Share

Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan
Pengantin Pengganti untuk CEO Arogan
Penulis: Liachuu

1. Jadilah Istri pengganti

"Tuan Davian, anak anda berhasil diselamatkan. Tapi sayangnya, nyawa Nona Tiara tidak bisa diselamatkan. Calon istri anda telah dinyatakan meninggal karena luka di kepala yang cukup parah."

Dunia Davian hancur begitu penuturan itu dilontarkan oleh seorang pria yang mengenakan seragam operasinya. Seorang Dokter bedah yang baru saja melakukan operasi pada calon istrinya, Tiara.

Lututnya melemas, hatinya mencelos begitu saja. Dengan rasa sesak yang lantas dia rasakan seolah dia telah hancur sehancur-hancurnya.

Wanita yang akan menjadi istrinya bulan depan itu harus pergi meninggalkannya. Meninggalkan semua rencana mereka dengan bayi perempuan mereka yang baru saja lahir.

"Bagaimana ini, Davian? Kalau seperti ini, berarti pernikahan kalian harus dibatalkan. Apa yang harus Mama katakan pada orang-orang nantinya? Bisa-bisa Mama akan jadi bahan perbincangan orang-orang."

Selatan menoleh pada seorang wanita yang ada di sampingnya. Itu Nyonya Dayanti, ibunya sendiri.

Menatap tajam ke arah sang Ibu, Davian masih tak percaya atas apa yang baru saja wanita berusia 40 tahunan itu katakan. "Ma? Tiara meninggal, Ma. Dan Mama masih bisa-bisanya memikirkan soal acara pernikahan dan omongan orang lain?!"

Bukannya merasa bersalah setelah mendengar kekesalan Davian padanya, Dayanti malah menunjukan tampang tak bersalahnya. "Salah dia sendiri kenapa harus berpergian saat hamil besar seperti itu. Sekarang yang meninggal itu sudah, meninggal saja. Kita yang hidup harus melanjutkan hidup juga. Jadi, Mama juga berhak memikirkan soal ini!"

Davian menggelengkan kepalanya tak percaya. Wanita yang selama ini begitu dia hormati juga telah membuatnya kecewa teramat dalam.

"Mama pikir, kenapa Tiara harus pergi? Itu karena Mama memintanya untuk mengambil kelas memasak dan sebagainya! Mama yang meminta dia untuk memenuhi ekspektasi Mama agar dia menjadi menantu yang sempurna!" Tegas Davian.

Kemarahan sudah nampak di wajahnya. Di mana dia juga sudah mengepalkan tangannya berusaha untuk menahan diri.

"Aku benar-benar kecewa denganmu, Ma. Aku hancur, tapi kau malah semakin menghancurkan aku."

Tidak lagi sanggup berhadapan dengan Sang Ibu, kini Davian telah melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Bahkan, dia sendiri masih tak sanggup saat mendengar tangisan bayi yang terdengar dari dalam ruangan sana. 

"Terserah apa katamu. Tapi, yang Mama inginkan adalah pernikahan itu tetap dijalankan! Carilah pengantin pengganti agar Mama tidak harus malu di depan teman-teman Mama!" Teriak Dayanti pada Davian yang sudah melangkah lebih jauh darinya.

Sebisa mungkin Davian mengabaikannya. Tangannya mengepal dengan kuat, saat rasa sakit di relung hatinya kembali dia rasakan. Matanya juga sudah memerah, karena kehilangan wanita yang begitu dia cintai bukanlah hal yang mudah. Terlalu menyakitkan saat semua kenyataan pahit ini harus dia rasakan tepat dua minggu sebelum pernikahan mereka berlangsung.

"Tuan, mau kemana?" tanya seorang pria yang merupakan ajudan dari Davian.

"Katakan di ruangan mana perempuan itu berada. Aku akan menemuinya sekarang juga!"

Rahang tegas yang ditunjukan Davian tidak mampu untuk diabaikan begitu saja. Pria yang mengekor di belakangnya pun tidak bisa untuk tidak menjawab apa yang baru saja dikatakan oleh Tuannya tersebut.

"Dia berada di UGD rumah sakit ini, Tuan. Lukanya tidak terlalu parah, tapi beberapa menit yang lalu dia masih belum tersadar karena shock," jelasnya.

Alih-alih menghentikan langkahnya, Davian kini justru melangkahkan kakinya dengan semakin tegas. Dengan sorot mata yang sudah menajam bersamaan dengan amarah yang saat ini tengah dia rasakan.

Pun begitu, langkahnya telah membawa Davian pada Unit gawat darurat di rumah sakit tersebut. Matanya mengedar untuk melihat dan mencari seseorang yang menjadi tujuannya saat ini. Sampai saatnya dia telah mendapati seorang wanita yang tengah terduduk di salah satu ranjang dengan pakaian yang terlihat lusuh.

"Tuan, apa yang mau anda lakukan?" tanya Sang Ajudan yang terlihat cukup panik.

Namun, bukannya menjawab, Davian kini lebih memilih untuk mendekat pada gadis itu. "Tutup tirainya dan tunggu di luar!" Perintah Davian saat dia telah berdiri tepat di depan gadis yang sudah mendongak, menatapnya dengan bingung.

Sesuai perintah, tirai di sekitar ranjang gadis itu telah ditutup. Dengan ajudan Davian yang menunggu di balik tirai tersebut. Sedangkan pria itu, kini dia telah memasang raut wajah yang begitu tegas dengan sorot mata tajamnya. Bak sorot mata seekor elang.

"S—siapa kau?" tanya gadis itu dengan mata yang membulat menatap Davian di sana.

Dia terlihat kebingungan. Karena kenyataannya, kehadiran Davian membuat dirinya terkejut dan bertanya-tanya secara bersamaan.

"Kau yang baru saja terlibat kecelakaan dengan calon istriku?" tanya Davian dengan suara yang terdengar begitu dingin dan mencekam.

Gadis itu mengangguk. Dia paham yang dimaksud oleh pria di hadapannya. Karena dia berada di sini karena kecelakaan itu terjadi. Sebuah kecelakaan yang juga nyaris membuatnya tertabrak mobil pribadi. Di mana beruntungnya untuk gadis itu karena mobil yang nyaris menabraknya membelokan stir hingga menabrak pembatas jalan.

Sedangkan dia hanya sedikit terserempet mobil tersebut dan terjatuh hingga tidak sadarkan diri karena terlalu terkejut.

"Siapa namamu?" tanya Davian sekali lagi. Tak kalah menyeramkan dari sebelumnya.

"Arletta. Namaku Arletta Divkara," jawab Arletta dengan gugup. "B—bagaimana keadaan wanita di dalam mobil itu sekarang?" tanya Arletta dengan sedikit ragu.

Tapi, tidak dapat dipungkiri jika dia memang penasaran dengan keadaan seorang wanita yang ada di dalam mobil tersebut. Karena Arletta juga melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana mobil yang melaju kencang itu menabrak pembatas jalan dengan cukup parah. Sebelum akhirnya dia tidak ingat apa pun lagi selian dengan terbangun dan mendapati dirinya di sini.

Tak lantas menjawab, Davian malah mengepalkan tangannya dengan mata yang sudah memerah saat menatap gadis di hadapannya.

"Calon istriku meninggal dalam kecelakaan itu. Dan kamu, harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu sebabkan ini!" Tegasnya kemudian.

Arletta kembali membulatkan matanya. Sungguh, dia tak begitu mengerti kenapa dia harus bertanggung jawab saat mobil itu melaju begitu kencang dan nyaris menabraknya.

"Tidak, jangan hukum aku. Aku tidak mau dipenjara. Aku tidak bersalah. Aku benar-benar tidak tahu apa pun selain dengan menyeberang jalan di saat yang tepat."

Arletta memohon. Kedua tangannya sudah disatukan untuk memohon pada pria yang begitu terlihat menyeramkan di matanya. Pria yang seolah siap melimpahkan kesalahan pada dirinya atas apa yang terjadi.

"Jadilah istri penggantiku dan ibu dari anakku sebagai penebusan atas kesalahanmu," ucap Davian dengan sorot mata tajamnya yang telah bersinggungan dengan mata Arletta yang terlihat ketakutan.

"Arletta Divkara, aku akan meminta pertanggung jawabanmu dengan menyerahkan seluruh kehidupanmu itu untuk menjadi istri penggantiku. Mengurus anakku dengan Tiara seumur hidupmu. Karena kau yang telah membuat Tiara kehilangan nyawanya!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status