Share

Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa
Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa
Author: aisakurachan

Mempelai Tidak Sesuai Harapan

 “Aku akan menikah hari ini.” Ruby membatin sambil mencubit pahanya—yang tersembunyi diantara rok mengembang gaun berwarna putih. Memastikan ia tidak sedang bermimpi.

Ia benar-benar akan menikah hari ini, padahal dua hari lalu ia bahkan belum punya kekasih.

"Ingat, kalau kau ingin ibumu mendapat perawatan dan uang itu, kau tidak boleh mundur maupun membongkar perjanjian diantara kita." 

Ruby yang baru saja menahan napas—meredakan mual di perutnya, menoleh  memandang pria tua dengan kepala botak yang saat ini menggandeng tangannya. Kata-kata itu hanya bisikan, tapi cukup jelas terdengar diantara dengung tamu yang ada di depan altar

"Saya sudah berjanji, tidak akan ingkar."  Ruby berbisik juga. Menegaskan kalau ia akan melakukan bagian pekerjaan yang telah mereka sepakati.

Ruby setuju untuk menikah dengan pria asing yang hanya dilihatnya dari foto dengan imbalan uang. Inti dari perkerjaannya hanya itu saja. Ruby tahu segala resiko, dan sepadan seharusnya.

"Lebih baik kau mengingatnya, dan jangan sampai pria itu tahu kau bukan anakku." Pria yang dalam sandiwara ini berstatus sebagai ayahnya itu, kembali memastikan kalau setelah ini Ruby tidak melakukan kesalahan.

"Saya mengerti, Senor." Ruby mengangguk, sambil membenarkan veil yang menjuntai menutupi wajahnya. Kegugupannya kembali—juga mual di perutnya, karena peringatan pria itu membuat Ruby teringat bagian paling sulit dari perjanjiannya, yaitu berpura-pura menjadi Liz—anak dari pria yang ada di sampingnya.

Liz yang seharusnya menikah hari ini, tapi kecelakaan menimpanya dan Ruby hanya tahu kalau wajah mereka mirip—dan pernikahan itu tidak boleh batal. Ruby tidak terlalu ingin tahu dengan detail, karena hanya fokus pada bagian janji yang menyebut ibunya akan diobati dan mendapat uang setara gajinya selama lima puluh tahun sebagai pelayan restoran.

“Pakai matamu!” Desisan dengan nada menegur dari ‘ayahnya’ itu memutus lamunan Ruby. Ia baru saja menginjak kakinya tanpa sengaja.

Ruby terhuyung karena ayah palsunya itu mendorong tangannya dengan refleks. Tidak terlalu kuat, hanya Ruby memang sedang tidak dalam keadaan seimbang. Untung saja Ruby masih mencengkram tangan ayahhnya itu, jadi tidak terjerembab.

Tapi Ruby harus menahan sakit hati. Dorongan itu tidak perlu. Nyaris saja membuatnya malu. Selain menanggung berat gaun, kepala Ruby seperti berputar. Entah karena tegang atau kurang sehat, Ruby sempat muntah juga tadi selama perjalanan. Kesulitan yang tentu saja disimpan. Tidak akan ada yang peduli dengan keadaannya. ‘Ayahnya’ itu hanya ingin tahu kalau pernikahan itu berjalan lancar. 

Ia kini mencengkram balik tangan Ruby, seolah ingin memastikan Ruby tidak lari, karena mereka sampai di depan altar. Tapi Ruby tidak melihat pria yang akan menjadi suaminya.

“Don Rosas masih menerima panggilan penting. Sebentar lagi.” Pastor yang memimpin upacara menjelaskan sebelum ada yang bertanya.

Ruby tidak peduli—malah bersyukur masih punya waktu untuk menenangkan diri. Kepala dan perutnya semakin kacau, seirama dengan detak jantungnya yang semakin menderu.

Ruby sudah melihat wajah ‘calon suaminya’ dari foto, dan ia tampan. Tipikal pria latin yang berwajah tegas dengan rambut ikal. Jarak usia mereka cukup jauh---lebih dari dua belas tahun, tapi tampan.

“Ah… Itu. Don Rosas sudah datang.” Pastor itu berseru lega.

Ruby belum mendongak, karena kepala dan perutnya belum membaik. Ruby menuduk memandang ujung gaunnya sendiri saat tangannya berpindah. Ia merasakan tangan berkulit kecoklatan menggenggam, kuat, dan kokoh. Calon suami Liz.

Pria itu tidak mengucapkan apapun, Ruby pun tidak ingin bicara karena merasa akan muntah kalau membuka mulut. Maka upacara berjalan sementara mereka berdiri berhadapan. 

Ruby masih terus menunduk. Berdoa agar mual dan pusingnya sedikit reda. Masih ada acara pesta yang akan dijalaninya setelah ini.

“Baiklah, kita mulai.” Pastor itu memulai upacara. Membuka dengan ceramah yang terlewat oleh Ruby karena keringat dingin mulai mengalir di punggung dan keningnya. Tubuhnya yang tidak sehat bertumpuk dengan ketegangan.

“Lizeth Marin Ramos, terimalah ini sebagai tanda cinta dan kepercayaanku padamu.”

Ucapan itu disebut dengan jelas, sementara pria itu menyerahkan nampan berisi tiga belas keping emas. Itu adalah simbol kepercayaan setempat. Sebagai tanda pria akan bertanggung jawab pada wanita yang dinikahinya.

Tangan Ruby sedikit gemetar akibat mengangkat kepala, tapi berhasil menerima nampan tembaga itu.

“Eduardo Rosas dan Lizeth, apa kalian sudah siap untuk saling memiliki dan menghormati dalam pernikahan seumur hidup?” 

Ruby untungnya mendengar pertanyaan itu

“Sí.” (Iya)

"S...Si." 

Jawaban mempelai pria lancar, tapi Ruby tergagap. Selain tegang, tangan hangat suami Liz itu membuatnya panik. Ia menikah dengan nama palsu, tapi beban tangan itu nyata. Tangan itu yang akan menyentuh tubuhnya nanti—saat mereka tidur bersama.

“Tuhan mempersatukan kalian pada saat ini, semoga akan selalu bersama selamanya.”

Pastor itu tampak lega dan para tamu di dalam chapel itu juga bertepuk tangan. Pastor itu kembali memberi doa tambahan, sebelum meminta sesuatu yang membuat jantung Ruby kembali mencelos.

“Anda boleh mencium mempelai.”

Wajah Ruby terlihat semakin pucat dengan titik-titik keringat bermunculan di keningnya. Ia lupa tentang bagian ciuman itu. 

Terasa desir angin saat veil yang menutupi terangkat. Ruby menahan napas ketika melihat tangan terulur, menyentuh dagu dan meminta Ruby mendongak. Ruby tidak melawan, karena termasuk tugasnya. Lagi pula tidak akan sangat buruk, pria yang menciumnya akan tampan.

Ruby mendongak, dan memandang pria yang sudah menjadi suaminya itu, mengharapkan wajah yang langsung membuatnya terpana. 

Namun, tepat saat Ruby membuka matanya, wanita itu reflek melangkah mundur, tak menyangka pemandangan tepat beberapa senti di hadapannya.

“AGHH!”  Ruby menjerit.

aisakurachan

Halooo... Selamat datang di rumah Ruby~ Eduardo. Semoga betah berkemah di sini ya. Wkwk.. Mudah2an juga nulisnya lancar. Selamat membaca. LOPE U PULL XOXO

| 1
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ibon batawi
hai kk slamat datang
goodnovel comment avatar
Yanti
welcome ruby, gak tahan kalau harus puasa baca..lanjutkan
goodnovel comment avatar
Dhidhiev
.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status