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel    Di Tepi Kehancuran

    Di Tepi Kehancuran Juanda menghela napas berat, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Ia tahu bahwa apa yang akan ia katakan bisa menghancurkan hubungan mereka, tetapi ia tak bisa lagi menyembunyikannya.“Ver, kamu ingat malam itu... waktu kita pulang dari pesta ulang tahun Clara? Kamu mabuk berat, Ver. Dan aku tahu, kamu belum minum pil dan aku sengaja melakukannya malam itu. Aku tahu, jika kamu mabuk, kamu tidak akan menolak.”Vero membelalakkan matanya, perasaan tidak percaya menyeruak di wajahnya. “Kamu... sengaja? Kamu mengambil keuntungan dari aku yang tidak sadar?!”“Aku tahu ini egois, tapi aku ingin kamu menjadi milikku. Aku sudah lama mencintaimu, Ver. Aku pikir, dengan adanya anak, kita bisa lebih dekat. Kita bisa menjadi keluarga sungguhan.”Vero mencengkeram baju Juanda, matanya berkilat marah. “Kamu menghancurkan hidupku! Apa kamu tahu berapa tahun aku berjuang untuk sampai ke titik ini? Model

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status